Namun tiba-tiba saja …-Bug'Ceklek' Rafael melompat dari meja dan berlari cepat untuk menyelamatkan istrinya dari sentuhan kecoa yang sudah terbang ke arah Serena. Tuk"Agkhhh …." Rafael meringis, kepalanya-- bagian belakang-- terbentur kuat ke lantai. Syukurnya Serena berhasil ia selamatkan dari kecoa jantan mesum itu. Cih, tahu saja kecoa itu jika istrinya ini cantik! Dan -- tidak semudah itu. "Rafael, kamu nggak apa-apa?" tanya Serena. Dia terjatuh tepat di atas tubuh suaminya, jadi ketika jatuh tadi Serena tidak merasakan sakit. "Tidak, Baby girl." Rafael berucap rendah, senyum dengan manis sembari menatap intens dan berat ke arah wajah teduh Serena. Sakit di kepalanya itu tak penting. Dia bahkan rela jika kepalanya kembali terbentur supaya Serena perhatian lagi padanya. "Ya Tuhan." Serena dan Rafael sontak menoleh ke arah pintu, mendapati Aesya yang sedang berdiri di sana dengan senyum-senyum geli. Menyadari suatu, Serena sontak menyingkir dari atas tubuh Rafael. "Tidak
"Wow." Aesya memekik kagum, menatap Kakak iparnya yang telah dia rias dati atas hingga bawah. Mata Aesya beberapa detik tak berkedip, sangking memukaunya Serena dan sangking kagumnya dia pada penampilan Serena sekarang. Serena memakai dress panjang dengan bahan tile diluar dan bahan sutra dari dalam. Dari bagian pinggang hingga sedikit ke bawah dihias oleh mutiara murni dan asli, dibuat dengan efek gradasi sehingga menciptakan dimensi yang indah pada dress berwarna moca golden tersebut. Lalu pada bagian atas dress, ada motif timbul bunga indah dari musim gugur. Dress tersebut semakin bersinar dan cantik karena dikenakan oleh Serena, dress tersebut seperti mengeluarkan cahaya -- efek dari kulit putih cerah milik Serena. Sungguh Serena sangat cantik, feminim dan anggun. Aesya berkacak pinggang, berdecak beberapa kali sembari terus mengeluarkan kata-kata penuh kekaguman. "Ck ck ck, Kak Serena cantik plus banget!" pekik Aesya. "Ah, aku memang tak pernah gagal dalam mempercantik sese
Tiba-tiba saja …"Serena memang cantik, tetapi aku juga nggak kalah cantik. Hai, kalian masih ingat aku?! El, kamu nggak lupa kan denganku?" Seorang perempuan cantik dengan gaun merah menyala datang dan tanpa dipersilahkan mengambil tempat dengan duduk di sebelah Nanda. "Serena, bisa pindah tempat duduk tidak?" ucap perempuan itu sembari tersenyum anggun, menatap Serena dengan menilai dan sedikit sinis. Sejak dulu, perempuan ini selalu saja berada di sisi Rafael. Serena selalu duduk di dekat Rafael. Sangat aneh dan menyebalkan! "Jika saja Serena mau pindah dari sebelah Rafael, sudah sejak tadi aku yang mengisi tempat itu," sahut Jenner yang tiba-tiba saja sudah di sana. Dia tersenyum culas pada perempuan itu, kemudian menghampiri Maxim -- duduk di sebelah pria tampan dan dingin itu dengan terus menatap nyalang pada perempuan memakai dress merah menyala tersebut. Cih, ada saingan ternyata di sini. Dan perempuan ini-- jika Jenner perhatikan lebih feminim dan berpenampilan manis juga
"Tapi aku bisa. El, kamu berdansa dengan ku saja." Cika menawarkan diri dengan tersenyum elegan ke arah Rafael. Tak mau kalah, Jenner juga langsung menawarkan diri. "Aku pernah kursus salsa dance. Jadi kurasa aku lebih cocok.""Kalian berdua saja sana," ketus Rafael. "Memuakkan," lanjutnya dengan nada malas dan kesal. Memangnya siapa yang ingin berdansa?! Jenner dan Cika sontak terdiam malu. Sedangkan yang lainnya terkekeh geli -- lucu saja dengan kedua perempuan itu yang sejak tadi berlomba-lomba mencari perhatian Rafael. Acara reunian tersebut semakin berlanjut. Arga dan yang lainnya memencar ; seperti kata mereka, Arga dan yang lainnya sedang mencari jodoh di acara ini. Yah, supaya suatu saat mereka bisa berlibur bersama dan Serena punya teman saat berlibur nanti. Bahkan Maxim juga sudah pergi entah kemana. 'Apa dia mencari jodoh juga?' batin Serena, entah kenapa kepikiran dengan Maxim yang juga ikut menghilang. Dia hanya tinggal berdua dengan Rafael di meja ini, di mana pri
"Aku membutuhkan cintamu. Tatap aku sebagai seorang pria yang kau cintai, bukan sahabat!" amuk Rafael lagi, memukul dan menunju bantal yang tepat di sebelah wajah Serena -- membuat Serena menahan nafas dan bergetar takut. "Mulai sekarang kau tidak dibutuhkan di perusahaan ini!" geram Rafael dengan dingin. "Aku ingin kau fokus menjadi istriku, belahan jiwaku, Serena!"Serena memperlihatkan air muka ketidak sukaan dan tak setuju juga. Menurutnya Rafael terlalu semena-mena padanya dan … ini tidak adil! "El, aku masih ingin bekerja.""Kau tidak punya pilihan selain patuh padaku, Serena." Rafael berdecis marah, menatap tajam dan penuh peringatan pada Serena. "Ka--kau jahat, El," ucap Serena lirih, dengan air mata yang berhasil jatuh dari pelupuk. Raut muka perempuan itu berubah penuh kesedihan dan kekecewaan. Serena menyukai pekerjaannya, ini tempatnya bisa terus berkumpul dengan para sahabatnya. Ini cara Serena menikmati hidup. Tapi Rafael merenggutnya secara paksa. Lagi-lagi pria in
"Untuk tubuhmu. Dan … anggap hadiah ulang tahun yang manis dariku."Jenner seketika tersenyum bahagia, langsung memeluk kotak hadiah mewah tersebut dengan perasaan senang luar biasa. "Aku tahu kau masih mencintaiku, El," ucapnya manis dan riang. Ceklek' Bersamaan dengan Serena yang tiba-tiba keluar dari ruangan khusus tersebut; menoleh spontan ke meja kerja Rafael -- menatap Jenner dan Rafael dengan air muka muram dan perasaan sedih. Tadi … pria itu-- 'Aku menginginkan cintamu!' Dada Serena terasa sakit dan sesak, menatap keromantisan Rafael sembari mengingat-ingat kata-kata Rafael tadi padanya. Dengan perasaan sesak dan perih, Serena memalingkan wajah dan memilih untuk keluar dari ruangan tersebut. Bagaimana caranya Serena untuk jatuh cinta, Rafael terus memamerkan keromantisannya pada Jenner. Jenner menatap Serena yang keluar dari sebuah ruangan -- yang dia tahu ruangan khusus untuk Rafael beristirahat di kantor. Wajah Jenner yang bahagia berubah muram dan kesal. Sial! Serena
"Kalian sama Bastard-nya! Hanya saja kamu tertutup oleh sikapmu yang sok cuek dan dingin," maki Serena dengan marah dan tak terima. "Rena, kau salah paham." Maxim menghela nafas, memijit pelipis dan terus memperhatikan Serena yang menangis dengan iba. "Sudah sejak lama Rafael ingin memberhentikanmu bekerja. Tetapi karena katanya dia ingin meluluhkan hatimu, jadi dia membiarkanmu tetap bekerja.""Dan sekarang mungkin ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba memberhentikanmu."Serena mengepalkan tangan, menahan kesal, marah dan perasaan kecewa pada Maxim. "Alasannya agar dia bisa berhubungan secara leluasa dengan Jenner. Puas!"Maxim terdiam degan wajah tak terbaca. "Kamu suka pada Jenner tetapi kamu membiarkannya lengket dengan Rafael." Air mata Serena semakin deras mengalir. "Sepertinya aku salah, Kak Max. Sebenarnya Kamu tidak benar-benar suka pada Jenner kan? Tapi kamu berpura-pura suka padanya, menjadi kekasih pura-puranya juga hanya untuk melindungi hubungan Rafael dengan Jenner ka
'Jenner itu ciptaan Rafael. Dia ciptakan karena tak bisa mendapatkanmu. Aku tidak mengerti perasaan apa yang Rafael punya padamu, Serena. Namun dia seperti iblis tanpamu. Bukan hanya Jenner, dia mengencani siapapun yang mirip denganmu. Dia melakukannya agar bisa merasakan keberadaanmu.'Ucapan Maxim tersebut padanya tadi terus mengiang di kepala Serena. Kenapa Rafael bisa segila ini padanya? Itu pertanyaan besar bagi Serena yang sampai detik ini tidak bisa ia temukan jawabannya. 'Hanya sedikit berlebihan, bukan berarti aku terobsesi padamu, Serena.' Itu kata-kata Rafael padanya. Awal, Rafael tak menyengkal jika Serena mengatakan Rafael terobsesi padanya. Namun tadi -- saat di kamar khusus itu, untuk pertama kalinya Rafael menyengkalnya. Jika bukan obsesi lalu apa? Bahkan Maxim mengaku tak tahu perasaan apa yang Rafael punya padanya. "Hah, sudah petang. Sebaiknya aku masuk." Serena bergumam pelan, bangkit dari kursi malas dan berjalan masuk dalam rumah. Sehabis bangun tidur, Sere