Ava mengernyit mendengar pertanyaan Rahel. Nada suara Rahel seperti itu baru didengarnya padahal dia sudah lama ikut bersama Rahel. Ada harapan, pertanyaan sekaligus perasaan yang lemah di hati gadis ini. Ava mengangkat kepalanya. Michael, kamu bisa mengatasinya?! "Kamu baik-baik saja?” Kelinci Sakti bertanya cemas. Tubuh Michael gemetar dan kesadarannya mulai berkurang. "Michael, jangan tutup matamu. Kamu tidak akan bisa lagi membuka matamu kalau kamu menutup matamu sekarang. Bukankah kamu mengatakan ingin bertemu Bella dan melihat Hanna tumbuh besar? Kamu juga ingin menyelamatkan Spence dan mengembalikannya ke bumi? Jangan tutup matamu, jangan!” Kelinci Sakti berteriak putus asa pada Michael. Michael dalam keadaan kritis antara hidup dan mati. Menutup dan membuka mata seharusnya menjadi perkara mudah. Michael menggelengkan kepala dan berkata, “Ya, aku ingin hidup menua bersama Bella. Aku ingin melihat Hanna tumbuh besar dan bahkan menyaksikannya menikah. Aku
Cahaya keemasan itu menghilang. Tentu saja tidak semua orang menyadarinya. Dua berkas cahaya perak menerjang cahaya emas. Setelah membungkus cahaya emas itu, semua cahaya itu hilang ditelan langit. Kejadiannya begitu cepat hingga orang-orang tidak melihatnya. Monster guntur terlarang ikut menghilang. Semuanya menjadi tenang. Bencana sudah berakhir.Para pasukan menghela napas lega. Setelah pencarian empat minggu, mereka tidak pernah melihat Michael. Mereka menjadi lebih tenang karena sudah menganggap Michael sudah mati. "Sebarkan informasi bahwa Michael sudah terbunuh," perintah Theo pada para pasukan. Sisa pasukan yang ada saat itu sekitar 10.000. Dia mulai mengerti mengapa Paviliun Dewa Pengobatan sulit mengalahkan Michael. "Baik!" Roby mengangguk. Theo terdiam. Dia menatap Kota Huoshi dari kejauhan. Mungkin pemilihan nama kota itu sudah tepat. Kemudian Theo memimpin orang-orang dari Laut Abadi untuk kembali. Setelah Theo pergi, Huw ikut pergi juga. Dengan begitu par
"Siapa Marcus ini? Kenapa aku baru mendengar namanya sekarang?"Orang-orang saling berbisik karena takut terdengar. "Dia itu sebelumnya murid berbakat dari Perguruan Harapan. Kemudian dia bergabung dengan Paviliun Dewa Pengobatan. Dia juga putra angkat dari Keluarga Ao Laut Abadi. Aku pikir wajar saja Michael kalah di tangannya.""Kamu benar. Bagaimana mungkin pria sampah dari dunia biru bisa dibandingkan dengan Marcus. Itu sama seperti langit dan bumi. Mereka berbeda jauh."Mendengar komentar tersebut, Marcus tersenyum lebar. Inilah alasan dia memilih muncul di tempat ini. Dia menginginkan orang-orang memujinya. Memang sebelumnya dia pernah dikalahkan Michael, tapi sekarang, Michael sudah mati. Lagi pula memangnya ada yang ingat?!"Mereka sudah datang," ujar Wiley. Marcus mengangguk. Dari kejauhan terlihat Cameron, Axel dan Arum. Mereka diikuti oleh para pengikutnya. Wajah Cameron terlihat cukup kesal. Mereka masuk ke lantai dua kedai teh tersebut. Cameron menatap Marcus
"Hei, Pimpinan Keluarga Fu, kamu buta ya?" cibir Wiley. Dia meletakkan surat perintah itu di meja, "Kamu tidak bisa baca?"Cameron menggertakkan gigi. Tidak bisa baca? Dia adalah pemimpin keluarga, bagaimana mungkin dia tidak bisa baca? Ucapan Wiley ini menusuk harga dirinya. Namun, Cameron berusaha menelan harga dirinya. Nasib Kota Huoshi belum ada di tangannya. Dia mengambil surat perintah itu dan membaca, "Tuan Ye, Pimpinan Keluarga Fu, Aku, Kai, menjanjikan setengah Kota Huoshi dan Keluarga Zhu akan menuruti perintah Keluarga Yefu dan keluarganya."Cameron menatap Wiley dan lainnya. "Baca sekali lagi," Wiley masih mengejek Cameron. Guru Keempat dan lainnya tidak bisa menahan sabar. Mereka menundukkan kepala dan ikut membaca, Kemudian mereka mendengus. Cameron seketika jengkel dan bertanya, "Apa yang kalian tertawakan?""Cameron, Cameron. Pantas saja kamu bodoh. Di sini tertulis Kai akan menyerahkan setengah Kota Huoshi dan Keluarga Zhu untuk menuruti perintah Keluarga Yefu
Cameron menaikkan alisnya sambil bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"Marcus tersenyum. Dia menatap Wiley. Wiley tertawa dan berkata, "Kami tidak menginginkan apa-apa, hanya ingin memberi peringatan saja."Kemudian terdengar suara langkah kaki berjalan menuju mereka. Mereka melihat siapa yang datang. Kedai teh itu sudah dikerubungi banyak orang. Beberapa jagoan dengan seragam Laut Abadi naik ke lantai dua. "Apa? Kamu ingin membunuh kami?" Cameron menengadahkan kepalanya, "Bunuh saja. Biarkan orang-orang tahu bagaimana nasib orang yang sudah bekerja sama dengan kalian. Aku siap ditukar dengan tiga puluh empat nyawa keluargaku demi menjaga reputasi keluargaku.""Tidak hanya kamu tidak bisa baca, tapi ternyata telingamu juga tuli," Wiley menepuk pipi Cameron berkali-kali, "Orang tua. Jangan bikin masalah.""Kamu!" Cameron menggertakkan gigi. "Apa ucapanku tidak jelas? Aku hanya mau memberimu peringatan. Kapan aku bilang mau membunuhmu?" Wiley mendengus. Wiley merasa senang. D
Arum mendekati Marcus sambil tersenyum, "Bukankah kamu yang memintaku datang?"Arum berdandan dengan sangat menarik. Pakaiannya benar-benar menggugah selera semua pria. Marcus tersenyum. Dia memeluk Arum dan membawanya ke tempat tidur. Setelah melakukan aksinya, Marcus menjadi lebih santai dan nyaman.Arum membelai dada Marcus dan berkata, "Ini alasannya kamu mendekatiku? Kamu menang. Michael tidak pernah menyentuhku."Marcus terpana. Dia tidak menyangka Arum akan berkata seperti itu. Kemudian Marcus tersenyum, "Benarkah?""Itu benar. Lagi pula, dia tidak berhak menyentuhku," ujar Arum dengan sombong. Padahal Arum yang menggoda Michael beberapa kali. Hasilnya selalu Arum yang ditolak Michael. Sekarang dia berkata pada Marcus seolah-olah Michael yang mendekati Arum. Marcus tersenyum. Dia tidak percaya Arum bisa berpasangan dengan Axel. Pam contohnya. Dia perempuan cantik, tapi Michael memperlakukan Pam seperti kakak seperguruan. Jadi apa yang membuat Michael mendekati Arum?!
Wajah Arum mengerut. Dia melepaskan pelukannya, tapi Marcus menahan tangan Arum, "Marcus, apa yang kamu lakukan? Sakit."Marcus mendorong Arum hingga terjatuh, "Perempuan sialan, kamu pikir aku bisa tertipu dengan trik murahan seperti ini?""Bagiku kamu tidak ada bedanya dengan perempuan lain. Malah kamu itu murahan karena setidaknya mereka dibayar.""Apa kamu mau menipuku? Tidak akan berhasil!"Arum menyentuh pipinya. Air matanya mengalir. Dibandingkan rasa sakit di pipinya, rasa sakit di hatinya lebih perih.Marcus berkata kasar pada Arum dengan menyebut Arum itu perempuan murahan. "Marcus, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Arum. Sampai saat itu, dia belum mau melepaskan harapannya pada Marcus, "Apa kamu cemas membayangkan kebebasanmu akan hilang jika bersama denganku? Kalau begitu, jangan khawatir. Yang aku inginkan hanya nama. Aku tidak akan mempermasalahkan kalau kamu bertemu perempuan lain di luar sana.""Lagi pula, aku masih menjadi istri seorang wali kota."
Arum diseret keluar rumah oleh Axel. Di halaman sudah berkumpul orang-orang dari Keluarga Fu dan Ye. Keluarga Ye menunjuk ke langit. Sementara Keluarga Fu terlihat malu dan bersalah. Di atas langit, ada suara napas terengah-engah. Arum penasaran dengan apa yang dilihat orang-orang. Kemudian dia melihat ke atas. Matanya melebar. Di langit, terpampang seperti layar film yang dikendalikan oleh magis. Dari layar itu terdengar suara seperti dua orang sedang memadu kasih. Arum terkejut bukan main ketika melihat dirinya dan Marcus yang ada di dalam layar tersebut. Hal ini membuat orang-orang terpana. Jantung Arum hampir keluar dari tenggorokan. Pikirannya langsung buntu.Jangan-jangan itu tampilan kegiatan dia bersama Marcus semalam? Bagaimana mungkin bisa ditayangkan di langit seperti itu?!"Plak!"Axel menampar Arum dan berteriak, "Dasar iblis perempuan. Ternyata kamu main di belakangku!"Pipinya Arum jadi merah. Percuma saja dia menyangkal. Arum tidak bisa mengelak. Dia mem