Begitu cahaya itu menghilang, ada sehelai kain sutra seukuran telapak tangan di atas tangan trenggiling.Di atas permukaan kain itu, ada rute jalan dengan simbol aneh. Di bagian tengahnya ditandai dengan warna merah. Di sebelah lingkaran merah yang ditandai, terlihat gambar ulat sutra."Apa ini?" Michael menjadi bingung. "Aku tidak tahu pasti tapi sepertinya ini peta harta karun," ujar si trenggiling. "Apa?" Michael terkejut. Jawaban macam apa itu?Kenapa si trenggiling bilang ini peta harta karun?!"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak bohong. Aku menemukan peta ini di dekat tempat kelahiranku. Begitu aku menjadi manusia, aku menggalinya dan ada peta ini!""Ketika kubuka peta ini, aku melihat ada rute dan gambar aneh-aneh. Karena terlihat misterius, kupikir ini pasti semacam peta harta karun," si trenggiling menjelaskan pada Michael.Michael merasa curiga, "Jadi peta ini ada di dekat kamu dilahirkan?""Benar."Ini tidak mengherankan. Dengan kekuatan roh tanah si trenggi
Sebelumnya Sissy dan yang lainnya percaya pada Michael, tapi seiring berjalannya waktu, rasa percaya diri mereka berangsur-angsur berkurang. Mereka jadi cemas dan mondar-mandir di tempat. Kadang-kadang mereka melihat ke luar desa."Malam sudah berakhir. Mengapa Michael belum kembali?" tanya Lucky sambil memandang Sissy, "Bukankah kamu bilang dia bisa membunuh Monster Huangsha?”Sissy juga cemas. Dia berkata dengan kesal, "Jangan khawatir. Aku selalu menepati apa yang kukatakan. Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Jika ayam sakit tidak kembali, kamu bebas melakukan apa pun yang kamu inginkan. Dia pasti kembali.""Ini bukan soal taruhan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Semua orang di sini mengkhawatirkannya," ujar Lucky. Sissy tahu itu, tapi malam sudah berlalu. Michael belum juga kembali. Sissy jadi kesal dan menganggap penduduk desa ini rewel."Bulan, kamu bilang Michael sudah keluar sepanjang malam. Kita juga mengalami gempa bumi tapi kenapa sampai sekarang dia b
Bulan menjadi gelisah mendengar apa yang dikatakan Sissy. Nasib Michael belum diketahui dengan pasti. Namun, Sissy memilih untuk membicarakan taruhan dia dengan si kepala desa. Memang keberadaan Michael belum diketahui, tapi Bulan memahami alasan Sissy melakukannya. "Michael mati bersama monster itu untuk menyelamatkan desa. Kami sangat berterima kasih padanya meskipun belum melihat jenazahnya. Nona, kamu boleh mengambil nyawaku yang sudah tua kapan saja," ujar si kepala desa. "Baiklah," Sissy mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya kepada si kepala desa. Si kepala desa memandang Sissy dengan curiga. Dia menerima kertas itu dan membacanya. Detik berikutnya wajahnya pucat. Kertas itu terlepas dari tangannya. Lucky dan penduduk desa lainnya penasaran dengan apa yang tertulis di kertas itu. Lucky mengambil kertas yang jatuh dan melihatnya. Bulan dan yang lainnya tidak bisa melihat kertas itu. Namun para tetua desa menjadi gelisah. “Nona, siapa kamu?" tanya si kepala d
Di balik kain hitam itu, ada kotak yang berisikan batu kecil. Batu tersebut berwarna hitam pekat. Tidak ada ukiran apa pun di batu itu. Batu itu tampak biasa saja. Di sebelah batu hitam itu tampak sebuah anak kunci. Kunci itu agak tua dan tidak ada bekas karat. Berkebalikan dengan batu itu, kunci tersebut memiliki ukiran indah. Panjang kunci itu sekitar sepuluh sentimeter dan lebar empat atau lima sentimeter. Bulan dan yang lainnya kagum melihat keindahan kunci tersebut. Namun di saat yang sama, mereka bingung.Ini hanya kunci biasa. Kenapa para tetua dan kepala desa menjadi gelisah? Semua orang memandang ke arah Sissy. Mereka juga memandang kepala desa. Si kepala desa itu mengangguk pada Lucky. Dia memberi isyarat untuk menyerahkan kotak tersebut pada Sissy. Lucky ragu-ragu tapi akhirnya dia menyerahkan kotak itu pada Sissy.Sissy tidak memberikan komentar. Dia mengangguk dan mengeluarkan kunci tersebut. “Kunci ini sudah menjadi milik kami. Berarti kami punya hak untuk
"Kepala Desa!" ujar beberapa tetua. "Cukup. Kalian tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Taruhan itu sudah pasti ada yang kalah. Nona, maafkan orang-orang di desa ini. Sikap mereka sudah seperti ini sejak dulu," ujar kepala desa dengan nada meminta maaf.Meskipun Sissy menginginkan sesuatu yang benar-benar di luar dugaan, kepala desa tidak menyalahkan orang lain selain dirinya sendiri. Dirinya lah yang menerima tawaran taruhan tersebut. “Karena aku yang meminta, tentu saja aku akan mendatangi tempat itu,” ujar Sissy tidak kalah tegas. Sissy menatap Bulan yang berdiri di sampingnya, "Bulan, bisakah kamu membantuku?"Bulan mengerutkan dahi dan berkata, "Katakan padaku.""Aku butuh beberapa jagoan untuk membantuku," ujar Sissy."Itu ...." Bulan menjadi bingung. Bukan karena dia tidak mau membantu, tapi Bulan tidak tahu apakah yang dilakukan Sissy ini benar atau salah.Jika ternyata Sissy melakukan kesalahan, bukankah usaha dia dibantu itu percuma saja?!"Bulan, percayalah padak
Kepala desa itu tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Sepertinya kamu mengenal desa kami lebih baik dari yang aku bayangkan.""Baiklah. Karena kalian semua sudah siap, ayo pergi."Si kepala desa melambaikan tangannya yang besar dan berjalan keluar terlebih dahulu. Di belakangnya, ada Lucky dan beberapa tetua yang berjalan beriringan. Sissy mengangguk pada Bulan. Para jagoan yang berjumlah lebih dari dua puluh orang ikut berjalan keluar desa. Di sepanjang perjalanan tidak ada suara lain yang terdengar selain suara langkah kaki dan suara napas orang-orang. Malam itu begitu gelap dan sunyi. Sinar bulan menerangi mereka. Suasana malam itu terasa aneh. Mereka berjalan hingga sampai di sebuah pondok tidak jauh dari situ.Dibandingkan dengan pondok yang lain, pondok itu tampak lebih besar. Bahkan pondok kepala desa tidak ada apa-apanya!Sayangnya meskipun pondok itu tampak besar tapi bangunannya bobrok. Dengan sinar bulan, orang-orang bisa melihat atap pondok i
Di tengah-tengah retakan itu, tampak sebuah tangga turun ke bawah tanah. Debu-debu tebal beterbangan ke udara. Tangga itu selebar dua meter dan tampak tidak ada ujungnya. Ujungnya sendiri begitu gelap. "Ada tangga bawah tanah? Aku tahu. Pantas saja bangunan ini bobrok. Ini pasti gara-gara tangga ini bukan?" tanya Spence terkejut.Mark melihat ke sekelilingnya. Apa yang dikatakan Spence sepertinya benar. Kondisi bangunan itu tidak kokoh, kecuali tangga tersebut. "Kupikir tempat ini sengaja dibuat seperti tidak diurus. Alasannya karena ada tangga ke bawah tanah itu. Dengan begitu orang-orang yang tidak punya kepentingan tidak akan datang ke sini," ujar Bulan. Mark setuju dengan pendapat Bulan. Ini seperti masuk ke gua harimau. Dari luar seperti tidak ada apa-apa. Namun begitu menemukan tulang-tulang di dalam gua, di situlah ada jebakan. Tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang tidak diduga kebanyakan orang. Kepala desa menatap Bulan. Dia tidak menjelaskan apa-apa. K
"Benar," kepala desa mengangguk, "Ini pintu besi dan perak. Itu melambangkan hidup dan mati manusia."“Monster langit dan bumi di kedua pintu. Hidup dan mati saja tidak cukup,” ujar Lucky. Orang-orang saling memandang dengan cemas.Apa yang dikatakan kepala desa dan Lucky seolah-olah mempunyai makna lain. Mereka menatap pintu besi dan perak itu seolah-olah kedua monster itu menatap mereka. Pintu apa ini? Apa jangan-jangan ini pintu menuju kerajaan bawah tanah?Beberapa ratus meter di atas tempat ini ada sebuah desa yang kecil. Para penduduk desa memiliki tempat tinggal yang sangat sederhana. Namuan siapa yang menyangka ada pintu aneh di bawah sini?!Sekarang Bulan baru memahami alasan Sissy meminta beberapa jagoan untuk menemaninya datang ke sini. Tanpa membuang banyak waktu, Sissy mengambil kunci di tangannya dan berjalan perlahan ke depan pintu. "Nona, begitu pintu dibuka, hidup dan matimu akan menjadi tidak pasti. Apa kamu benar-benar yakin?" tanya kepala desa. Sissy b