Alika terlihat sangat cemburu. Bagaimanapun tidak. Dia hamil lebih awal dari Erina, tetapi Tuan Besar Alfian hanya mengucapkan beberapa kali Kalimat tanpa ada Sebuah pujian sedikitpun, apalagi untuk berinisiatif menjenguknya dan membawakan kotak Suplemen.Alika berkata dengan nada cemburu."Erina hamil, membuat Keluarga Alfian sangat heboh! Bahkan Kakek sampai memperlakukanmu dengan tidak wajar. Betapa hebatnya kamu ini bahkan bisa merayu seorang Tuan Besar Alfian."Baru saat inilah Fic menatap Alika, tetapi dengan tatapan semakin dingin. "Katakan untuk apa kamu mencariku?""Presdir Albarez, tentu saja aku mencarimu karena ada urusan. Tapi aku juga datang untuk mengunjungi Kakakku yang baik ini." Alika mengulas senyuman manis yang palsu.Erina merasa sangat lucu dengan tingkah Alika yang munafik.Alika langsung berkata pada Erina tanpa malu. "Erina. Tuangkan teh untuk dan jangan ditumpahkan lagi."Erina mengerutkan Keningnya. Awalnya Erina tidak mau menuangkan Teh untuk Alika, tetapi
Alika masih terdiam dan belum menjawab pertanyaan Fic hingga Fic kembali membentaknya."Cepat katakan! Atau kau ingin aku melemparmu?""Aku, aku membutuhkan uang. Uangku habis. Jadi aku ingin meminta uang padamu." Merasa tidak perlu berbasa basi lagi, pada akhirnya Alika menjawab.Mendengar itu Jefri tertawa mengejek. "Kamu ingin meminta uang lagi? Dasar serakah!"Jefri tahu, Fic telah memberinya uang banyak. Sebab itu Jefri sangat geram kepada Alika yang sepertinya sengaja ingin memeras Fic."Memangnya kenapa kalau aku meminta uang? Tidak boleh?" Alika segera menjawab Jefri dengan ketus kemudian kembali menatap Fic."Dulu aku menyelamatkanmu dengan susah payah. Sekarang Penyelamatmu kesusahan kamu tidak mau membantu? Apa Seorang Presdir Albarez sangat tidak berhati?""Berapa yang kamu inginkan? Sebutkan saja dan tidak perlu banyak bicara!" "Aku butuh Lima Milyar!" Ucap Alika sekenanya saja.Fic sungguh tidak ingin melihat Alika lagi, dia langsung mengusir Alika."Pergilah. Aku akan
"Tetap saja Fic, dia adalah Penyelamatmu. Kamu harus bisa menghargainya.""Selagi dia menyakitimu. Tidak ada kata menghargai." Fic kemudian mencium pipi Erina yang merona.Fic tersenyum, dengan sangat berani dia menyimpan pikirannya tentang penyelamatnya. Apa hubungannya dengan Alika, itu tidak penting lagi. Saat ini dia tidak butuh ilusi tujuh tahun yang lalu, atau kenangan manapun di masa lalu. Karena ada Erina yang lebih penting baginya. Yaitu Erina dan calon bayinya.Setelah sekian lama memeluk istrinya, Fic perlahan melepaskan pelukannya. "Kamu istirahat. Aku akan pergi sebentar ke ruangan kerja. Ada pekerjaan yang aku tinggalkan tadi."Erina tersenyum. "Jangan seperti itu. Jika ada pekerjaan, selesaikan saja. Jangan meninggalkan hanya demi diriku. Aku ini sedang hamil, bukan sakit. Tidak perlu sangat dikhawatirkan.""Hem. Iya. Tapi aku sangat mengkhawatirkanmu Erina. Maka dari itu, tolong jaga baik baik dirimu. Kamu yang paling berharga dalam hidupku."Erina sangat terharu. Fic
Lama mereka berada di luar ruangan dimana Erina sedang ditangani oleh Dokter. Baik Fic maupun Jefri sudah sama sama gelisah dan penuh kecemasan.Tidak ada yang saat ini dapat dipikirkan oleh Fic selain rasa ketakutan.Bagaimana jika Erina tidak selamat? Bagaimana jika calon bayi Mereka pergi meninggalkan perut Erina?Sungguh saat ini Fic dalam ketakutan yang luar biasa.Sementara Jefri sendiri sempat berpikir kenapa Nyonya muda bisa pendarahan jika tidak terjadi jatuh atau kecelakaan sedikitpun? Dia sangat tahu bagaimana Fic menjaga Istrinya dengan sangat ketat dan baik. Makanan bergizi dan suplemen makanan bahkan disediakan oleh Tuan Besar Alfian sendiri. Jefri merasa jika ini ada sebuah kesalahan yang sepertinya sengaja dilakukan oleh seseorang yang ingin mencelakai Nyonya Albarez.Memikirkan itu Jefri semakin curiga.Ketika mereka masih menunggu dengan perasaan yang teramat gelisah, pintu ruangan dibuka oleh seorang Suster.Dua pria itu seketika berlari untuk bertanya kepada Sang
Fic membaringkan Erina dengan lembut di tempat tidur.Tim Dokter yang menyertai mereka langsung memasang selang impus dengan baik. Setelah memastikan semua sudah baik, baru mereka berpamitan untuk pergi."Kamu harus beristirahat dengan baik." Fic lagi lagi mencium kening Erina.Ketika Fic hendak berdiri, Erina mencegah. "Fic. Kamu belum memberitahuku, kenapa aku bisa mengeluarkan darah. Tolong katakan agar aku bisa menghindari penyebabnya. Aku sangat takut jika terjadi apa apa lagi pada calon bayi kita."Fic menarik nafas resah, kemudian kembali duduk di sisi Erina."Erina. Aku akan memberitahumu. Tapi berjanjilah untuk tidak memikirkannya terlalu berat. Itu tidak akan baik untuk kesehatan calon bayi kita."Erina mengangguk dan berjanji kepada suaminya."Suplemen yang diberikan Kakek, itu adalah penyebab kamu mengalami perdarahan. Untung semuanya belum terlambat. Janinmu masih bisa diselamatkan."Erina terbelalak. "Mana mungkin Fic? Itu tidak mungkin? Kakek,""Aku tidak menyangka. Saa
Fic duduk di tepi tempat tidur, kemudian memeluk Erina. Erina yang tadi terpejam kini membuka matanya. Tangan kirinya mengelus rambut Fic.Dia tahu jika Suaminya sedang bersedih karena hampir kehilangan calon bayinya.Lebih merasa sedih lagi, ketika menyadari jika kehadirannya dalam hidup Fic, membuat semakin banyak orang memusuhi Fic."Fic." Panggil Erina dengan suara lemah.Fic mendongak, menatap sudut mata Erina yang meneteskan air mata."Kenapa menangis?" "Kehadiranku, semakin menyusahkan mu."Fic tersenyum, mencium air mata Erina dan kemudian menghisapnya. Seolah olah ingin memberi semua rasa nyaman."Kamu tidak pernah menyusahkan aku, justru aku yang terlalu bodoh untuk melindungimu.""Jangan berkata seperti itu Fic. Mereka yang terlalu kejam terhadap kita.""Dan aku, tidak akan membiarkan Mereka berlaku kejam kepada kita."Erina terisak. "Fic, bagaimana rekaman Cctv itu?""Erina. Jangan memikirkan apapun dulu. Jangan khawatir. Aku akan menyelidikinya."Menyelidikinya? Artinya
Fico.. Apakah Fic benar-benar sedang ingin melawannya?Memikirkan itu, Adreno segera mengurus orang untuk melawan penindasan yang dilakukan Fic.Tetapi hasilnya membuat Adreno tercengang. Fic tidak bisa dilawan. Perusahan keluarga Alfian telah terakuisisi sepenuhnya oleh Fic. Orang utusan Adreno pulang dengan membawa kegagalan."Kami tidak berhasil Tuan. Perusahaan kita mengalami kebangkrutan total."Adreno lemas dan jatuh merosot ke kursinya.Semua usaha Adreno gagal. "Kenapa bisa seperti ini?" Dia menatap layar Komputernya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan tangan yang gemetar, Adreno mengambil Ponselnya. Saat melihat nama yang pemanggil terpampang di layar Ponselnya, dia sangat marah dan hampir membanting Ponselnya. "Dasar bajingan!" Dia mengumpat dengan kasar.Namun Adreno mengangkat panggilan.Terdengar suara Fic dengan begitu tenang dari ujung telepon."Halo Paman! Apa kamu senang dengan hadiah dariku?""Fico! Kenapa kamu melakukan semua ini? Apa yang kamu inginkan sebenarn
Fic masih mengangkatnya dagu Alika dan menatap matanya kemudian kembali bertanya. "Ayolah Alika. Kamu bisa mengulangi cerita, bagaimana kamu saat menolongku pada hari itu?" Suara Fic begitu lembut, tapi terdengar sangat mengerikan."Aku.." Alika berkata dengan gugup, kemudian menarik dagunya. Dia menundukkan wajahnya dan tidak berani menatap mata Fic. "Aku sudah tidak mengingatnya."Fic merasa ada yang aneh dan kembali bertanya. Tetapi kali ini dengan nada penuh penekanan."Sebaiknya kamu jangan berbohong Alika. Atau, aku akan membuatmu mati dengan cara menyedihkan." Alika sekarang semakin ketakutan. Tapi dia tetap tidak ingin kalah dan dia mengatakan, "Aku sungguh tidak mengingatnya lagi."Fic terlihat sinis dan mendorong tubuh Alika hingga terjatuh ke lantai.Fic kemudian pergi meninggalkan ruangan itu kembali disusul oleh Jefri.Setelah sampai di luar Fic kemudian menoleh pada Jefri dan berkata. "Gadis kecil yang menolongku hari itu menyeret tubuhku, bukan menggendongku. Dia juga