Michael memasuki restoran. Restoran itu ramai sekali. Seorang pelayan bergegas menyambut Michael. Ketika dia melihat pelayan Keluarga Fang berdiri di depan Michael, perempuan itu mengangguk, "Selamat datang Tuan.""Siapkan dua kamar," utusan Keluarga Fang itu memberi perintah, "Mereka adalah tamu Keluarga Fang. Kamu tahu aturannya."Pelayan itu mengangguk lagi, "Jangan khawatir. Aku akan melayani mereka seperti di rumah sendiri.""Bagus," utusan itu membalikkan badan dan memberi salam pada Michael dan si trenggiling. Dia berkata, "Inilah tempat kalian menginap. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan tanyakan pada pelayan ini. Jika ada masalah, silakan katakan saja padaku."Michael mengangguk, "Terima kasih atas kerja kerasmu.""Ini urusan kecil. Hari sudah siang. Aku akan kembali ke rumah Keluarga Fang," utusan itu membungkuk dan berjalan keluar restoran.Si pelayan itu segera mendekati Michael, "Silakan masuk Tuan."Semua tamu yang hadir dan pelayan restoran melihat kedatang
Mata raksasa itu pucat seperti warna awan. Tidak ada emosi yang terlihat dari sorot matanya. Ketika Michael menatapnya, mereka beradu pandang tanpa berkedip. Si pelayan mencoba berdiri. Tangannya memegang pipinya yang sakit. Michael membantu pelayan itu berdiri dan berkata, "Tidak apa-apa. Aku akan mengurusnya."Michael menyerahkan si pelayan pada si trenggiling. Kemudian dia melangkah maju. Raksasa itu menerima kedatangan Michael. Dia berkata, "Kenapa? Kamu ingin menghajarku supaya kamu bisa lewat?""Tuan!"Si pelayan melontarkan ucapan yang tidak sempat dia cegah. Raksasa itulah yang menghalangi jalan. Seharusnya dia yang minggir. Kenapa lalu dia menantang Michael? Si pelayan tahu raksasa itu punya niat tidak baik. Michael tersenyum, "Kalau begitu ayo turun dulu.""Sialan. Kenapa kita yang turun? Dia yang menghalangi jalan. Seharusnya dia yang menyingkir, bikan kita,“ ujar si trenggiling kesal. Raksasa itu menatap si trenggiling. Dia meremas-remas tangannya. Mel
Trenggiling ingin berdebat dengan si cebol, tapi si pelayan mendahuluinya, "Tuan, mereka ini memang tamu Keluarga Fang. Utusannya tadi yang mengantarkannya ke restoran ini. Bagaimana mungkin mereka tidak berhak menginap di sini?""Kata siapa? Aku tidak melihat siapa-siapa tadi. Apa jangan-jangan kamu berhalusinasi?" Raksasa itu mencibir si pelayan.Si pelayan terdiam. "Hahaha …."Si cebol tertawa. Kemudian dia berkata, "Kupikir pelayan satu ini sudah lupa dengan peraturannya. Wajar saja. Dia hanya seorang pelayan.""Tamu yang diundang Keluarga Fang adalah keluarga-keluarga terhormat. Mereka pantas menginap di lantai tiga dan empat.""Apa maksud Tuan?" Si pelayan jadi bingung."Sedangkan tamu dari keluarga biasa .… "Si raksasa dan si cebol saling memandang dan tersenyum. “Tamu biasa tidak berhak menginap di lantai dua,” si raksasa melanjutkan ucapan si cebol. “Tapi di Restoran Meriah, tidak ada tempat untuk tidur selain lantai dua, tiga, dan empat,” si pelayan masih tidak
Otis dan anggota kelompoknya tersenyum mengejek ketika melihat si pelayan kembali masuk ke dalam restoran. Mereka pindah tempat duduk dan menunggu pelayan itu masuk kembali. Beberapa saat kemudian, si pelayan muncul membawa nampan berisikan makanan. Dia berjalan menuju gudang kayu. Si raksasa memukul meja. Dia berkata, "Hei Pelayan!"Salah satu pelayan yang ada di dekat si raksasa mengira dirinya dipanggil. Dia mendekati si raksasa. Namun si raksasa mendorong si pelayan itu hingga menabrak meja. Pelayan itu pingsan.“Aku memanggil pelayan yang itu!” tunjuk si raksasa. Pelayan yang lain saling memandang. Berbekal dari pengalaman mereka bekerja, mereka tahu gerak-gerik pelanggan yang ingin membuat masalah. Si pelayan menelan ludah. Cepat-cepat dia menghampiri meja si raksasa, "Tuan ingin memesan apa?”"Kenapa kamu lama sekali datang? Aku sampai lupa ingin memesan makan apa. Apa jangan-jangan tadi aku pesannya tisu toilet?"Anggota kelompok si raksasa tertawa mendengar ucapa
Di gudang kayu bakar, Michael selesai mengatur tempat untuk dia tidur bersama trenggiling. Tempat itu sangat kecil untuk mereka berdua. "Michael, aku tidak mengerti alasan kamu melakukan ini. Sudah jelas mereka yang cari masalah, tapi kenapa kamu ...." Si trenggiling mencoba meluapkan kekesalannya. Kalau Michael tidak memiliki level kekuatan cukup tinggi, wajar saja jika dia menghindari pertarungan dan memilih tidur di tempat tidak layak seperti ini. Masalahnya Michael sebenarnya sangat mampu menghajar orang-orang itu. Lagipula dia adalah orang yang tidak bisa melihat ada orang lain disakiti di depannya.Bagi Michael ini hanya soal prioritas. Dia bisa memilih urusan mana yang sebaiknya dia ikut campur dan urusan mana sebaiknya dia menahan diri. Sari membawanya ke Kota Huangmo. Apa pun yang Michael lakukan, dia harus mempertimbangkan reputasi Sari. Apalagi Sari berencana meminta Keluarga Fang untuk membuatkan kapal untuknya. Permintaan seperti itu bukanlah permintaan mudah. B
Si trenggiling menunggu penjelasan Michael.“Katakan saja pada mereka, bahwa kamu sudah mengantarkan makanan ini dan melihat kami makan dengan antusias. Bagaimana menurutmu?” tanya Michael sambil menatap si pelayan.Si pelayan terkejut. Detik berikutnya dia mengangguk. Jika Michael tidak makan, berarti si pelayan gagal melakukan perintah Otis. Namun jika Michael makan, berarti tugas si pelayan selesai. Si pelayan berpikir. Apa yang dikatakan Michael adalah kunci yang dapat menyelesaikan masalahnya. "Tuan, aku mengerti. Jangan cemas, aku akan melakukannya. Begitu suasananya sudah tenang, aku akan membawakanmu makanan pengganti," si pelayan lalu berdiri. Dia membungkuk dan pergi meninggalkan Michael. Begitu si pelayan pergi, si trenggiling menatap Michael dengan ekspresi kesal dan kebingungan. Michael merapikan tempat tidurnya dan mengabaikan si trenggiling. Si trenggiling berjongkok di sebelah Michael, "Michael, aku tidak mengerti, kamu ...."“Sudah malam,” Michael mengatur
"Buat apa seseorang melatih kekuatannya, kalau tidak digunakan? Apa itu pantas disebut sebagai jagoan?" Si cebol memahami pikiran Otis. Dia tidak bisa menahan diri untuk ikut mengejek Michael.Otis tidak berkata-kata tapi seulas senyum licik muncul di wajahnya. Dia sedang memikirkan strategi berikutnya. Bagaimana mungkin!"Aku akan memberimu tugas lagi. Kalau kamu tidak bisa melakukannya dengan baik, tangan kananmu akan bernasib sama dengan tangan kirimu ini," ujar Otis dengan nada dingin. Si pelayan cepat-cepat mengangguk. Dia sudah kehilangan banyak darah. Bibir dan wajahnya pucat. Kalau darahnya tidak segera dihentikan, bisa-bisa dia akan menghadap raja neraka lebih cepat. Otis membisikkan sesuatu ke telinga si pelayan. Si pelayan menatap Otis dengan sorot mata tidak percaya, "Tuan, itu ....""Ya?" Otis memutar sumpitnya sehingga si pelayan menjerit lagi. Cepat-cepat si pelayan mengangguk. "Pergilah." Otis segera mencabut sumpitnya. Si pelayan kehilangan kendali tubuhny
Si trenggiling masih belum terbangun sepenuhnya. Dia menatap tubuh si babi yang penuh dengan kotoran dan mendengar suara tawa orang-orang. Babi itu baunya bukan main. Tentu saja dia sangat marah!Michael mencoba menahan si trenggiling tapi si trenggiling tidak menghiraukannya. "Bajingan!" teriak si trenggiling. Dia keluar dari gudang. Matanya penuh amarah dan mengamati semua orang yang hadir."Wah, wah, lihat. Siapa yang keluar dari gudang bobrok itu," Otis tersenyum mengejek. "Kupikir babi itu yang keluar ternyata anjing gila. Lihat saja matanya dan giginya. Pantas disebut anjing gila!" Si cebol ikutan mengejek. "Kamu benar. Anjing gila dan babi itu cocok dikumpulkan di satu tempat," ujar seseorang dengan nada merendahkan. “Kalian biang masalahnya!” Trenggiling itu tidak bisa menahan kesabarannya. Dia segera melangkah maju. Otis memberi isyarat. Si raksasa itu berdiri di depan trenggiling dan memegang bahu si trenggiling dengan erat.“Bang!” Tubuh keras trenggiling terl