Arum tersentak. Apa yang dikatakan Michael itu benar. Sebelumnya Arum membuang harga dirinya dengan melemparkan dirinya ke pelukan Michael. Namun, ternyata Michael menolaknya mentah-mentah. Itulah yang terjadi. Arum tidak bisa melupakannya."Ah, aku lupa. Seharusnya aku tidak boleh memberitahukan hal itu," Michael tersenyum licik. Kemudian dia menatap Axel dan berkata, "Apa kamu Axel? Putra Dalton?"Wajah Axel berubah. Dia sangat tersinggung dengan ucapan Michael. Baginya, Arum adalah seorang bidadari. Dia cantik dan pintar. Namun, Arum tidak menyangkal ucapan Michael!Ini penghinaan!"Ya, aku orangnya!"Michael tersenyum dan berjalan mendekati Axel. Axel langsung merasa waspada dan berpura-pura tenang. Kemudian Michael berbisik di telinganya. Wajah Axel menjadi pucat. Dia menatap Michael. Sorot matanya menunjukkan rasa takut, ragu-ragu dan marah bercampur menjadi satu."Mulai sekarang, kita adalah rekan. Posisi kita sama. Jika ada yang ingin didiskusikan, kamu bisa sampaik
"Alina?" Arum membeku. Tidak mungkin. Bukankah Alina sudah mati?Cameron juga berpikir hal yang sama. Mereka melihatnya sendiri. Alina terjun ke jurang tak berdasar. Dia pasti sudah mati.Kenapa Cameron melihat Alina barusan? "Mungkin kamu salah lihat?" Arum mengerutkan kening."Kamu benar. Ada banyak orang yang hadir di sini. Mungkin aku salah lihat," Cameron menggelengkan kepalanya."Cameron, kamu masih memikirkan Alina? Seharusnya kamu bantu aku, bukan membayangkan perempuan sialan itu!" Arum berkata dengan nada tinggi. Jelas dia marah pada Cameron. Cameron masih memikirkan Alina, sehingga dia melihat bayang-bayang Alina. Arum tidak bisa menerima hal ini. "Ya. Aku tahu," Cameron hanya bisa mengangguk menghadapi kemarahan Arum. Arum menarik napas dan berkata, "Kita harus menyusun ulang rencana. Tidak akan kubiarkan seorang pun menggagalkan rencanaku."Cameron mengangguk sebagai tanda setuju. Kemudian dia menyusun ulang pertarungan.Di penginapan.Nolan merasa gembira karen
Ketika Bella membuka matanya, dia menoleh ke samping tempat tidurnya. Bella melihat sekelilingnya. Michael sedang berdiri di depan jendela dan menatap sesuatu. Bella tersenyum. Dia berdiri dan memeluk Michael dari belakang, "Kamu sedang melihat apa?"Michael tersenyum dan menunjuk tangannya.Bella melihat ke arah yang ditunjuk Michael. Orang-orang sedang berkerumun di jalan. Tampaknya mereka menunggu sesuatu. "Mereka sedang menunggu apa?" Bella jadi penasaran."Mereka sedang menunggu kita," jawab Michael."Menunggu kita?" Bella mengerutkan keningnya.Tentu saja mereka. Siapa lagi penghuni penginapan yang bisa menarik perhatian banyak orang selain Michael? Wajar saja mereka mengikuti Michael setelah melihat pertarungannya di arena pertarungan Keluarga Fu.Bella tidak paham, "Kenapa mereka datang malam-malam begini?""Di sini adalah daerah kekuasaan Keluarga Fu. Para preman itu tidak akan berani macam-macam. Selain itu, mereka juga penasaran dengan identitasku," Michael ters
"Cameron?""Bukankah itu pemimpin Keluarga Fu?"Semua orang terpana, tapi begitu Cameron memandang mereka, mereka menundukkan kepala karena malu. Michael memang menyuruh Cameron datang, tapi tidak ada orang yang tahu. Cameron menatap orang-orang itu dengan sorot mata menusuk. Raut wajahnya terlihat kesal. Semuanya sudah direncanakan. Bahkan dia sengaja datang malam-malam supaya tidak ada orang lain yang melihat. Ternyata kenyataannya berbeda. "Ya, ini aku," Cameron tersenyum dingin. Dia merasa kesal. Orang-orang memalingkan muka. Mereka menatap Michael yang sedang tersenyum. Rupanya Michael sudah merencanakan ini semua. "Ada apa?" sindir Michael. "Ah, tidak ada apa-apa. Kita sudah sepakat menjalin kerja sama. Sekarang kita bisa diskusikan bersama," ujar salah satu dari mereka."Kalian sudah saling kenal, kan?" tanya Michael. Apa yang sebenarnya Michael rencanakan?"Tidak usah berpikir jauh," Michael paham dengan apa yang dipikirkan Cameron. Dia menatap Rosie di sebe
"Dia ... dia si Pria Misterius itu!" ujar seseorang dengan nada takut. Semua orang terdiam mematung. Mereka seolah-olah berhenti bernapas.!"Ada sebuah rumor kalau ada pria bertopeng yang mengalahkan ribuan pasukan Gunung Tianding di Istana Biyao. Dia adalah adalah si Pria Misterius, tapi dia sudah meninggal. Karena itu, ada yang mengira kalau dia hanya sedang menyamar saja.""Dia menyelamatkan Alina dari jurang tak berdasar. Dia juga yang membobol penjara Keluarga Fu. Lalu dia juga yang sebenarnya menang bertarung di puncak Gunung Qishan. Dia adalah si Pria Misterius itu!"Seseorang menerangkan mengenai Pria Misterius dengan nada ketakutan. "Jika itu benar, pantas saja dia begitu kuat. Bukankah Pria Misterius itu memaksa masuk makam keramat di Gunung Qishan? Di sana kan ada makam dewa sejati.""Yang kamu bilang itu benar. Hanya Pria Misterius yang berhasil melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan jagoan biasa.""Jadi, orang ini ... dia benar-benar si Pria Misterius?"Mata o
Cameron menghela napas, "Tadi aku pergi ke penginapan. Memang benar. Alina masih hidup!""Tidak mungkin!" teriak Arum. Para pelayan ketakuan dan pergi meninggalkan Arum. Emosi Arum memuncak. "Tidak mungkin. Bagaimana mungkin perempuan itu masih hidup?""Seharusnya dia sudah mati. Kenapa dia masih hidup? Kenapa?"Arum lalu marah-marah tak terkendali. Rasa cemburunya pada Bella berubah menjadi rasa benci. Dari dulu dia berharap Bella mati. Bagaimana mungkin Bella masih hidup?!"Bukankah dia jatuh ke jurang tak berdasar? Tidak mungkin dia bisa selamat!" Arum tidak habis pikir. "Ada orang yang menyelamatkannya," Cameron berkata dengan nada pasrah. "Siapa?""Laki-laki bertopeng itu. Ternyata dia adalah si Pria Misterius," ujar Cameron. Gigi Arum bergemeletuk saking marahnya, "Pria itu? Orang yang sama dengan yang di Puncak Gunung Qishan? Bukannya dia sudah mati? Kamu tidak salah lihat?""Awalnya aku juga pikir begitu, tapi aku bertemu Alina dalam keadaan sehat bugar. Kemudian ad
"Apa yang kalian lihat? Aku ingin masuk ke penginapan. Minggir kalian semua!"Para pengawal Arum membukakan jalan untuk Arum. Mereka mendorong orang-orang ke belakang.Ekspresi wajah Arum tidak bergeming. Dia menatap orang-orang dengan pandangan meremehkan dan berjalan masuk ke penginapan. Bella menatap kedatangan Arum. Arum berjalan mendekati Bella dan berkata, "Perempuan sialan ini benar-benar beruntung. Dia benar-benar masih hidup!"Bella mengerutkan dahinya, "Tentu saja aku masih ingin hidup!"Arum tersenyum licik, "Sekarang kamu berani bertindak macam-macam. Lihat saja. Akan kutunjukkan pada semua orang, siapa perempuan paling baik di Keluarga Fu!"Bella tidak peduli dengan ucapan Arum. Dia membalas sikap Arum dengan tersenyum."Kenapa kamu tersenyum?" Arum terlihat kesal, "Kamu masih berani tersenyum di depanku?""Arum, jaga sikapmu. Alina adalah dewi dari Keluarga Fu. Sedangkan kamu? Kamu bukan siapa-siapa," Nolan memperingatkan Arum. "Apa yang dikatakan Nolan itu ben
Pada saat perjalanan ke Restoran Mutiara, Arum dan Michael berjalan berdampingan. Arum merasa sangat bahagia. Ini kesempatan yang sangat berharga untuk merayu Michael. Arum terus mencoba mendekati Michael. Dengan sengaja, dia menyentuh pundak dan lengan Michael. Badan Michael memang berbeda dengan yang lain. Michael lebih kuat dan lebih tegap. Jantung Arum berdetak lebih kencang. "Apakah kamu menyukai musik? Kalau kamu mau, setelah makan, aku akan menyajikan musik yang kamu suka. Kita berdua saja di tempat yang sepi," Arum mengajak Michael sambil tersipu malu. Dia kira Michael akan melupakan apa yang sudah terjadi. Michael mengutuk Arum dalam hatinya. Dia berkata sambil tersenyum, "Terima kasih atas ajakanmu, tapi nanti Axel akan berpikiran yang tidak-tidak."Senyum Arum memudar begitu nama Axel disebut. Dia merasa jijik mengingat suaminya itu. Axel sebenarnya adalah laki-laki buruk rupa, tapi dia selalu menuruti apa pun kata Arum. Axel sangat memuja Arum. Namun, di benak Aru