Freya memperhatikan wajah Wendy yang memucat. Freya tidak akan memaklumi perkataan wanita di hadapannya yang selalu menghina dirinya. Sebutan simpanan terus tersemat karena rumor yang tersebar akibat rasa iri pada Freya. "Sayang, sebaiknya kita pergi dari sini, saja. Aku tidak nafsu makan," ucap Freya pada Alex. Pria yang duduk di sampingnya menganggukkan kepala. Wendy masih terpaku berdiri di depan meja Freya. Alex menatap tajam wanita tersebut."Kalau sekali lagi aku mendengar hinaan yang keluar dari mulutmu. Aku akan memastikan kau akan mendekam di penjara," ancam Alex. Kemudian, Alex dan Freya pergi dari hadapan Wendy yang ketakutan dengan ancaman Alex. Wanita itu tidak menyangka kalau perkataannya pada Freya dapat berbuntut panjang. Dia masih mengira kalau Alex merupakan kekasih gelap Freya. Akan tetapi, ada rasa takut yang menjalar dalam dirinya, ketika mendapat ancaman dari Alex."Sial! Aku sampai gemetar karena mendengar ancaman dari pria itu!" gumam Wendy yang menatap kepe
Freya tampak berpikir sejenak ketika Alex bertanya tentang pengunduran diri dari restoran. Selain itu, Alex menginginkan agar keduanya kembali ke apartemen mereka. Sejak bertemu lagi dengan Alex, suaminya itu menunjukkan sikap yang sangat baik, hingga membuat Freya terlena. Ada rasa kekhawatiran dalam hatinya, walau Alex telah berjanji untuk mengakhiri hubungan dengan Claudia. Ketakutan itu bercongkol di hati Freya, justru karena sikap Alex yang sangat protektif cenderung posesif membuat Freya gelisah. Bila Freya kembali ke kediaman mereka dia meragukan sikap Alex. Apakah Alex tetap memperlakukan Freya dengan baik? Apa Alex menepati janji untuk memutuskan hubungan dengan Claudia. "Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Alex karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari sang istri. Freya terperangah kemudian menjawab pelan. "Aku hanya takut, aku takut kembali padamu. Kegelisahan ini tidak dapat berakhir kalau masih ada wanita itu di hatimu," jawab Freya. Alex menangkupkan tangan
Matahari mengeluarkan sinarnya dari ufuk timur. Freya terbangun, kemudian mendapati Alex di sampingnya. Dia menatap sang suami dengan intens. Tiba-tiba menyeruak seluruh kenangan yang dia lalui selama dua tahun pernikahan.Alex yang bersikap dingin dan hangat pada malam-malam panas yang mereka lewati. Pikirannya menerawang pada masa depan pernikahan mereka. Dia berharap sikap Alex tidak akan berubah seperti dahulu. Perlahan, Freya menelusuri wajah tampan Alex dengan jari lentiknya. Dia tidak menyesal memberikan kesempatan pada Alex. Freya berpikir jika ia dan anaknya membutuhkan Alex berada di sisi mereka.Alex membuka matanya kemudian tersenyum, dia menggenggam tangan Freya yang tadi meraba rahang tegasnya. "Sedang mengagumi suamimu, Sayang?" tanya Alex. Wanita itu membuang muka ke sembarang arah, wajah Freya merona merah. Dia malah karena telah terciduk memandangi suaminya sendiri. Alex yang gemas mencium pipi Freya. "Aku mencintaimu, Sayang," ucap Alex. "Aku tahu," balas Freya
Alex dan Freya menuju restoran tempat Freya bekerja. Wanita itu telah menyetujui usulan Alex untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Sedikit perasaan gugup terpatri dalam ekspresi wajah Freya. Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Pernah dia mengajukan pengunduran diri, tetapi tidak merasakan kegugupan karena akan berhadapan dengan John dan Kate.Kedua orang paruh baya itu memiliki andil cukup besar pada diri Freya. Mereka menolong Freya tanpa pamrih, bahkan selalu membuat iri hubungan Freya dan kedua orang tua itu. Walau hanya beberapa bulan tinggal di kota ini, dia sangat bersedih harus segera berpisah dengan Jhon dan Kate. Lingkungan tempat Freya bekerja sebenarnya sama saja seperti yang lain. Ada beberapa orang yang menyukai dan membenci Freya karena kedekatannya dengan pemilik restoran. Hanya saja, kebaikan keduanya menutup semua hal negatif yang diperbuat oleh orang yang iri pada Freya.Kegugupan terlihat jelas pada Freya yang membuat Alex menggenggam tangan Freya wala
Alex duduk berdampingan dengan Freya. Pria itu tersenyum mendengar perkataan John. Pria paruh baya itu beberapa kali menatap Alex dengan penuh penilaian. Layaknya ayah menilai seorang calon menantu.Pun Kate sama penasarannya dengan John. Dalam benak mereka terbersit kalau Freya mungkin akan kembali pada sang suami. Entah bagaimana caranya Alex menemukan Freya. Yang jelas mereka tahu kalau Freya tidak pernah menghubungi sang suami.Kedua orang itu pernah menawarkan sebuah ponsel untuk dikenakan Freya. Akan tetapi, wanita hamil itu dengan tegas menolak karena tidak memiliki siapa pun untuk dihubungi. Bahkan, sampai saat ini Freya tidak memegang ponselnya. "Aku ingin mengucapkan terima kasih pada kalian karena telah menolong Freya. Mungkin aku tidak dapat membalas kebaikan kalian. Akan tetapi, aku mohon untuk menerima ucapan terima kasih dariku," ucap Alex membuka pembicaraan antara mereka. "Itu merupakan sebuah kewajiban bagi kami untuk saling menolong. Pada saat itu, Freya sangat me
Freya menolehkan kepala pada Alex, pria itu mengangukkan kepala. Alex memahami kalau Freya ingin berbicara dengan Dimitri sebelum pergi dari kota yang telah menjadi tempat ternyaman bagi Freya. Ada sedikit perasaan cemburu yang menggelitik pada diri Alex. Akan tetapi, pria itu menepis perasaan tersebut. "Bisakah kita duduk dulu untuk berbicara sejenak?" tanya Freya pada Dimitri. Dimitri mengarahkan Freya untuk duduk di sebuah meja. Alex mengikuti langkah mereka berdua dan duduk di samping Freya. Tetap saja, pria itu ingin mendampingi Freya dan tidak ingin membiarkan keduanya hanya berbicara berdua saja.Di sudut restoran, sepasang manik biru melihat interaksi ketiga orang tersebut. Ingin menghampiri ketiganya hanya saja Emily tahu diri. Dia tidak dekat dengan Freya hingga harus dipamiti secara khusus. Berbeda dengan Dimitri yang selama ini selalu membantu Freya dalam keadaan apa pun."Jadi, kau memutuskan untuk pergi dan kembali pada suamimu?" tanya Dimitri menganggukkan kepala seba
Netra Freya memandangi Emily, baru beberapa hari mereka menjadi dekat. Walau kemarin, mereka sempat beradu mulut karena Dimitri. Freya menganggap tidak ada yang terjadi di antara mereka. Semua yang terjadi murni karena kesalahpahaman yang terjadi. Rasa cemburu Emily membuatnya hilang kendali hingga sempat mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk Freya. Freya tersenyum kemudian mendekati Emily. Dia memeluk perempuan yang telah menjadi temannya itu. "Sampai jumpa, Em. Aku akan merindukanmu. Walaupun kita tidak begitu dekat, aku yakin nanti kau juga akan merindukan kehadiranku. Atau mungkin juga senang karena aku telah kembali pada suamiku," ucap Freya. "Tentu aku akan merindukanmu. Terima kasih karena telah memberikan sebuah keyakinan hingga aku dapat mengutarakan perasaanku padanya," balas Emily.Ekspresi wajah Freya berubah menjadi penasaran. Dia cukup terkejut karena ucapan yang dikataka oleh Emily. Hal itu berarti, Emily telah mengungkapkan perasaannya pada Dimitri. "Well,
Alex masih terpaku pada nama yang ada di layar ponsel. Dia menoleh ketika Freya menanyakan perihal penggilan di ponselnya. Perlahan dia menjawab panggilan tersebut dengan menggeser kursor yang ada di ponsel."Siang, Kek. Ada apa menghubungiku?" tanya Alex.'Tidak perlu berbasa-basi. Aku sudah tahu kau menemukan keberadaan cucuku. Bawa dia ke kediamanku sekarang. Jangan berani, kau membawanya ke apartemenku!' jawab Liam dengan kesal.Terdiam mendengar setiap perkataan dari Liam. Alex telah memprediksi hal yang akan terjadi. Liam tidak akan membiarkan begitu saja Freya berada di tangannya. Pasti, Liam telah merencanakan sesuatu untuk memisahkan keduanya."Berjanjilah satu hal terlebih dahulu, Kek! Jangan pisahkan aku dari Freya! Kami telah sepakat untuk memulai rumah tangga kami dengan baik. Semua masalah telah kami bicarakan dengan kepala dingin," ucap Alex tidak ingin Freya lepas dari genggamannya begitu saja'Kau berani padaku! Seharusnya sudah sejak dahulu aku meminta Freya mencerai
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap