"Apakah itu kamu?” Lilia mengernyit saat melihat tamunya. Lilia melirik pada Zeba yang sedang tidur di kamar kemudian mengarahkan pandangan kembali pada seseorang yang mengangguk di depan pintu. "Silakan masuk!” ucap Lilia cepat-cepat setelah terdiam untuk beberapa saat. “Kamu datang ke sini untuk menengok Zeba? Dia masih belum bangun, tapi dia baik-baik saja. Dia hanya kelelahan,” lanjutnya. "Tidak. Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu.” "Mencariku?” Lilia tercengang. Pipi Lilia sedikit merona meskipun dirinya sangat terkejut."Kamu punya waktu untuk jalan ke luar dan bicara berdua denganku?” Lilia melirik pada Kakak Keempat dan Kakak Kelima yang sedang menjaga Zeba di tempat tidur. Dia perlahan menggigit bibirnya dan mengangguk, “Baiklah!” Lilia berjalan ke luar kamar dan mengikuti tamunya. Mereka berdua masuk ke kamar lain. Setelah menutup pintu, tamunya menyajikan teh dan meminta Lilia untuk duduk. "Apa yang membuatmu ingin menemuiku?” tanya Lilia tan
Langit penuh dengan awan gelap. Cahaya matahari sore tertutup awan. Awan-awan tebal berdatangan seolah-olah akan ada badai datang. Hari menjadi gelap. Kondisi ini membuat orang-orang ketakutan.Seluruh dunia tenggelam dalam dunia hitam dan putih!Pemandangan ini membuat kota menjadi suram, tapi yang membuat orang-orang menjadi lebih takut adalah suara mengerikan dari arah keluar jalan kota!"Howl""Howl!"Suara raungan itu seperti datang dari sosok zombi, makhluk yang menyeramkan. Suara itu terdengar sampai ke seluruh kota. Zombi-zombi berkumpul di tepi jalan. Badan mereka bergoyang dari kanan ke kiri. Mereka berjalan sambil menyeret kaki. Ada juga zombi yang berjalan seperti kepiting. "Ada yang berubah menjadi zombi dalam waktu satu malam!" Danu berteriak sambil mendekati Michael. Kemudian dia menatap kerumunan zombi di pinggir jalan. Raut wajah mereka sungguh mengerikan. "Ya, seolah-olah mereka keluar dari liang kuburan," Nolan mengerutkan dahi. "Hei, lihat. Bukankah
Sorot mata Michael menajam. Dari matanya terpancar kesedihan dan rasa bersalah. Kerumunan zombi itu saling tumpah tindih. Mereka tidak peduli keadaan satu sama lain. Di antara kerumunan zombi itu, Michael melihat wajah-wajah yang terasa akrab baginya. Ada tiga anggota Tujuh Manusia Aneh yang dipimpin oleh Deva!Sebelumnya tiga orang itu bertugas mengamati situasi dekat tembok kota. Michael tidak ingat pada mereka ketika memasang energi pelindung. Sekarang tiga orang itu juga ikut berubah menjadi zombi. Hati Michael menjadi sedih. Padahal mereka sudah banyak membantu Michael, tapi Michael tidak sengaja melupakan mereka. Dia merasa menyesal. "Howl!""Howl!"Michael masih mengenali wajah ketiga orang itu, tapi rongga mata mereka kosong dan keluar darah. Wajah mereka dipenuhi bintik hitam. Mereka menatap Michael seolah-olah ingin menyantapnya. Michael menggelengkan kepala dan terjun ke bawah. "Howl!"Hempasan angin terbentuk ketika Michael mendarat. Para zombi itu terle
Mata Michael menjadi merah darah di cermin itu. Wajahnya dipenuhi bintik biru keunguan. Ada taring yang muncul dari mulutnya. Michael tampak seperti Iblis!Michael pikir itu hanya ilusi. Kemudian dia menggelengkan kepala sambil mengedipkan matanya berulang kali, tapi bayangan itu tampak tidak berubah. Michael menatap tajam Buddha Emas yang ada di tembok kota. "Kamu pikir itu ilusi?" Si Buddha Emas seakan bisa membaca jalan pikiran Michael. "Kamu pikir itu bukan ilusi?" Michael balik bertanya dengan nada dingin. "Dengan level kemampuanmu, apakah halusinasi itu tampak benar?" tanya si Buddha Emas sambil tersenyum. Michael terdiam. Dia sudah melihat banyak sekali halusinasi, tapi dia tidak akan pernah tertipu sekali pun. Michael berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Kemudian dia menatap sekelilingnya lagi. Tidak ada yang berubah!Alis Michael terangkat. Si Buddha Emas masih ada dan tetap tersenyum penuh percaya diri. "Aku tahu ada sesuatu, tapi apa kamu pikir kamu
Semua informasi dari si Buddha Emas memang masuk akal!Naga Iblis berhasil Michael lumpuhkan. Iblis Malam datang untuk membalas dendam pada Michael dan ingin menolong Naga Iblis. Iblis Malam berpura-pura menjadi biksu dan mengadu domba pihak-pihak yang berkepentingan. Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Termasuk apa yang dikatakan Iblis Malam setelah kematiannya. Setelah Michael mencoba memikirkannya, dia merasa tertipu. Iblis Malam berhasil menipu dirinya!Tubuh istimewa Zeba menjadi bintang pada permainan ini. Mungkin tubuh abadi suci Zeba memiliki kesaktiannya sendiri. Tubuh Michael sebenarnya juga tak kalah sakti, tapi tubuhnya tidak berhasil mengalahkan Iblis Malam. Mungkin ini adalah bagian dari skenario Iblis Malam. Iblis Malam sudah membuat sebuah pertunjukan luar biasa. Dia menggunakan kematian palsu. Setelah mendengar ini semua, Michael menjadi lebih waspada. Setelah melindungi orang-orang di penginapan, semua orang benar-benar tidak terluka. Hal ini langsung m
"Pemimpin. Dia keluar kota!""Apa?"Nolan dan lainnya segera berdiri. Mereka semua terkejut. "Dia … dia pergi meninggalkan kota?" tanya Nolan dengan cemas. "Iya!"Danu dan Nolan sepakat untuk menyuruh anak buah mereka untuk memantau keadaan di lantai paling atas penginapan. Tujuannya adalah untuk melihat situasi di sekeliling kota dan para zombi."Apa kamu yakin tidak salah lihat?""Aku melihatnya dengan jelas," jawab si anak buah sambil mengangguk. Di antara kerumunan para zombi sosok Michael pasti terlihat jelas. Apalagi ini siang hari. Meskipun level kekuatan si anak buah tidak tinggi, tapi melihat sosok Michael bukanlah kendala baginya."Kenapa Michael keluar kota di saat genting begini?" tanya Nolan dengan bingung. "Ya. Bukankah masih ada kerumunan zombi di luar, tapi kenapa ….""Jika pemimpin pergi, apa yang akan kita lakukan?""Dia tidak sengaja meninggalkan kita, bukan?"Orang-orang yang baru bergabung dengan Kelompok Misterius menjadi panik. Wajar saja. Mereka
"Katakan saja!" Nolan menjadi tidak sabar. Dia ingin tahu keadaan Michael. "Beritahu saja kami," ujar Danu. Si anak buah mengangguk, "Awalnya aku tidak percaya, tapi … tapi sepertinya Pemimpin sudah bertemu dengan pemimpin para zombi. Ketika pemimpin mendekati tembok kota, tiba-tiba muncul sosok biksu dengan memakai jubah hitam. Sepertinya mereka mengobrol cukup lama. Si biksu lalu pergi dan pemimpin mengikuti biksu itu."Semua orang terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi?Apa itu berarti Michael hendak bergabung dengan kelompok biksu?!Tapi bagaimana mungkin?"Apa mungkin kamu salah lihat?" Nolan mengerutkan dahi. "Atau mungkin kamu salah paham. Mungkin Michael sedang bernegosiasi dan negosiasi itu batal. Biksu itu melarikan diri dan Michael mengejarnya.""Itu mungkin saja," Mark mengangguk. Semua orang juga mengangguk. Mereka bertanya, "Bagaimana mungkin Michael tahu siapa pemimpin para zombi itu?""Aku juga berpikir hal yang sama, tapi masalahnya adalah …" ujar si anak
Di samping biksu berjubah merah berdiri seorang biksu. Wajahnya tampak lebih muda dan polos. Begitu melihat Michael, biksu itu berkata, "Amitabha, bagus, bagus!"Michael menundukkan kepala. "Tuan Han, kamu tidak mengecewakanku. Kamu mengikutiku."Si Biksu Tua membalikkan badan dan berjalan menjauh. Michael mengikuti langkahnya. Ketiganya menyusuri hutan bambu menuju kaki gunung yang tampak dari kejauhan. Semakin jauh melangkah, aura Iblis semakin terasa. Michael bisa merasakannya. Aura Iblis ini memberikan tekanan pada dirinya seperti menusuk sumsum tulang belakang. Sebelumnya langit berwarna biru cerah. Di tengah hutan bambu, awan gelap datang. Langit menjadi gelap. "Ini adalah aura yang datang dari Iblis Malam," ujar Biksu Tua. "Tapi aku dengar, Iblis Malam hanya berkegiatan di malam hari. Apakah di siang hari kekuatannya melemah?" tanya Michael dengan bingung. "Siapa yang mengatakan itu padamu?" tanya si Biksu Tua. Michael terdiam. Naga Iblis mengatakan hal itu.
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua