Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Hari ini aku hanya bisa menahan tawaku karena aku gagal melakukan tes HSG dan Ervin tes Analisa sperma. Semua karena Ervin menggempurku 2 hari berturut turut. Sedangkan seharusnya aku tidak boleh melakukan penyatuan diri dengan Ervin setidaknya dua hari sebelum tes di lakukan. Sedangkan seharusnya Ervin juga tidak berhubungan badan denganku 1 sampai 3 hari sebelum tes Analisa sperma dilakukan. 3 hari kemudian untuk pertama Ervin dahulu yang akan melakukan tes analisa sperma. Setelah dari ruangan Robert, kami mendapatkan pengantar untuk menuju bagian laboratorium. Kemudian kami menuju gedung yang berbeda kemudian kami menyerahkan pengantar dari Robert dan di berikan tempat untuk menampung "benih" milik Ervin yang sudah di tempeli nama dan nomer rekam medis milik Ervin. "Ibu, Bapak, ini tempatnya, kalo memang tidak bisa sendiri boleh dibantu istri, tapi tidak boleh sampai berhubungan badan, ya?" Untuk pertama kalinya aku merasa malu mendengar kata k
Ervin Aditya POV Aku bersyukur kepada Tuhan karena semua hasil tes yang aku lakukan dengan Luna telah kami jalani dan semua dalam keadaan baik. Namun aku tidak tega melihat keadaan Luna setelah ia menjalani tes HSG tersebut, walau dia tidak mengatakan lagi keluhannya setelah tes dilakukan namun aku tau dia mengeluhkan sakit perut, belum lagi intinya yang masih mengeluarkan flek hingga darah di hari kedua ini, bahkan ia sampai tidak berangkat ke kantor karena mengeluhkan pusing. Hari ini aku harus meninggalkannya ke Bali untuk pemotretan yang telah aku tunda sejak kemarin. "Lun, aku tinggal sehari bisa?" "Bukannya jadwal kamu dua hari?" "Kamu tau dari mana?" "Max." Aku kaget mendengar Luna menyebut nama Max. Selama ini Luna tau Max dan Megan karena aku sering memintanya menjawab telepon dari mereka atau membalas pesannya. Aku selalu berusaha untuk tidak menyembunyikan apapun darinya, karena aku selalu beranggapan bahwa lebih baik pasanganku tau lingkungan kerjaku dan mengenal tem
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Hari ini rangkaian acara pernikahan Nada dan Juna akan di gelar. Walau aku adalah keluarga, namun untuk acara kali ini aku juga bertindak sebagai wedding organizer yang menangani jalannya acara. Aku bersyukur Ervin bisa membantuku kali ini dan mendampingiku selama aku menjalankan tugas dobelku ini. Seperti malam ini ketika acara lamaran telah selesai dan acara midodareni berlangsung, maka tugasku baru akan selesai ketika tengah malam datang. Malam ini aku mendatangi Nada di kamarnya untuk memastikan jalannya acara besok pagi dan kami mengobrol sebentar di kamarnya berdua. "Mbak, gimana rasanya punya suami?" Pertanyaan yang tidak aku sangka akan keluar dari bibir Nada kepadaku malam ini. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Karena bagiku rasanya nano nano. Memiliki suami memang menyenangkan tapi kadang juga bisa menjengkelkan. Segala sesuatunya yang mudah bisa menjadi lebih rumit karena kami harus mengkomunikasikan segala sesuatunya bersama hingga kam
Ervin Aditya POV Siapa sangka pagi ini aku terlihat gagah dan tampan bersanding dengan Luna menggunakan pakaian beskap model Jawa warna hitam ini. Walau sudah berkali kali menggunakan pakaian adat jawa, namun kali ini terasa berbeda karena momment sakral yang akan di lalui Nada dan Juna. Biasanya aku mengenakan karena sesi pemotretan, sedangkan kali ini aku bersanding dengan istriku sebagai Among tamu dari pihak keluarga. Malam sejak kami selesai mengerjakan PR dari Robert, Luna langsung melakukan mandi besar dan segera mem-packing semua yang akan kami bawa ke salon besok pagi. "Vin, besok walau kita among tamu, tapi mungkin aku bakalan sering ninggalin kamu enggak pa-pa kan?" Aku paham sekali kenapa Luna bertanya kepadaku, ia takut aku tidak nyaman dan merasa di abaikan olehnya. Namun aku memahami tanggungjawabnya selain sebagai keluarga dialah wedding organizer yang bertugas memastikan semua acara berjalan sesuai rencana yang telah disusun. "Nggak pa-pa, aku paham banget posisi
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Walau aku mencoba mengabaikannya, aku bisa merasakan jika orang-orang memperhatikan diriku dan Ervin berlebihan. Padahal kami tidak mengumbar kemesraan secara berlebihan atau terlalu vulgar di depan orang orang. Setelah acara ijab qobul dan sesi ramah tamah alias makan makan di mulai aku sudah sibuk dengan aktivitas mengatur jalannya acara sehingga aku harus meninggalkan Ervin seorang diri di kursi among tamu. Ketika aku sampai di belakang ballroom untuk mengecek stock makanan, tanganku di cekal oleh seseorang, yang ketika aku menoleh, wajah Handi sudah terpampang jelas di depan mukaku. "Mas Handi kenapa sih narik-narik tangan aku gini?" tanyaku sambil berusaha melepaskan tangan Handi dari pergelangan tanganku "Ssstttt.... Kamu tenang dulu, aku mau kasih tau kamu sesuatu." "Kasih tau apa?" "Kalo kamu janji tenang sampai aku selesai kasih tau, aku akan lepasin tangan kamu." "Okay, lepasin tangan aku." Kemudian Handi melepaskan tanganku. Dan kini
Ervin Adita POV Hari ini Luna mengajakku untuk pergi ke rumah orang tuanya. Namun ada yang berbeda ketika Luna mengatakannya, seperti ada raut wajah ketakutan yang aku lihat di dirinya. "Lun, apa kamu sudah tau gosip yang beredar sekarang tentang masa lalu aku?" Aku melihat Luna membelalakkan matanya di depanku dan dia tidak sanggup berkata kata. Itu sudah cukup menjadi jawaban bagiku. Aku hanya menganggukkan kepalaku kepada Luna. "Ya sudah, kita hadapi saja kenyataan yang ada. Ayo kita berangkat." Walau sebenarnya ada perasaan takut bertemu orang tua Luna namun aku tidak akan mengatakannya kepada Luna. Aku laki-laki dan aku adalah suami, bagaimanapun aku harus bisa lebih kuat dan mampu melindungi Luna apapun yang terjadi di rumah tangga kami. Aku menggandeng Luna menuju garasi mobil yang ada di rumah. Aku Bukakan pintu mobil untuk Luna. Setelah Luna masuk, aku tutup pintu itu dan aku berjalan menuju sisi pengemudi. Dalam setiap langkah menuju sisi pengemudi aku mengambil nafas
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak menyangka jika aku akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini kepada Papa. Awalnya aku tidak berniat untuk membongkar kebobrokan rumah tangga orangtuaku di depan Ervin. Karena semua itu adalah aib yang harus di tutupi walau itu dari Ervin, suamiku sendiri. Namun rasanya aku tidak kuat menahan semuanya hingga aku akhirnya mengatakannya. Aku yakin Ruben kaget mendengar kata-kata yang meluncur dari bibirku. Karena selama ini Mama selalu menyembunyikan itu semua dari anak anaknya. Aku pun mengetahui perselingkuhan Papa karena Hilda yang memergoki Papa keluar dari salah satu kamar hotel di Bali 6 tahun lalu dan atas permintaan dariku, Hilda akhirnya menyelidiki itu semua untukku. Pada akhirnya setelah 6 tahun aku simpan semuanya, kini aku lega karena aku bisa mengungkapkan kebenaran di depan mata papa. Aku tidak akan menuruti keinginan papa untuk meninggalkan Ervin. Bagaimanapun sudah seharusnya aku mengabdikan
Ervin Aditya POV Aku harus banyak bersabar kali ini, karena sepertinya Luna sedang tidak dalam kondisi yang baik. Emosinya masih meluap luap laksana gunung berapi yang sedang meletus dan orang orang yang hidup di sekitarnya sedang merasakan efeknya dan itulah yang sedang aku alami saat ini. Aku tidak pernah memprediksi bahwa Luna akan semurka ini ketika aku memaparkan keputusanku menerima tawaran Max dan Megan untuk ke Paris. Padahal dulu Luna menyetujuinya dan dengan entengnya ia mengatakan bahwa kami bisa melakukannya dengan long distance marriage, bahkan Luna akan menghandle operasional kedai kopi milikku. Namun kini justru ia yang sepertinya keberatan. Jika saja aku tidak diminta keluarganya untuk membuktikan bahwa aku memang pantas menjadi suaminya, aku akan memilih untuk berada di dekatnya, menemaninya menjalani seluruh sisa hidupnya. Tapi sebagai laki-laki yang di nilai sebelah mata oleh keluarganya, bahkan di tuduh hidup enak hanya karena menikahinya, aku harus membuktikan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d