Semua orang menatap Arum dengan bingung.Suara tetesan air yang mereka dengar itu bukan darah. “Kamu menangis?” Axel tersenyum mengejek. Arum memang menangis. Pipinya basah. Ada orang yang menangis karena sangat takut. Ada juga yang menangis karena merasa kematian sebentar lagi akan menjemput mereka. Ada juga orang menangis karena rasa sakit yang mereka derita. Semua kondisi ini dirasakan Arum. Tapi tetesan air yang menetes itu bukan air mata. Pertanyaan yang dilontarkan Axel padanya barusan adalah sebuah ironi. Karena suara tetesan air itu bukan air mata, bukan darah, tapi suara air kencing!Arum tidak peduli akan hal itu. Dia tidak peduli jika Cameron dan para pengawalnya melihat kondisinya yang menyedihkannya ini. Ketika dirinya terancam, buat apa lagi memikirkan martabat? Arum menggelengkan kepalanya dengan putus asa. Dirinya tidak memiliki kekuatan untuk melawan Axel. Sangat menyedihkan!"Axel. Kondisi Arum sudah lemah. Kamu ... kamu harus melepaskannya," Cameron be
"Sret!"Sambil tersenyum Axel membuka celananya. Cameron dan lainnya terpana. Mereka mengira Axel akan membunuh Arum, tapi …."Apa yang kalian lihat? Cepat lihat ke bawah!" Cameron memperingatkan para pengawalnya untuk menundukkan kepala mereka. “Siapa yang memberimu izin untuk melihat ke bawah?!” teriak Axel. Cameron terkejut, "Tapi ...." Axel tersenyum dingin, "Siapa pun yang melihat ke bawah, akan kuhabisi!"Semua orang terdiam. Dulu mereka menganggap remeh Axel. Sekarang mereka tidak berani menentangnya. Buktinya sudah terlihat. Jika mereka berani bergerak, nyawa mereka bakal melayang. Axel akan langsung membunuh mereka. Diam-diam mereka menelan ludah. Tidak ada yang berani bergerak sedikit pun.Cameron ingin berkata lagi, tapi aksi Axel menghentikannya. Detik berikutnya terdengar jeritan Arum. Debu-debu berjatuhan. "Pluk!"Debu yang sama juga berjatuhan di atas kepala Cameron. Dirinya menutup mata dan tidak bergerak. Cameron hanya bisa mendengarkan jeritan Arum
"Tentu saja, aku tidak akan menolak," Cameron tersenyum.Naluri Cameron mengatakan dia harus melakukan hal ini. Meskipun Cameron menahan tentara elit yang dikirim oleh Laut Abadi dan tidak takut pada Keluarga Ye, tetapi jika terjadi perselisihan dengan Keluarga Ye jelas lebih merugikan daripada menguntungkan Cameron."Keluarga Fu dan Keluarga Ye saling mendukung. Sekarang mereka diam-diam menguasai kota-kota di sekitar Kota Tianhu. Pengaruh mereka tambah kuat. Bagaimana kita bisa berselisih satu sama lain? Kita perlu lebih mempererat hubungan, bahkan berbagi suka dan duka. Bukankah begitu?" Axel tersenyum. "Itu benar," Cameron buru-buru menjawab."Anjing mati ini cukup enak dimainkan. Cameron, kamu juga bisa bermain.""Ini ...." Cameron tertegun, "Axel, tidak peduli separah apa perbuatan Arum, tapi dia … dia adalah istrimu, dan aku ... aku adalah tetuanya.""Perempuan itu seperti pakaian. Sementara laki-laki semua bersaudara. Memangnya kenapa? Jika kamu suka, kamu bisa menikma
Cameron menganggukkan kepalanya.Apakah dia ingin tahu?Cameron betul-betul ingin tahu! Keinginan itu merasuki hingga sumsum tulang belakangnya!Setiap orang menginginkan kekuatan lebih. Kekuatan yang bisa mereka dapatkan dalam waktu singkat. Apalagi untuk Cameron sebagai orang yang sangat peduli pada status dan kedudukan. "Tempat ini sudah kehilangan keanggunannya. Mari kita pindah ke tempat lain."Axel melirik Arum kemudian berbalik dan berjalan melalui tangga ke bawah.Di situasi seperti ini, bagaimana mungkin Cameron masih peduli dengan kondisi Arum yang mengenaskan? Cameron takut kesempatan Axel memberitahu rahasianya tidak akan terulang lagi. Jadi dia mengikuti Axel turun ke bawah. Para pengawal saling memandang satu sama lain. Kemudian mereka mengangguk dan ikut turun ke bawah. Di loteng tersebut, jejak darah ada di mana-mana. Belum lagi mayat-mayat perempuan penghibur. Yang tersisa hanyalah Arum. Itu pun kondisinya menyedihkan. Pakaiannya berantakan. Tubuhnya berlumu
Selain pakaian hitamnya, pria itu dikelilingi oleh energi hitam. Dari pria itu keluar aura tenang yang begitu terasa ke seluruh tubuhnya.Seringai di wajah Cameron langsung menghilang. Dia ikut berdiri dengan gugup. Nalurinya berkata bahwa pria yang muncul di depannya tidak bisa diremehkan. Tidak, lebih tepatnya, pria ini adalah orang yang sangat berbahaya.Lihat saja dari cara jalannya. Energi yang terpancar keluar darinya begitu menekan udara. Bahkan bernapas pun terasa sulit.Orang seperti ini sangat jarang Cameron temui sepanjang hidupnya.Cameron tidak akan berani membuat kesalahan. Dia menundukkan kepala. Cameron berharap pria itu bisa melihat bahasa tubuhnya yang tidak ingin membuat masalah. Meskipun Axel tidak mengatakan apa-apa, Cameron bisa menduga pria misterius inilah yang menjadi alasan dia menghilang lalu berubah. Dari orang ini juga Axel belajar bela diri. “Kepala Keluarga Fu. Itu kamu, bukan?” Pria misterius itu tersenyum, tapi nada suaranya membuat kulit kepa
Dalton sudah lama mati. Kenapa … kenapa dia masih hidup?!Apa jangan-jangan dia memalsukan kematiannya?Tidak mungkin. Hal itu sama sekali tidak perlu."Kamu ... Tuan Ye? Wali Kota Tianhu?" Cameron bertanya sambil mengerutkan kening. Suaranya menunjukkan rasa tidak percaya. "Bukankah ... bukankah kamu sudah mati?"Seketika perasaan takut melintas di mata Cameron.Mungkinkah Dalton yang berdiri di depan Cameron ini adalah sosok hantu?! Pakaian mereka memang agak mirip."Mati?" Dalton tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Untuk menjadi orang bijak, cara berpikirnya harus paham diri sendiri. Mereka yang mencari kebenaran prinsip pasti membuat kesalahan.""Sama seperti gelas wine di tanganku. Ketika kamu menuangkan wine ke dalam gelas, maka jelas itu adalah gelas wine, tapi jika kamu menuangkannya ke dalam cangkir teh, apakah lalu cangkir itu disebut adalah cangkir wine?"Cameron tidak bisa menjawab pertanyaan Dalton. Tapi detik berikutnya dia mengangguk. Memang. Seseorang
"Gu … Gugi?"Itu benar. Sosok pria di balik penutup itu bukanlah Dalton, tapi pemimpin Keluarga Gusu, Gugi!Putranya Pitt pernah menjadi menantu Keluarga Fu. Cameron sendiri yang memilihnya. Waktu itu Michael menggagalkan pernikahan Pitt dengan Bella. Setelah hari itu Cameron tidak pernah mendengar kabar keluarga itu lagi.Cameron tidak mengerti. Bukankah pria yang berbicara di depannya ini Dalton? Kenapa wajahnya adalah wajah Gugi?!“Mungkinkah Gugi dirampok rumahnya?” pikir Cameron sambil mengerutkan kening. "Tepat sekali!" cibir Dalton. Cameron terkejut. Padahal dia hanya berpikir tidak bersuara tapi Dalton bisa tahu hal itu. “Jangan terlalu cepat terkejut, pemimpin Keluarga Fu. Kamu masih belum melihat yang berikutnya,” Dalton menutup matanya. .Mendadak timbul retakan di lantai paviliun itu. Pilar-pilar paviliun itu juga berubah menjadi pasir. Gelas wine dan mangkuk giok di atas meja Cameron meleleh dan berubah menjadi air. Cameron mengangkat tangannya begitu melihat
Cameron sedikit terkejut dengan pertanyaan Dalton. Namun, dia adalah orang yang serakah. Bagaimana mungkin dia peduli dengan keanehan pertanyaan tersebut?!"Cameron berani menerima risiko belajar!" ujar Cameron dengan lantang. “Oke, karena kamu berani, aku akan mengajarimu. Tapi aku punya syarat.“ "Tuan Ye … katakan saja."Dalton tersenyum lembut, "Setelah aku meninggal, Gugi adalah orang pertama yang aku cari. Aku mengajarinya Jurus Magis Tak Terkalahkan. Sebagai gantinya dia membantuku mengumpulkan sisa nyawaku dan menghidupkannya. Sayang sekali bocah tua jahat dan tidak tahu malu. Karena itu aku berakhir seperti ini ....""Cameron berbeda dengan Gugi. Kita punya hubungan keluarga. Pasukan Keluarga Yefu siap sedia. Jika aku belajar darimu, aku akan patuh mematuhi perintahmu," buru-buru Cameron berkata. Dia mengerti maksud Dalton. Dalton mengangguk, "Pemimpin Keluarga Fu sadar. Itu baik sekali. Jangan cemas. Jika kamu mengikutiku, kamu tidak akan diperlakukan buruk. Di masa