Gerry terbangun karena merasa ada sesuatu yang menggelitik di bagian area sensitifnya, dan betapa terkejutnya dia, saat dia membuka matanya, Anggi telah berada diatas tubuhnya.Refleks Gerry pun mendorong tubuh Anggi dari tubuhnya sehingga Anggo pun terjungkal kebawah."Kamu ... kamu ngapain disini, hah?" tanya Gerry dengan setengah berteriak.Gerry pun segera bangkit dari tidurnya dan memlih untuk bangun. Namun, saat ia baru duduk, Anggi kembali mendorongnya hingga ia kembali tertidur telentang diatas kasur. Anggi pun kembali menindih tubuh Gerry.Tubuh Gerry saat itu benar-benar menggoda Anggi, apalagi ia hanya menggunakan kaos oblong dan juga celana boxer pendek."Kenapa Tuan? Nikmatin aja udah, saya yakin, Tuan juga suka," ucap Anggi dengan nada menggoda sambil membelai wajah Gerry.Gerry pun berusaha berontak namun entah kenapa sulit sekali. Apalagi kepalanya pun terasa sangat sakit karena baru saja bangun. Setelah beberapa saat mengumpulkan kesadaran, Gerry pun akhirnya berhasil
Belaian ini ...Gerry tau ini dari lengan siapa, jika bukan dari sang istri, berarti dari ....Gerry pun segera membalikkan tubuhnya dan segera duduk, lalu ia pun menghapus air matanya yang tadi jatuh, berusaha untuk terlihat baik-baik saja, namun hatinya remuk redam."Kalau belum puas nangisnya, nangis aja, Mas. Pasti susah ya," ucap Adel memberi pengertian.Adel masih dia tak berucap sedikit pun, ingin rasanya ia memeluk sang kakak ipar, tapi sadar kini ia pun telah berganti status menjadi istri orang."Kamu ngapain disini, Del?" tanya Gerry kepada wanita itu yang tak lain adalah Adel.Adel lah yang tadi membelai lembut rambut Gerry. Bagi Gerry, belaian itu rasanya hampir sama dengan Vani, karena itu, ia pun bisa segera berhenti menangis dan sedikit lebih tenang."Tadinya, aku kesini mau jemput Revan, mau ngajak sekalian ikut bulan madu. Mas Arkan gak mau bulan madu tanpa ngajak Revan, jadi aku mau gak mau ambil Revan. Terus, pas mau masuk tadi, denger ribut-ribut, jadi kita berdua
Gerry pun akhirnya memutuskan untuk menjual rumah serta mobil miliknya demi biaya pengobatan Vani. Baginya, semua itu bukanlah apa-apa dibanding dengan kesehatan dan kesembuhan Vani.Gerry pun mulai kembali fokus ke kantornya dan berusaha mengembangkan kembali Perusahaan Dendarta agar bisa seperti dahulu saat di pegang sang Papa. Dengan kerjasama serta bantuan dari Wisnu, perlahan perusahaan itu pun bisa kembali sejajar dengan Amira Group.Tak hanya itu, semenjak kejadian dengan Anggi, Gerry benar-benar tak ingin memakai jasa baby sitter kembali. Ia lebih memilih membayar lebih mahal Bik Uni dari pada terulang lagi kisah tentang Anggi.Namun, keadaan Bik Uni yang sudah berumur pun tak memungkinkan kembali untuk ia melanjutkan pekerjaan di rumah itu. Dan tepat di usia Key yang menginjak 10 bulan, Bik Uni pun memutuskan untuk berhenti bekerja disana dan di teruskan oleh sang anak.Awalnya Gerry tak mau, namun Gerry pun tak bisa egois sendiri, karena ada Papa Mama dan juga Wisnu yang mem
"Vania kenapa, Dok? Apa ada masalah?" tanya Gerry dengan sedikit khawatir.Sang dokter hanya menghela napas panjang, seakan ia sedang mencoba merangkai kata agar tak terlalu menyakitkan bagi Gerry."Sebenarnya, Bu Vania itu seperti ada antara hidup dan matinya. Kita udah berusaha sekuat kita, kita udah berusaha semaksimal mungkin agar hasilnya bisa segera sadar, namun, nyatanya Tuhan masih tak kunjung memberikan itu semua. Saya tak bisa berbuat banyak lagi, Pak. Sekarang Bapak hanya harus belajar mengikhlaskan kepergian Bu Vania," ucap Sang Dokter lirih.Gerry berusaha mencerna kata-kata dokter tersebut. Otaknya seakan berhenti bekerja mendengar ucapan dokter tadi."Ma -- maksud dokter, kemungkinan Vania untuk sadar itu tipis?" tanya Gerry memastikan.Dokter itu hanya mengangguk."Tipis, tipis sekali, mungkin jika di bilang hanya 1% saja," ucap Sang Dokter kembali."Ta -- tapi, Dok, beberapa kali dia mencoba berinteraksi dengan saya, terkadang, saat saya mengajaknya berbicara suka ada
Gerry masih terdiam, tak meneruskan ucapannya. Ia tertunduk lemah seakan tak berdaya."Yah, yayah angis?" tanya Key dengan suara khasnya.Gerry pun menggeleng dan menghapus kasar air matanya."Key bobok duluan ya sama Nek? Mau kan? Nanti, kalau Ayah udah selesai ngobrolnya, Ayah bangunin dan gendong ke kamar Ayah," ucap Gerry dan mendapat anggukan dari Key.Key pun lalu turun dari pangkuan sang ayah lalu segera menghampiri Bu Wiiwk. Bu Wiwik pun segera mengambil Key lalu membawanya ke dalam kamar miliknya.Hening pun kembai tercipta di ruangan itu. Semua nampak kalut dengan pikirannya masing-masing."Ger, coba jujur, siapa tau ada solusinya," ucap Arkan kembali.Gerry pun menghela napas panjang utuk menetralkan perasaanya yang sedikit kalut."Iya, Oom. Aku belum bisa ikhlasin dia pergi. setiap aku nemuin dia dan setiap sholat doa ku cuma satu yaitu minta Vani untu segera sadar dan balik lagi kesini untuk kumpul sama aku, dan kita besarin Key sama-sama," ucap Gerry pada akhirnya.Mende
Vani terbangun karena cahaya mentari yang begitu menyilaukan menembus sela-sela matanya. Dan saat ia tersadar, ia pun nampak heran karena disekitarnya hanya sebuah hamparan kebun bunga dengan wangi semerbak."Aku dimana ya? Bukannya tadi aku ada dirumah sakit?" tanya Vani lirih.Vania pun segera bangkit ari duduknya lalu segera berdiri dan memandang sekitar.Nampak hamparan bunga-bunga yang indah dan berwarna-warni bermekaran. Di ujung jalan sana, nampak sebuah air terjun pendek dan beberapa kelinci serta kupu-kupu yang terbang kesana kemari. Tak hanya itu, tak jauh dari air terjun itu pun terdapat sebuah gubuk yang terbuat dari kayu.Vani pun berjalan dengan pelan kearah gubuk itu. Semilir angin menyapu ujung hijabnya membuatnya seakan menari-nari menemani langkah kecil Vani."Assalamu'alaikum," ucap Vani saat tiba digubuk itu sambil mengetuk pintu kayu tersebut.Namun, tak ada sahutan dari dalam gubuk itu. Vani pun mencoba mengetuk pintu berkali-kali namun tetap saja tak ada yang m
Gerry duduk lemas di depan brankar milik Vani. Kenyataan yang akan di terimanya begitu menyakitkan, ia harus bisa ikhlas kehilangan sang istri.Gerry terduduk disana mebenamkan wajahnya ke dalam dua lututnya."Ya Allah, kenapa secepat ini? Kenapa sesakit ini? Aku memang telah mengikhlaskannya, namun kenapa begitu cepat terjadi? Ya Allah, padahal aku ingin sekali membimbingnya mengucapkan kalimat syahadat sebelum menemui-Mu namun kenapa tak bisa," lirih Gerry dengan sendu.Air mata terus berjatuhan tanpa dikomando olehnya.Didepan sana, nampak para dokter dan perawat yang tengah berjuang untuk menyelamatkan nyawa Vani.Alat pacu jantung pun di keluarkan, dua kali berturut alat itu di gunakan untuk memacu jantung Vani kembali, namun seakan Tuhan berkendak lain, jantung Vani pun tetap tak berdetak.Dokter pun menyerah dan menggelengkan kepalanya pelan tanda ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Begitu pun beberapa perawat yang nampak sedikit lesu karena gagal menyelamatkan nyawa pasien merek
Melihat wajah sang kakak yang ada di layar hpnya itu seketika membuat Adel pun pingsan karena merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan."Ma, Mama," teriak Key sambil menggoyang-goyangkan tubuh Adel.Mendengar ada yang berteriak, Arkan yang saat itu tengah bermain dengan Revan tak jauh dari sana pun segera menengok ke asal suara."Astagfirullah, Adel," ucap Arkan kaget saat mengetahui bahwa Adel pingsan.Arkan pun segera membawa Adel masuk kedalam rumahnya dan menaruhnya di sofa ruang keluarga.Mami dan Papi Yuda yang saat itu sedang menonton TV disana pun sedikit kaget karena Arkan membopong tubuh Adel."Adel kenapa, Kan?" tanya Mami dengan penasaran.Mami pun segera berlalu menuju lemari kaca yang berada tak jauh dari dirinya dan mengambil minyak kayu putih lalu dibalurkan di dekat hidung Adel."Gak tau aku, Kak, tadi keknya dia lagi telpon Gerry deh soalnya manggil Key, terus tiba-tiba Key teriak Mama dan pas ku liat dia udah pingsan," ucap Arkan kemudian.Tak lama Adel
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk