"Jangan bilang padaku bahwa ....""Aku mendengar ucapan Jeny," perempuan berbaju putih tersenyum. "Jeny ....""Jeny merasa sedih," ujar perempuan itu, "Jamuan di atas kapal dibuat untuk memilih suami untuknya, tapi siapa yang menyangka laki-laki yang dia inginkan ...."Perempuan itu menundukkan kepalanya. Pipinya bersemu merah. “Tunggu sebentar!” Kepala Michael jadi pusing, “Aku pikir terjadi salah paham lagi.”“Apa maksudmu Tuan?” Perempuan itu mengangkat kepalanya. Matanya seperti bulan di langit. Begitu indah."Kamu … aku …." Michael berpikir. Bukankah Jeny bertanya apakah orang yang disukai Michael itu bermarga Su?Apa jangan-jangan marga Su yang dimaksud itu milik perempuan berbaju putih ini?!Perempuan itu memalingkan wajahnya. Michael bisa melihat senyum di wajah perempuan itu. Sialan! Michael tidak tahu bahwa perempuan ini memiliki marga yang sama dengan Bella. Tebakannya benar. "Nona Su?""Tuan bisa memanggilku Sari.""Oke. Oke. Yang ingin aku sampaikan ad
Kalau Michael tidak salah ingat, bukankah Felix yang pernah duduk di samping Rahel adalah pewaris Kota Huangmo atau yang terkenal juga dengan Kota Gurun?“Apa keluarga yang berkuasa di kota itu adalah Keluarga Fang?” tanya Michael. Sari mengangguk, "Keluarga Fang adalah keluarga yang menguasai daerah utara di gurun ini."“Keluarga Fang adalah keluarga yang angkuh dan berpikiran sempit. Aku merasa kasihan pada perempuan yang akan menikah dengan bajingan Keluarga Fang.”"Tuan, apakah kenal dengan Keluarga Fang?" tanya Sari.Michael mengangguk, "Aku hanya sekali bertemu dengannya.""Gurun di sekeliling kita tidak memiliki batasan. Kalau Tuan ingin pergi ke utara, Tuan harus melewati Kota Huangmo. Apa Tuan akan menghadiri pernikahan Keluarga Fang?" tanya Sari."Tidak. Daerah tujuanku lebih jauh ke utara," kata Michael."Tuan tetap harus melewati Kota Huangmo. Kapal ini bisa memberimu tumpangan," Sari menawarkan bantuan. "Ada yang tidak aku mengerti. Udara di padang pasir ini san
Sari ingin menjelaskan pada Michael, tapi dia berubah pikiran, "Tuan, sudah larut malam. Beristirahatlah."Sari berdiri dan berjalan meninggalkan Michael. Michael ikut berdiri. Dia ingin menghentikan Sari, tapi ragu-ragu. Apa jangan-jangan ada marga Su lain di dunia ini yang menyukai marga Han?Apa jangan-jangan yang bermarga Su itu adalah Bella? Lalu orang bermarga Han itu bukan dirinya?Kenapa di Dunia Bafang ini ada marga yang sama dengan dirinya dan Bella? Michael menatap bulan yang cerah di langit. Tampak pantulan wajah Bella yang tersenyum di sana. Setelah lama menatap bulan, Michael kembali ke kamarnya. Ketika Michael membuka pintu, si trenggiling melompat langsung dari tempat tidur Michael. Dia menghampiri Michael, "Hei, lama sekali kamu datang. Jangan bilang kalau kamu sudah bertemu dengan para perempuan cantik itu?"“Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu punya kamar sendiri?” Michael mendengus melihat wajah si trenggiling. Dia ingin berbaring di tempat tidur. Namu
Michael melihat ke arah depan kapal. Matanya hanya melihat pemandangan padang pasir yang tidak ada batasnya. Matahari bersinar terik. “Mana kotanya?” tanya si trenggiling. Michael juga tidak melihat ada hal lain selain padang pasir. Pemandangan yang ada di depannya sama saja dengan yang kemarin. Bahkan bisa dikatakan Kapal Bunga seperti tidak berpindah tempat dari kemarin. Michael dan si trenggiling tidak bodoh, tapi itu faktanya.Tidak ada pemandangan kota. Bahkan tidak ada satu batu pun yang terlihat. Ini bukan lelucon, kan?Raut wajah orang-orang di sekeliling Michael terlihat beragam. Ada yang antusias, ada pula yang terlihat ragu-ragu. Sepertinya mereka tidak berpikiran hal yang sama dengan Michael. Bahkan Sari dan dan Jeny sudah menutupi wajah mereka dengan penutup wajah.“Sialan, kenapa mereka bisa melihatnya sementara kita tidak?” Si trenggiling mulai merasa cemas. Michael memicingkan matanya. Bahkan dia menggunakan Jimat Mata Ketiga. Tetap tidak ada apa-apa.
Michael melihat ke sumber suara. Sang jenderal kapal sedang meniup sesuatu seperti tanduk. Benda itu mengeluarkan suara yang melengking seperti seruling."Jangan gugup, Tuan. Itu adalah alat komunikasi. Tanduk itu berasal dari monster gurun. Begitu tanduk itu dibunyikan, Kota Huangmo akan membuka gerbangnya," ujar seseorang. Boom ... boom ... boom!Benar saja. Mereka melihat gerbang tembok kota itu terbuka perlahan-lahan. "Jika kamu ingin datang ke Kota Huangmo, kamu harus tahu caranya. Pertama, kamu harus menemukan jalur langit pada siang hari. Kedua kamu harus membuat pantulan cahaya matahari mengarah ke posisi tertentu. Ketiga, kamu harus membunyikan tanduk dari monster gurun. Jika kamu tidak tahu ketiga cara tersebut, kamu tidak bisa menemukan Kota Huangmo,” orang itu menjelaskan pada Michael. Michael mengangguk."Kita akan masuk ke dalam Kota Huangmo."Kapal Bunga perlahan-lahan bergerak menuju ke arah gerbang. Orang-orang semakin bergerak merapat. Bahkan Sari dan J
"Sari, lama tidak bertemu."Laki-laki tua itu menatap Sari dengan wajah bahagia. Dilihat sekilas, bisa terlihat betapa dekatnya hubungan Sari dengan Keluarga Fang. Laki-laki itu mendekati Sari dan menyambutnya dengan hangat."Benar. Aku sangat ingin bertemu denganmu, Kakek Wira," ujar Sari sambil membungkukkan badan."Jeny menyapa Kakek Wira," Jeny mengikut sikap nonanya. "Wah … wah … Ini benar-benar mengejutkan. Rasanya baru kemarin kita bertemu, tapi kamu tambah cantik saja. Kalau usiaku lebih muda ratusan tahun, sudah pasti aku akan mendekatimu. Hahaha …” ujar laki-laki itu.“Kakek Wira, kamu benar-benar tahu cara menggoda kami,” ujar Sari sambil tersenyum malu. "Hei, apa yang kubilang cantik itu benar adanya. Di Kota Huangmo saja, siapa yang tidak kenal perempuan-perempuan Keluarga Su,” laki-laki tua itu tersenyum, “Ngomong-ngomong, siapa mereka?" Laki-laki tua itu menatap Michael dan si trenggiling.Kota Huangmo dan padang pasir sekitarnya adalah daerah kekuasaan Wira.
Michael dan yang lainnya melewati pasar dan berhenti di sebuah rumah besar.Rumah itu penuh dengan bunga!"Sari, kota ini dibanjiri para tamu pernikahan. Penginapan yang ada sudah penuh oleh para tamu. Tadinya rumah ini tidak ada, tapi aku memerintahkan untuk membangun rumah di tempat yang dulunya adalah kebun bunga."“Kedua tamu yang kamu bawa bisa tinggal di sana,” ujar Wira sambil menunjuk ke suatu tempat. Di seberang pondok bunga, terlihat restoran yang sekarang penuh dengan orang-orang. Di atas restoran itu tampak plakat besar bertuliskan Restoran Meriah. Pondok bunga itu sepi sedangkan restoran itu sangat ramai. Benar-benar bertolak belakang. "Pondok ini tampak besar. Kenapa mereka tidak ikut di dalam saja bersamaku dan Jeny?" tanya Sari. "Nona, bagaimana mungkin Nona berpikir seperti itu? Kalau sampai orang-orang tahu, bagaimana nanti reputasimu?" Jeny menatap Michael dengan sorot mata kesal. "Nona Jeny benar. Kami akan tinggal di restoran," Michael mengangguk.Jen
Michael memasuki restoran. Restoran itu ramai sekali. Seorang pelayan bergegas menyambut Michael. Ketika dia melihat pelayan Keluarga Fang berdiri di depan Michael, perempuan itu mengangguk, "Selamat datang Tuan.""Siapkan dua kamar," utusan Keluarga Fang itu memberi perintah, "Mereka adalah tamu Keluarga Fang. Kamu tahu aturannya."Pelayan itu mengangguk lagi, "Jangan khawatir. Aku akan melayani mereka seperti di rumah sendiri.""Bagus," utusan itu membalikkan badan dan memberi salam pada Michael dan si trenggiling. Dia berkata, "Inilah tempat kalian menginap. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan tanyakan pada pelayan ini. Jika ada masalah, silakan katakan saja padaku."Michael mengangguk, "Terima kasih atas kerja kerasmu.""Ini urusan kecil. Hari sudah siang. Aku akan kembali ke rumah Keluarga Fang," utusan itu membungkuk dan berjalan keluar restoran.Si pelayan itu segera mendekati Michael, "Silakan masuk Tuan."Semua tamu yang hadir dan pelayan restoran melihat kedatang