"Zha.. Aku harus menemuinya, siapa tau aku bisa mendapat sedikit petunjuk. Kamu di sini saja. Lakukan apapun yang kamu mau asal jangan keluar dari zona aman. Kamu mengerti?" ucap Halilintar, dia memeluk sejenak kekasihnya itu."Aku mencintaimu Zha, aku akan menemanimu melewati semua ini. Kamu harus percaya padaku." bisik Halilintar, mampu membuat Zha tertegun.Zha hanya bisa menatap langkah pria itu dengan perasaan kacau, hingga dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar saja.Sampai sore menjelang malam, Zha terlihat gelisah menanti kepulangan Halilintar yang tak kunjung datang. Ia melangkah keluar kamar sekedar hanya untuk menghilangkan rasa gelisahnya menuju dapur.Entah apa yang ingin ia lakukan, Zha sendiri terlihat bingung ketika sudah berada di dapur yang terlihat sepi itu. Hingga sebuah tepukan di bahunya mengagetkannya.Sesaat, Zha hampir tidak bisa menahan diri ketika sebuah moncong pistol sudah menempel di pelipisnya, beruntung ia bisa cepat menatap wajah seseorang yang mem
Zha yang masih melesatkan mobil itu kini memutar haluan, ia menuju Apartemen miliknya dan segera meloncat turun ketika ia sudah sampai di depan Apartemen miliknya, membuat Elang sempat terkejut melihat perilaku Zha yang tidak seperti biasanya itu."Nona, apa yang terjadi?""Mafia Vargas membawa Tuan Aaron, kita harus segera mendapatkannya sebelum terlambat." sahut Zha terus melangkah menuju kamarnya di susul Elang.Zha cepat membuka Laptop andalannya untuk kembali mengandalkan kemampuan ITnya meretas sistem."Apa kamu punya pikiran lain?" tanya Zha menoleh ke arah Elang."Ya. Edoardo Vargas tidak mungkin mau terlibat langsung. Jadi ada baiknya kamu mencurigai keberadaan Alex sekarang." jawab Elang mendapatkan senyuman puas dari bibir Zha."Otakmu mendadak encer ketika dalam keadaan mendesak." balas Zha langsung mengulik tombol keyboardnya.Hanya butuh sekitar lima menit Zha sudah menghentikan aktivitas jarinya."Aku menemukannya. Ayo!" ucap Zha kembali melangkah keluar sesaat setelah
Zha memiringkan senyumnya dan melangkah mendekat. Melihat pergerakan Zha, Alex langsung mundur beberapa langkah ke belakangTerdengar Zha bersuara sambil menatap dingin ke arah Alex."Sudah kuperingatkan padamu. Jangan pernah menyentuh keluarga Albarez atau kamu akan berhadapan langsung dengan ku!" Ucap Zha."Penghianat!" seru Alex masih dengan menggeser kakinya, di dalam hatinya Alex sudah merasa cemas melihat tatapan mematikan milik Zha yang tepat mengarah padanya.Zha menyeringai tipis."Apa kamu bilang? Penghianat?""Alex, Alex. Aku tidak menyangka, setelah mendapatkan penolakan dariku, kamu malah menyewa Klan Vargas untuk menyakiti Keluarga Albarez. Apa kamu lupa jika aku mempunyai seribu mata Alex? Kamu tidak tahu ya, jika Vargas itu hanya seujung kuku dari klanku." ucap Zha kembali, melirik Aaron yang menatapnya dengan penuh kebingungan. Namun saat ini Aaron mencoba mendengar dan mencerna dengan baik percakapan mereka.Zha kembali menatap Alex dengan tajam. Alex kembali melangk
Wajah Gadis Beracun itu memerah, kemudian dia menjawab dengan cepat."Ah, iya. Tidak Tuan, bertahanlah kalau begitu. Tunggu sebentar." jawab Zha, tangannya kini berusaha menarik tubuhnya dari bawah naungan tubuh Aaron. Zha terus berusaha menggapai lantai dan Zha akhirnya berhasil keluar.Zha terus memutar otaknya sambil mengedarkan pandangannya hingga berhenti di sebuah tali yang tergeletak begitu saja di pinggir lorong tidak jauh dari tempat Zha berdiri. Tali yang diduga Zha biasa digunakan mereka untuk menyeret tawanan.Dengan menyeret kaki kirinya yang terkena peluru itu, Zha meraih tali itu.Meski tangan kiri Zha tidak bisa bergerak dengan lincah lagi akibat peluru yang masih bersarang di bahunya itu, Zha berusaha mengikatkan tali itu ke balok yang menimpa tubuh Aaron dan mengaitkan ujungnya pada sebuah tiang yang masih berdiri kokoh di sana. Zha terus menarik tali itu sekuat tenaganya."Tuan, cepat bergerak!" teriak Zha memberi aba-aba pada Aaron. Dengan susah payah, perjuangan m
Aaron menarik nafas panjang sebelum akhirnya menghembuskan dengan berat, lalu mulai menceritakan awal mula kejadian yang menimpanya dan Zha."Maafkan aku Emily. Semua adalah salahku. Aku mencurigai gadis itu. Dan menyeretnya keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuanmu. Di tengah perjalanan pulang setelah aku menurunkan Zha di tengah jalan serombongan mafia sewaan Alex sepupu Felix berhasil membawaku. Malam itu, jika Zha tidak datang tepat waktu menyelamatkan aku, mungkin kita tidak bisa bertemu lagi. Zha tertembak oleh mafia sewaan Alex saat berusaha membawaku keluar dari sarang Mafia mereka." jelas Aaron sambil menggenggam erat jemari istrinya dengan tatapan penuh penyesalan."Aku tidak menyalahkanmu Aaron, karena aku mengerti maksudmu. Kamu hanya ingin melindungi keluarga kita. Mungkin jika tidak dengan begini kamu juga tidak akan memahami siapa Kanzha.""Kamu benar, Emily. Akhirnya aku mengenal siapa gadis yang sudah mengambil hatimu dan Halilintar." balas Aaron."Aaron. Apa sekara
Zha terlihat mengibaskan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Pandangannya menyebar ke sekeliling ruangan kamar yang nampak tak asing baginya ini, tapi juga tidak terlalu diingatnya itu. Zha berusaha mengingat apa yang terjadi, hingga seseorang membuka pintu dan mendekatinya."Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?""Hall. Dimana ini. Apa yang terjadi?" Zha bertanya pada Halilintar yang sudah berdiri di samping Ranjang."Kamu berada di kamarku. Tenanglah. Dokter sudah mengeluarkan peluru dari tubuhmu dan sudah mengobati lukamu. Sebentar lagi kamu akan pulih." jawab Halilintar, kini dia duduk di samping Zha yang juga sudah duduk di tepi ranjang."Lalu dimana Elang?" tanya Zha."Elang sudah kembali ke markas , dan Ayahku sengaja membawamu kemari." jawab Halilintar.Zha mendongak, dia teringat tentang Aaron Albarez, Ayah dari pria ini. Mengingat akan perjanjian Mereka sebelum tragedi ini terjadi. Zha mulai banyak berpikir kemudian dia berkata,"Aku harus pulang sekarang. Te
"Hall.." Zha menarik tangan Halilintar."Cepatlah berganti, kamu jangan memancingku?" ucap Halilintar tetap tidak mau menoleh pada Zha."Siapa yang ingin memancingmu? Aku harus ganti pakai apa? Aku hanya ingin meminjam bajumu, mesum!""Nih. Pakai ini." Hall menyodorkan pakaian pada Zha dan mau tidak mau matanya kembali menangkap pemandangan yang membuatnya gemetar itu.Saat Zha meraih pakaian itu, Halilintar nampak memejamkan matanya dan membuang nafas beratnya kemudian tiba-tiba dia menarik cepat tubuh Zha."Hall,.!" Zha terperangah namun ia tidak sempat menghindar ketika Halilintar sudah mencium habis bibir nya dan mendorong tubuhnya hingga terlentang di atas ranjang dan Halilintar kini sudah menindih tubuhnya."Hall, kamu sudah gila!""Maaf Zha, aku tidak bisa menahannya." bisik Halilintar kembali mencium bibir Zha dan menarik sedikit turun handuk yang melilit tubuh Zha lalu segera menghujaninya dengan bibirnya."Hall, Ah.!" Zha mendesah lirih ketika Halilintar bermain di dadanya d
"Perasaan kita Zha, ini tentang perasaan kita. Percayalah. Semua akan lebih mudah jika kita menghadapinya bersama-sama, apapun itu." Halilintar meraih tubuh Zha dan memeluknya."Aku ingin menemanimu,"Zha hanya terdiam tanpa menjawab, yang di pikirkan Zha saat ini adalah bagaimana ia harus pergi dari keluarga ini. Ia tidak ingin keluarga Albarez ini terlibat jauh dalam kehidupannya yang memiliki jalan yang begitu berbeda dengan jalan kehidupannya.Bagaimana tidak, Keluarga Albarez adalah keluarga terhormat dari kalangan kelas atas yang sangat terkenal di negeri ini. Sementara dirinya hanyalah seorang mafia yang memiliki riwayat kelam dan bisnis gelap yang sangat menyimpang dari keluarga ini.Sebab itu Zha banyak berpikir. Jika ini teruskan, hubungan mereka akan diibaratkan orang seperti bumi dan langit. Satu jauh diatas dan dipuja, sementara satu berada dibawah dan dibenci.Bagaikan air dan minyak yang tidak akan mungkin bisa untuk bersatu. Jika dipaksakan itu hanya akan menjadi masal