Home / Romansa / Suami Brengsek vs Istri Manja / Ch 2 - musuh bebuyutan

Share

Ch 2 - musuh bebuyutan

Author: Acha07
last update Last Updated: 2021-04-27 15:43:17

Rama menenggak bir yang ada di tangannya, menemui Sinta barusan adalah keputusan yang konyol, ini memang salahnya! kenapa juga dia nekat menemui lampir seperti Sinta.

"Woy! minum gak ajak-ajak kau setan." Dio yang baru datang langsung mengambil alih bir yang ada di tangan Rama.

"Buset! Kesurupan apa kau, sebotol di habisin sendiri," protes Dio saat tau botol itu sudah kosong.

"Sialan si lampir itu!" gerutu Rama tanpa menghiraukan Dio.

"Kenapa sih? berantem lagi sama Sinta?" tanya Dio kemudian duduk di samping Rama.

"Lagi? emang kapan aku gak berantem sama dia!" jawab Rama kesal.

"Heran aku sama kalian, nenek bilang kau sama dia itu sahabat dari kecil, tapi kenapa berantem mulu?" 

Rama melirik Dio sekilas, pembahasan tentang Sinta adalah hal yang paling dia hindari. Kemudian memilih menyumat satu rokok dan di selipkan di antara bibirnya.

"Mana ada sahabat? aku sama Sinta itu musuh bebuyutan!" Rama menghisap rokoknya kemudian membuang asapnya di depan wajah Dio.

"Jangan gitu lah, Ram! Benci itu bisa jadi cinta!" 

Cinta? apa itu cinta? bahkan Rama tidak yakin kalau di hati Sinta bisa terselip sedikit rasa untuknya.

"Gak usah ngomongin cinta! kau sendiri sampai sekarang masih jomblo!" ejek Rama sambil menjitak kepala Dio.

"Jangan salah! meskipun aku jomblo tapi di hati aku masih ada rasa cinta untuk seseorang!" Dio membela diri.

"Alah! itu bukan cinta namanya, kau aja yang belum move on!" Sekali lagi Rama kembali menjitak kepala Dio.

"Woy! jangan main kekerasan dong!" Dio mengusap kepalanya yang sudah dua kali menjadi korban kekerasan tangan Rama.

"Jadi cowok jangan lembek!" ejeknya lagi sebelum meninggalkan Dio yang masih menggerutu.

Rama merogoh kunci motor yang ada di saku celananya, kemudian melajukan motor sportnya membela jalanan lalu lintas kota malang yang membawanya menuju rumah sang nenek yang sudah hampir 1 tahun ini dia tinggali.

Motor Rama masuk ke dalam perumahan model cluster yang berbeda di tengah-tengah kota malang, rumah berwarna vintage dengan lantai dua itu yang menjadi tempat pemberhentian motor Rama.

"Assalamualaikum, Nek!" ucap Rama setelah memasuki rumah. 

"Waalaikumsalam," jawab sang nenek yang sedang duduk sambil merajut di ruang tengah. "Kok sudah pulang, Ram?" tanyanya kemudian.

"Bosen, Nek. Di pasar ada lampir disana."

Nenek menghentikan aktivitasnya dan menatap tajam Rama. "Jangan gitu, Ram! Sinta itu punya nama!" tegurnya kemudian.

"Nenek aneh! masa lebih sayang sama Sinta dari pada cucunya sendiri." Rama tidak terima karena sang nenek selalu berada di pihak Sinta.

"He! Sinta itu juga cucu nenek, jangan macem-macem kamu." 

Rama mencebik kesal, tidak di rumah dan di pasar dia sama-sama di buat kesal. "Udahlah, Rama mau tidur aja!"

"Jangan!" tahan nenek. "Sini duduk dulu, nenek mau ngomong!"

Rama berdecak dan terpaksa menuruti perintah sang nenek. Terpaksa ya, tolong garis bawahi. 

"Ada apa sih, Nek?" tanya Rama kemudian duduk di salah satu kursi terpisah dan menyilang kaki di meja.

"Duduk yang sopan!" nenek memukul kaki Rama. 

"Astagfirullah, Nek. Ribet banget si." Rama menggerutu tapi tetap menuruti perintah neneknya dengan menurunkan kakinya.

"Nenek mau ngomong serius sama kamu."

"Jangan serius-serius amat lah, Nek," goda Rama di sertai tawa renyah.

"Nenek gak mau bercanda sekarang. Nenek mau tanya, kamu kapan nikah?" tanya nenek datar.

Rama menguap, bosan mendengar pertanyaan itu melulu, pasalnya dia tidak punya keinginan untuk menikah, meskipun dia mempunyai hubungan dengan banyak wanita tapi bukan berarti dia harus menikah.

"Udahlah, Nek. Kenapa harus nikah si yang di bahas?"

"Loh harus itu! kamu udah umur 24, mau sampai kapan gini-gini terus?" 

"Tapi Rama belum pengen nikah, Nek," tolak Rama secara halus.

"Kali ini nenek gak mau di tolak!" ancam nenek.

Rama tergelak kencang. "Siapa yang nolak Nenek? Rama nolak pernikahan, bukan nolak Nenek." 

Nenek mengelus dada, untung saja di usianya yang mulai menua dia tidak mengidap penyakit jantung. "Terserahlah, Nenek gak mau tau, pokoknya kamu harus nikah."

Tawa Rama berubah menjadi kesal. "Nikah sama siapa, Nek? Rama belum nemu cewek yang cocok buat jadi istri Rama." Rama beralasan.

Nenek tersenyum menyeringai. "Kebetulan banget. Nenek udah siapin calon yang cocok banget buat kamu." 

"Siapa, Nek? jangan aneh-aneh ya, Nek. Rama gak suka di paksa!"

"Kalau gak di paksa, kamu gak bakalan nikah sampek tua! terus kapan nenek punya cucunya?" 

"Nenek mau cucu? Rama bisa kasih cucu meskipun gak nikah," ucap Rama dengan senyum jahil.

"Astagfirullah!" Tangan nenek tergerak untuk memukul kepala Rama. "Biar jernih pikiran kamu!"

"Tolong lah, Nek. Jangan paksa Rama terus." 

"Memangnya kapan Nenek maksa kamu terus? ini pertama kalinya loh."

Rama menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya iya sih, tapi jangan gini lah, Nek." 

"Gak ada tapi-tapi lagi, kali ini gantian kamu yang harus nurutin kemauan nenek!" ucap sang Nenek sambil membuang muka pura-pura merajuk.

Rama menghela nafas panjang, neneknya memang selalu baik dan menuruti keinginannya, bahkan melebihi kedua orangtuanya. "Ya udah, Rama mau nikah, kalau itu yang Nenek mau." 

"Beneran kamu mau?" tanya nenek sumringah. 

Rama menganguk pasrah. "Iya, ini juga demi Nenek." 

"Alhamdulillah, berarti kamu mau nikah sama Sinta?" tanyanya dengan antusias.

Rama membelalak, tunggu! ini pasti telinganya yang salah dengar, tidak mungkin neneknya ingin dia menikah dengan lampir seperti Sinta. Apa jadinya seorang Rama jika menikahi wanita seperti Sinta.

"Siapa tadi namanya, Nek? kok tadi Rama kayaknya salah denger nama lampir Sinta?" tanya Rama menyakinkan kalau dia memang salah dengar.

"His!" Nenek menarik telinga Rama. "Nenek mau kamu nikah sama Sinta!" ucapnya tepat di telinga Rama.

Rama mengerjapkan matanya saat nama Sinta terdengar sangat jelas di telinganya. Tidak! ini pasti tidak mungkin!

Bagaimana bisa mereka akan di satukan dalam ikatan pernikahan, sedangkan berteman saja tidak, mereka itu hanya musuh. Iya, musuh bebuyutan dan selamanya akan tetap seperti itu. Titik!

"Gak mungkin lah, Nek. Rama sama Sinta itu musuhan dari kecil, jadi gak akan bisa bersatu, apalagi sampai nikah."

"Siapa bilang gak mungkin, malah bagus dong, negatif ketemu negatif, hasilnya pasti positif."

"Tapi, Nek—"

"Nenek gak mau denger alasan kamu, setuju gak setuju, kamu harus nurut."

BERSAMBUNG........

Assalamualaikum. Terima kasih kalian sudah membaca sampai bab ini, itu artinya kalian penasaran kan sama cerita ku? 

Penasaran gak?

Penasaran gak?

Penasaran lah, masa enggak! Hihi.

Tapi terima kasih ya, aku harap kalian mau dukung karyaku ini untuk mengikuti lomba kali ini. Semoga bisa membawa ku sebagai pemenang

Related chapters

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 3 - merepotkan

    Sore sudah mulai menyapa, suasana pasar juga mulai sepi. Ini artinya, sudah waktunya Sinta untuk menutup toko dan pulang. Sungguh di sayangkan, satu pegawainya yang bernama Siti mengambil cuti menjelang persalinan.Empat pegawai saja dia masih kualahan, lalu apa jadinya kalau cuma tiga, sedangkan mencari pegawai baru dalam waktu dekat itu tidak mudah. Selain pekerjaan yang semakin bertambah, resiko kehilangan pun sama, meskipun di tokonya sudah di lengkapi CCTV di setiap sudut, tapi itu tidak menyurutkan niat pelaku kejahatan.Sejenak, Sinta teringat sesuatu. Oh, iya, Rama 'kan kemarin sempat nanya lowongan, kali aja ada temannya yang butuh pekerjaan. Batin Sinta."Rena!" Sinta memanggil salah satu pegawainya yang sedang memasukan emas kedalam brangkas. "Sini sebentar."Rena mengangguk kemudian meninggalkan pekerjaan dan menghampiri bosnya yaitu Sinta. "Kenapa, Mbak?""Kala

    Last Updated : 2021-04-27
  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 4 - posisi yang sulit

    Sinta sedang duduk di depan meja rias, memoles wajahnya dengan make up tipis setelah melakukan sholat Magrib. Tadi umminya sempat memberikan gamis baru berwarna biru muda, entah untuk apa itu, tapi gamisnya sangat indah dan Sinta suka, makanya malam ini dia mengenakan itu."Sinta!" panggil ummi sambil mengetuk pintu."Iya, Ummi. Masuk aja."Pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah rapi dengan gamis berwarna hijau botol senada dengan jilbabnya."Ayo cepetan, nenek udah datang tuh!" ajak ummi."Wah Ummi serius?" Sinta langsung bangkit dari duduknya. "Kalau gitu Sinta keluar dulu deh." Kemudian keluar dari kamarnya.Begitulah Sinta, dia sangat antusias dengan apapun yang berhubungan dengan neneknya Rama, meskipun bukan neneknya tapi ikatan Sinta dan nenek lebih erat dari pada seorang cucu.&nbs

    Last Updated : 2021-04-29
  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 5 - Awal kebencian

    Hari ini, Sinta benar-benar merasa kualahan di tokonya, pegawainya hanya tersisa tiga orang, sedangkan hari ini pembeli sangat membeludak tiga kali lipat dari biasanya, resiko barang hilang juga semakin besar kalau seperti ini.Dan pada akhirnya, Sinta mengambil keputusan untuk menanyakan tentang pegawai yang sempat Rama tawarkan kemarin."Rena, tolong kamu cari Mas Rama, bilangin, suruh kemari. Penting!" perintahnya kepada gadis remaja berjilbab hitam.Rena segera pergi, mencari keberadaan Rama, dan kembali ke toko, dengan seorang pria yang berjalan mengekor di belakangnya.Rama yang tadi sedang merokok, langsung membuang rokoknya, sebelum masuk ke dalam toko Sinta."Sepenting apa urusanmu, sampek manggil aku?" tanya Rama, yang sekarang sudah menyandarkan tubuhnya di pinggiran meja."Aku butuh satu pegawai, tawaran mu yang kemarin, masih berlaku nggak?

    Last Updated : 2021-04-29
  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 1 - Cowok mesum

    Sinta menarik nafas pelan. Sebuah senyum yang tadinya muncul saat ia mendapat sebuah undangan pernikahan dari sahabatnya perlahan sirna, setelah ia mengetahui siapa mempelai prianya. Perasaan haru dan bahagia, berubah menjadi iri dan dengki. Tangannya terkepal erat saat membayangkan Khansa duduk bahagia di pelaminan, hatinya perih bahkan sekedar untuk menelan ludahnya saja ia tidak mampu. Kenapa wanita itu menusuknya dari belakang? Ada apa ini, apa yang sudah terjadi selama ia tidak ada? Sinta meremas undangan yang ada di tangannya dan melempar ke lantai. Banyak pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Tentang, siapa yang berkhianat disini? Apakah Khansa atau Azzam? Dia sendiri tidak yakin kalau pria sebaik itu bisa berkhianat, tapi jika di ingat-ingat hubungannya dengan Azzan tidak di ketahui siapapun, kecuali mereka berdua. Tok! Tok! Tok! Sinta menarik diri dari dalam pikirannya, saat pintu di ketuk dari luar. Tanpa ingin membuat sang tamu menunggu, Sinta segera membuka pintu. Bayan

    Last Updated : 2021-04-27

Latest chapter

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 5 - Awal kebencian

    Hari ini, Sinta benar-benar merasa kualahan di tokonya, pegawainya hanya tersisa tiga orang, sedangkan hari ini pembeli sangat membeludak tiga kali lipat dari biasanya, resiko barang hilang juga semakin besar kalau seperti ini.Dan pada akhirnya, Sinta mengambil keputusan untuk menanyakan tentang pegawai yang sempat Rama tawarkan kemarin."Rena, tolong kamu cari Mas Rama, bilangin, suruh kemari. Penting!" perintahnya kepada gadis remaja berjilbab hitam.Rena segera pergi, mencari keberadaan Rama, dan kembali ke toko, dengan seorang pria yang berjalan mengekor di belakangnya.Rama yang tadi sedang merokok, langsung membuang rokoknya, sebelum masuk ke dalam toko Sinta."Sepenting apa urusanmu, sampek manggil aku?" tanya Rama, yang sekarang sudah menyandarkan tubuhnya di pinggiran meja."Aku butuh satu pegawai, tawaran mu yang kemarin, masih berlaku nggak?

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 4 - posisi yang sulit

    Sinta sedang duduk di depan meja rias, memoles wajahnya dengan make up tipis setelah melakukan sholat Magrib. Tadi umminya sempat memberikan gamis baru berwarna biru muda, entah untuk apa itu, tapi gamisnya sangat indah dan Sinta suka, makanya malam ini dia mengenakan itu."Sinta!" panggil ummi sambil mengetuk pintu."Iya, Ummi. Masuk aja."Pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah rapi dengan gamis berwarna hijau botol senada dengan jilbabnya."Ayo cepetan, nenek udah datang tuh!" ajak ummi."Wah Ummi serius?" Sinta langsung bangkit dari duduknya. "Kalau gitu Sinta keluar dulu deh." Kemudian keluar dari kamarnya.Begitulah Sinta, dia sangat antusias dengan apapun yang berhubungan dengan neneknya Rama, meskipun bukan neneknya tapi ikatan Sinta dan nenek lebih erat dari pada seorang cucu.&nbs

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 3 - merepotkan

    Sore sudah mulai menyapa, suasana pasar juga mulai sepi. Ini artinya, sudah waktunya Sinta untuk menutup toko dan pulang. Sungguh di sayangkan, satu pegawainya yang bernama Siti mengambil cuti menjelang persalinan.Empat pegawai saja dia masih kualahan, lalu apa jadinya kalau cuma tiga, sedangkan mencari pegawai baru dalam waktu dekat itu tidak mudah. Selain pekerjaan yang semakin bertambah, resiko kehilangan pun sama, meskipun di tokonya sudah di lengkapi CCTV di setiap sudut, tapi itu tidak menyurutkan niat pelaku kejahatan.Sejenak, Sinta teringat sesuatu. Oh, iya, Rama 'kan kemarin sempat nanya lowongan, kali aja ada temannya yang butuh pekerjaan. Batin Sinta."Rena!" Sinta memanggil salah satu pegawainya yang sedang memasukan emas kedalam brangkas. "Sini sebentar."Rena mengangguk kemudian meninggalkan pekerjaan dan menghampiri bosnya yaitu Sinta. "Kenapa, Mbak?""Kala

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 2 - musuh bebuyutan

    Rama menenggak bir yang ada di tangannya, menemui Sinta barusan adalah keputusan yang konyol, ini memang salahnya! kenapa juga dia nekat menemui lampir seperti Sinta."Woy! minum gak ajak-ajak kau setan." Dio yang baru datang langsung mengambil alih bir yang ada di tangan Rama."Buset! Kesurupan apa kau, sebotol di habisin sendiri," protes Dio saat tau botol itu sudah kosong."Sialan si lampir itu!" gerutu Rama tanpa menghiraukan Dio."Kenapa sih? berantem lagi sama Sinta?" tanya Dio kemudian duduk di samping Rama."Lagi? emang kapan aku gak berantem sama dia!" jawab Rama kesal."Heran aku sama kalian, nenek bilang kau sama dia itu sahabat dari kecil, tapi kenapa berantem mulu?"Rama melirik Dio sekilas, pembahasan tentang Sinta adalah hal yang paling dia hindari. Kemudian memilih menyumat satu rokok dan di selipkan di antara bibirn

  • Suami Brengsek vs Istri Manja   Ch 1 - Cowok mesum

    Sinta menarik nafas pelan. Sebuah senyum yang tadinya muncul saat ia mendapat sebuah undangan pernikahan dari sahabatnya perlahan sirna, setelah ia mengetahui siapa mempelai prianya. Perasaan haru dan bahagia, berubah menjadi iri dan dengki. Tangannya terkepal erat saat membayangkan Khansa duduk bahagia di pelaminan, hatinya perih bahkan sekedar untuk menelan ludahnya saja ia tidak mampu. Kenapa wanita itu menusuknya dari belakang? Ada apa ini, apa yang sudah terjadi selama ia tidak ada? Sinta meremas undangan yang ada di tangannya dan melempar ke lantai. Banyak pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Tentang, siapa yang berkhianat disini? Apakah Khansa atau Azzam? Dia sendiri tidak yakin kalau pria sebaik itu bisa berkhianat, tapi jika di ingat-ingat hubungannya dengan Azzan tidak di ketahui siapapun, kecuali mereka berdua. Tok! Tok! Tok! Sinta menarik diri dari dalam pikirannya, saat pintu di ketuk dari luar. Tanpa ingin membuat sang tamu menunggu, Sinta segera membuka pintu. Bayan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status