"Hooooo!"Tian Lu Pixiu kecil mengaum pada penjahat di hadapannya. Sorot matanya tajam penuh dengan amarah karena dia merasa terganggu. Yang muncul di hadapan Michael dan Tian Lu Pixiu kecil tidak lain tidak bukan adalah si buah ginseng. Pam takut rahasianya bocor setelah si buah ginseng mengikutinya pulang ke Perguruan Harapan. Perguruan Harapan penuh dengan para guru yang tidak menyukai Michael. Pam khawatir si buah ginseng salah ucap yang bisa mengakibatkan konsekuensi yang tak terbayangkan oleh Pam. Oleh karena itu, Pam mengurung si buah ginseng di kamarnya dan memerintahkan si buah ginseng untuk tidak ke luar dari kamar sejak mereka sampai di Perguruan Harapan. Si buah ginseng yang malang bisa dengan mudahnya mengabaikan perintah Michael, tapi dia patuh pada perintah Pam dan tidak akan pernah melanggarnya. Tapi tanpa diduga, sesuatu terjadi di Perguruan Harapan. Pam disekap. Si buah ginseng pun kesepian menunggu sendirian di kamar. Sampai akhirnya hari ini si bu
Sebagai orang bijak yang mengenal dunia obat di Dunia Bafang, tidak ada yang lebih tahu selain Michael betapa sulitnya mengobati luka parah hanya dalam waktu singkat karena harus kembali bertarung. Bahkan Michael sendiri sangat kesulitan harus mengobati luka sendiri dengan cepat. "Monster macam apa kamu, Michael? Michael, kamu masalah terbesarku. Aku tidak akan bisa tenang seumur hidupku jika kamu belum mati.” Huw mengumpat sendiri. Kemudian sorot matanya tajam dan berteriak marah, “Kita cari bantuan sebanyak-banyaknya. Pergilah pada Guru Agung untuk minta bantuan.” "Tapi pemimpin, Guru Agung sedang berperang melawan Keluarga Yefu. Aku khawatir kedatangan kita akan berpengaruh pada situasi di sana jika kita gegabah meminta bantuan untuk datang ke sini.” "Suruh dia menghadapku dulu. Kita akan mengirim pasukan untuk membantunya apabila dia membutuhkannya,” ujar Huw dingin. Orang kepercayaan Huw tertegun, “Keluarga Yefu akan untung besar jika Guru Agung jatuh. Kejatuhan
Dugaan Guru Kedua tampak indah tapi kenyataannya hanyalah sebuah tamparan keras bagi mereka. "Apa yang diucapkan Guru Kedua benar. Kita bisa membuat memukul mundur pasukan Paviliun Dewa Pengobatan. Paviliun Dewa Pengobatan pasti kalah,” ujar Guru Ketiga dengan bahagia. Perkiraan Guru Kedua dan Ketiga juga diaminkan oleh banyak orang. Hampir seluruh anggota Perguruan Harapan, termasuk Nolan sangat optimis. Namun Sheila dan Keisya mengernyit karena melihat kesedihan di mata Michael. Mereka berjalan beberapa langkah mendekati Michael dan bertanya, “Michael, apa kamu khawatir pasukan Keluarga Fu tidak akan membantu kita?” "Keluarga Fu memang bukan petarung yang tangguh. Mereka sedang menghadapi hidup dan mati. Keluarga Fu tidak akan bersusah payah berjalan dalam air berlumpur hanya demi dendam personal. Benar, kan? Mereka akan mengalami kekalahan yang lebih serius dari kita jika Perguruan Harapan jatuh,” ungkap Nolan. "Ya. Keluarga Yefu sebenarnya tidak ingin bermasalah
Michael mengangguk. Itulah yang menjadi alasan sedari tadi dia mengernyit. Kesulitan dan bahaya yang akan mereka hadapi saat ini sangat mengerikan jika keadaannya seperti itu. "Michael, apa yang harus kita lakukan?” tanya Bella cemas. Bella lebih khawatir dari yang lainnya walaupun dari permukaan tidak terlihat dan tampak yakin mendukung keputusan Michael. Bella merupakan orang yang paling merasa khawatir. Andai saja dia bisa, dia ingin sekali menahan sepuluh ribu pasukan yang menyerang mereka. Bella terus dihantui ketakutan selama Michael bertarung di luar. Hati Bella sakit sekali terutama saat dia mendengar Michael terluka parah. Tapi Bella sudah tahu dari sejak dulu bagaimana membantu pria yang sangat dicintainya itu semaksimal mungkin. Dia pun menunjukkan sikap yang kuat di hadapan semua orang dan tetap menjaga barisan belakang Perguruan Harapan. Besok, jika Michael bisa menduganya, bahaya yang dihadapinya akan semakin meningkat. Itulah mengapa Bella sangat
Mereka semua tidak mengerti tujuan Michael. Stephen mengambil keputusan cepat, “Jangan banyak bertanya. Kita berikan apa yang dimintanya. Guru Kedua, kumpulkan semua murid Perguruan Harapan dan minta mereka menggambar peta yang detail sesuai dengan pengalaman mereka. Ngomong-ngomong, kapan Michael membutuhkannya?” "Aku tidak tahu. Dia langsung pergi setelah memintaku menemuimu untuk dibuatkan peta,” Bella menggelengkan kepala. Stephen mengernyit. Malam ini sudah larut sekali. Ke mana Michael pergi? Namun dia tidak ingin memikirkannya. Dia menatap para pemimpin kelompok dan berkata, “Apa yang kalian lakukan? Cepat siapkan petanya.” "Kita harus menyelesaikannya secepat mungkin. Peta itu harus sudah siap saat dia datang.” Baik. Guru Kedua segera pamit setelah mendapat perintah. Dia pergi ke tiap puncak untuk membangunkan murid-murid perguruan tanpa meminta bantuan siapa pun dan mengumpulkan semuanya di perpustakaan. Untuk tahap awal, Guru Kedua dan yang lainnya memet
"Nadine, bagaimana menurutmu?” tanya Stephen. "Pimpinan, ini ....” Nadine tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Stephen. "Mengapa? Kalian bagai babi mati yang ketakutan dengan air mendidih.” Semua orang langsung menengok ke arah sumber suara di belakang mereka. Mereka menatap Pam yang datang dengan si buah ginseng di tangannya. "Pam, jangan bicara macam-macam. Kami ini seniormu,” ujar Guru Kedua dengan wajah gugup. "Senior? Apa karena kalian senior sehingga kalian merasa lebih berkuasa dan selalu benar? Kalian kembali membuat keputusan salah padahal Michael telah memberi kesempatan berkali-kali. Mengapa kalian tidak tahu cara menghargai orang yang telah memberi kalian kesempatan?” balas Pam. Dia kemudian menatap si buah ginseng, “Temui Bella untuk membubarkan mereka. Kamu ikut Michael kalau Michael kembali. Mereka semua tidak pantas mati.” Si buah ginseng mengangguk. Dia melompat dari tangan Pam dan segera pergi. Stephen cepat-cepat menahan Pam dan si buah
Kemudian satu sosok gagah berdiri di depan semua orang. Sosok itu memegang pedang giok di tangan kiri, Kapak Pangu di tangan kanan. Tubuhnya tegap. Wajahnya menunjukkan tekad bulat. "Mi ... Michael?"Orang-orang terkejut melihat sosok Michael."Terlambat," bisik Michael. Dia menerobos hujan dan langsung menyerang pengikut Paviliun Dewa Pengobatan."Sialan, dia datang," Huw berteriak dan melambaikan tangannya. Para pengikutnya langsung menyerang Michael.Kondisi Michael lebih baik berkat Tian Lu Pixiu. Sosok Michael seperti hantu. Ketika dia mendekati pengikut Paviliun Dewa Pengobatan, Michael menggunakan senjata-senjatanya untuk menyerang. Michael berteriak seperti dewa perang. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Di udara, Penyihir Laut dan Tian Lu Pixiu juga ikut bertarung. Tian Lu Pixiu langsung menyerang begitu giliran Michael selesai. Monster itu terbang ke sisi Michael. Michael menungganginya dan langsung terbang ke udara. Berikutnya Michael kembali menyerang pengikut
Wajah para pengikut Paviliun Dewa Pengobatan pucat. Mereka melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang dilakukan Michael. Hutan bergoyang. Debu-debu beterbangan diikuti dengan suara monster yang meraung marah. Para pengikut melihat ada pemandangan aneh dari kejauhan. Tampak samar-samar ada sesuatu yang datang mendekati mereka. Setelah diamati, dari puncak Kelompok Empat Perguruan Harapan, terlihat monster-monster aneh yang berlarian. "Ada apa ini? Kenapa monster-monster itu datang ke sini. Apa sudah terjadi sesuatu?" Guru Kedua heran menatap segerombolan monster datang. Para murid saling berbisik. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Mereka melihat berbagai jenis monster datang. Ada monster yang sudah mereka kenal, tapi juga ada monster yang baru mereka lihat. Hal ini tidak pernah terjadi di Perguruan Harapan. "Kenapa para monster itu datang?""Monster-monster itu berlari. Sepertinya mereka menuju kita.""Menuju kita? Tidak mungkin.""Itu benar. Biasanya monster-