"Kota yang terbakar?"Semua orang menatap Danu. "Kota terbakar ini ada legendanya. Kota itu sudah lama hilang," ujar Danu. "Sejak Dunia Bafang terbentuk, diceritakan ada sebuah tempat yang terbakar. Apinya sangat besar sehingga membakar apa pun yang ada dalam jarak ratusan mil dari sumber api tersebut.""Api tersebut menyala siang dan malam. Badai saja tidak bisa memadamkannya, apalagi hujan."“Diceritakan awalnya adalah sebuah pohon yang tebalnya ribuan mil dan tinggi sepuluh ribu mil. Namun karena suatu alasan, pohon itu roboh. Patahan pohon tersebut terbakar hingga sampai ke akar-akarnya yang berada di bawah tanah.""Karena akar pohon tersebut begitu luas, maka tanah yang ada di atasnya ikut terbakar. Setelah itu tanah tersebut berubah menjadi padang pasir.""Cerita itu dianggap legenda karena terdengar tidak masuk akal. Selain itu, legenda ini tidak banyak diketahui orang-orang.""Orang-orang yang mendengar cerita ini selalu bertanya bagaimana mungkin ada api yang bisa me
Michael hendak mencari tahu sosok yang dimaksud si trenggiling. Pam tiba-tiba berkata, "Michael ....""Ada apa?" tanya Michael."Aku punya ide, tapi aku tidak tahu apa ini ide yang cocok atau tidak," jawab Pam. "Cepat katakan padaku.""Karena tempat ini begitu panas, kenapa kamu tidak membuka gerbang Buku dari Langit?" tanya Pam. Michael menepuk jidatnya, "Sialan. Kenapa aku tidak terpikir akan hal ini?"Michael menggerakkan tangannya. Sedetik berikutnya muncul lingkaran cahaya. "Michael, aku serahkan ini padamu," Mira menyerahkan giok es pada Michael.Setelah meninggalkan desa, Michael menyerahkan giok es pada Mira dan memintanya untuk meletakkannya di sebelah tubuh Nolan. Dengan giok es, pembusukan jasad Nolan bisa ditunda. Michael mengangguk. Dia menerima giok es dan memimpin anggota kelompoknya masuk ke dalam Buku dari Langit. Begitu semua orang sudah masuk, Michael menutup gerbang. Dengan jurus Langkah Dewa Taixu, dia segera mengejar si trenggiling.Keduanya terban
Di atas kapal, suara alat musik dimainkan. Melodinya seperti suara alam. Perempuan penari menunjukkan kemampuan mereka. Mereka tampak seperti peri yang turun dari bumi. Di depan perempuan penari itu, ada cukup banyak tamu laki-laki yang duduk sambil menikmati makanan dan minuman anggur. Mereka menggunakan pakaian yang cukup mewah dan cerah. Para laki-laki itu masih tampak muda dan memiliki wajah tampan. Di belakang mereka ada para prajurit yang menjaga dengan sikap tubuh waspada. Di bagian tengah kapal, tampak sebuah bilik dengan tirai manik-manik. Di balik tirai itu ada seorang perempuan yang berdiri dengan menggunakan pakaian berwarna hijau. Di sampingnya duduk seorang perempuan yang berpakaian putih. Meskipun kedua perempuan ada di balik tirai manik-manik, kecantikan mereka terpancar keluar. Kulit mereka cerah dan lembut. Pembawaan mereka yang anggun bisa membuat orang salah mengira dengan peri. “Padang pasir membentang hingga ke utara. Kapal berlayar mengarungi padang pasi
Sang jenderal menendang kakinya. Energi tendangan itu mengenai tubuh si trenggiling dan menyebabkan dia terlempar ke udara seperti kelinci. Pemandangan ini mirip dengan adegan perburuan, di mana si trenggiling adalah kelinci dan sang jenderal adalah burung pemangsa. Boooom!Giliran sang jenderal yang terlempar ke udara. Dirinya segera berdiri dan melihat siapa yang berani melawannya. Sosok laki-laki berdiri di depan si trenggiling. "Demi Dewa. Untung kamu muncul tepat waktu," ujar si trenggiling sambil mengatur napas. “Rencanamu menabrak kapal itu terlalu beresiko,” ujar Michael sambil menatap sang jenderal. “Kamu?” tanya sang jenderal sambil mengerutkan dahi. "Sekarang aku lawanmu," ujar Michael. Detik berikutnya sosoknya berubah menjadi bayangan.Sang jenderal terkejut, apalagi ketika sosok Michael berdiri di hadapannya. Buuk!Michael menghajar sang jenderal sehingga menyebabkan sang jenderal terseret ke belakang beberapa meter. "Bagus!" teriak si trenggiling bers
Michael sedang mengamati keadaan sekeliling ketika mendengar bel berbunyi. Ternyata hal ini dilihat oleh para tamu yang ada di atas kapal. Mereka tertawa.“Sialan. Apa kita dipermalukan lagi?” si trenggiling menggosok kepalanya. Michael terdiam. Dia memandangi orang-orang itu. Mereka tidak tertawa lagi karena mereka sudah berjalan menuju aula. "Kalian berdua, bel sudah berbunyi. Nona Keluarga Su mengundang kalian datang ke aula," ujar sang jenderal. Michael dan si trenggiling saling memandang. Mereka mengangguk dan ikut berjalan menuju aula. Di aula tersebut, orang-orang sudah duduk di tempat masing-masing. Ketika Michael dan si trenggiling melewati mereka, orang-orang tersenyum dan saling berbisik. Si trenggiling jadi malu. Sebaliknya Michael berjalan dengan penuh percaya diri. Di depan mereka tampak ada bilik dengan tirai manik-manik."Semuanya, bersulang," ujar seseorang dari dalam tirai tersebut. Orang-orang berdiri. Mereka mengangkat gelas anggur masing-masing dan
Michael mengambil batu-batu kecubung yang berserakan di kakinya. Kemudian dia menyerahkan pada si trenggiling. Orang-orang tertawa melihat kelakukan Michael. Bagi mereka kejadian ini sangat memalukan."Apa yang kalian tertawakan? Dia ini orang kaya dan punya banyak persediaan emas dan perak,” ujar si trenggiling dengan putus asa. Dia berusaha menjelaskan pada semua orang. Namun, semakin si trenggiling menjelaskan, semakin keras tawa orang-orang. Si trenggiling merasa sangat malu. Berbeda halnya dengan si trenggiling, Michael tidak merasa malu ditertawakan orang-orang. "Kamu kan memang menabrak kapal ini. Bukankah wajar kalau kamu menerima biaya pengobatan?" tanya Michael dengan santai. "Michael, kamu ..." si trenggiling berusaha menahan amarah. Ini bukan masalah biaya pengobatan. Ini soal harga diri. Si trenggiling tidak mau hidupnya diremehkan seperti ini. Kalau dia memang mau berobat, dia tidak akan mau menerima uang sepeser pun dari orang-orang ini. Kejadian ini membuat
Lantunan musik di atas kapal itu terdengar merdu. Para penari menari dengan lambat.Meskipun Michael dan si trenggiling sudah duduk, tapi mereka diasingkan oleh tamu yang lain. Keduanya sama sekali tidak menganggap hal ini serius. Awalnya si trenggiling merasa ragu-ragu untuk makan. Begitu melihat Michael makan dan minum wine dengan santai, si trenggiling mengikuti jejaknya. Siapa yang tidak merasa haus dan lapar setelah berada di padang pasir?!Makanannya enak. Minumannya enak. Lagunya merdu. Tariannya indah. Ini adalah kemewahan yang tidak bisa diprediksi ada di padang pasir.Tamu-tamu lainnya menggelengkan kepala dengan jijik. Mereka berada di tempat yang menyenangkan, tapi bagaimana bisa ada dua sampah yang ikut serta? Benar-benar memalukan. Tarian para penari selesai. Mereka mengundurkan diri. Pemusik memainkan musik dengan tempo lebih lambat. Aula di atas kapal itu menjadi lebih santai dan nyaman."Wine dan puisi tidak bisa dipisahkan. Tuan Yogi, sebentar lagi giliranmu
Sebelumnya Michael melihat sekeliling dan memastikan tidak ada orang yang mendengar. Begitu tidak ada orang, Michael berani membuat puisi dan membacakannya di depan si trenggiling. Namun Michael tidak mengira perempuan berbaju putih mendengar apa yang dia katakan. Perempuan berbaju putih itu memberi isyarat pada perempuan berbaju hijau, dan berbisik padanya.Perempuan berbaju hijau itu berkata, "Semuanya, nona memiliki perintah untuk mengganti topik."Ganti topik?Semua orang jadi terkejut. "Kenapa topiknya harus diubah? Aku sudah menyiapkan puisi lanjutannya.""Aku juga.""Benar. Topiknya jangan diganti."Para tamu itu saling mendukung satu sama lain. “Aku tidak bisa mengikuti topik ini. Aku harap kalian dapat mengubah topiknya,” ujar suara lembut dari balik bilik tersebut. “Kalau nona mengalami kesulitan, aku akan mengubahnya,” ujar salah satu dari mereka. Laki-laki lainnya mengangguk.Perempuan berbaju putih itu mengangguk. "Dengarkan hujan. Hujan di tempat. Hujan d