Freya menatap Alex dengan tajam, netra mereka berpandangan saling bertemu. Kabut gairah terpancar di bola mata Alex. Wanita hamil itu tidak dapat mengelak lagi, dia juga merindukan sentuhan dari sang suami."Sayang, boleh aku melakukannya? Aku sangat merindukanmu," ucap Alex kembali bertanya pada Freya.Menyerah dengan gairah yang juga menyelimuti dirinya. Freya menganggukkan kepala. Alex memberikan sentuhan hangat yang selama ini dirindukan oleh Freya. Pria itu melakukannya begitu lembut hingga membuat Freya mengeluh nikmat. "Ahh..." Desahan Freya terdengar ketika mereka berdua menyatu. Alex melakukan setiap gerakan dengan penuh kehati-hatian yang membuat Freya semakin tidak sabar. Dia ingin lebih...."Lebih cepat!" rengek Freya pada sang suami. "Sebut namaku, Sayang," ucap Alex menggoda sang istri. "Alex, please. Le... bih cepat. Ahhh...." desah Freya ketika Alex melakukan hal yang diinginkan oleh istrinya.
"Aku mengkhawatirkan keadaanmu, Freya! Apa yang terjadi pada dirimu?" tanya Dimitri sambil melirik Alex yang berada di sampingnya. Alex kemudian berdiri menghampiri Freya. Pria itu membimbing Freya untuk duduk bersama dengannya dan Dimitri. Melihat hal yang dilakukan oleh Alex, tangan Dimitri mengepal. Tampak sekali kalau Freya dan suaminya telah berbaikan. Apa pun permasalahan yang menimpa rumah tangga keduanya tampak sudah selesai. Dengan melihat sekali saja Dimitri memahami kalau tatapan Freya terus tertuju pada Alex. Tatapan memuja yang sangat diinginkan oleh Dimitri. "Duduk, Sayang! Kau tidak boleh terus berdiri!" seru Alex yang kemudian juga duduk di samping Freya. Wajah Freya merona diperlakukan dengan sangat manis oleh Alex. Dia meyakini kalau suaminya itu telah berubah demi rumah tangga mereka. "Jadi, kamu sakit apa?" tanya Dimitri."Aku hanya demam, kemarin telah diperiksa oleh dokter. Alex sudah merawatku dengan baik," jawab Freya dengan senyum di wajahnya.Kekecewaan
"Maksudmu? Berada di tanganmu?" tanya Alex yang menatap tajam Dimitri. "Jangan bermimpi terlalu jauh. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" ucap Alex. Freya yang mendengar ucapan kedua pria di hadapannya menjadi pusing. Dia tidak ingin ada pertengkaran di antara keduanya. Ketika Dimitri ingin membantah ucapan Alex, Freya segera memotong perkataan pria itu. "Sudah cukup, Dimitri. Aku rasa memang sebaiknya kau membiarkanku istiharat untuk hari ini. Maafkan aku karena tidak masuk bekerja," ucap Freya yang secara harus mengusir Dimitri. Merasakan aura permusuhan yang masih terdapat pada kedua orang tersebut, Freya memutuskan untuk mengatakan hal yang mungkin membuat Dimitri sakit hati. Dia tidak ingin memberikan harapan pada Dimitri. Dari awal, Freya sudah mengisyaratkan pada Dimitri kalau dia tidak mempunyai perasaan lebih pada pria itu. "Tapi, Freya. Aku..." Freya menghela napasnya. "Maaf, kau sudah tahu apa jawabanku pada pertanyaanmu. Jawabanku sama seperti sebelumnya, aku s
"Tidak semudah itu untuk berhenti, Sayang. Aku harus meminta izin terlebih dahulu. Lagi pula, aku sangat ingin membalas kebaikan Kate dan John. Kalau tidak ada mereka, entah apa yang akan terjadi padaku." Freya tidak ingin pergi begitu saja sebelum berpamitan pada kedua orang yang telah menolongnya. Malam itu, tanpa pikir panjang Freya mengikuti ke mana bus melaju. Dalam keadaan patah hati, tentu hal itu sangat bisa dimaklumi. Kalau memikirkan kejadian yang telah dilewatinya, Freya sangat bersyukur ditemukan oleh orang baik yang dengan senang hati merawatnya. "Aku tahu! Aku juga akan mengucapkan terima kasih pada keduanya. Hanya saja, aku tidak nyaman bila kau terus bekerja di restoran. Kemarin, Ghina telah mengatakan padaku kalau kau harus beristirahat dengan baik agar tidak mengganggu kondisi kehamilanmu," balas Alex dengan lembut. "Ya, mungkin ada baiknya, kita periksa kandunganku terlebih dahulu," ucap Freya mengalihkan pembicaraan."Selama ini, siapa yang mengantarkanmu memeri
"Jangan terlalu percaya diri, Tuan Kingston!" balas Freya dengan senyum menggoda. Alex menaikkan alisnya, dia tahu Freya hanya sedang bercanda. Hanya saja, dia menginginkan sang istri mengungkapkan perasaan yang dimiliki. Saat ini, tingkat kepercayaan di antara mereka berdua masih sangat lemah.Belum lagi, Alex mengetahui ada pemuda yang menunggu Freya. Tanpa tahu malu, Dimitri masih mengharapkan istrinya. Padahal, sudah jelas Alex berada di samping Freya.Alex mendekati Freya yang sedang merias dirinya di depan cermin. "Aku harus percaya diri, karena kau adalah milikku. Selamanya," ucap Alex tepat di telinga Freya.Bulu kuduk Freya meremang mendengar ucapan Alex. Dia melihat kilat kekecewaan di mata Alex ketika Freya tidak menanggapi dengan benar pertanyaan Alex tentang cinta. Well, bahkan dulu Alex selalu menghindar dari pertanyaan tersebut. Bukankah, Freya dapat membalasnya sekali saja. Namun, Freya memilih untuk mengecup pipi pria di sampingnya. "Ya, Sayang. Aku milikmu, bila ka
Freya memasuki ruang periksa bersama Alex. Pria di sampingnya tidak sabar untuk melihat kondisi sang bayi. Alex meremas tangan Freya dengan gugup. Ini adalah pertama kali dia mendampingi Freya untuk memeriksa kandungan. "Sore, Dok," sapa Freya pada sang dokter."Selamat Sore, Nyonya Kingston. Silakan berbaring untuk dilakukan pemeriksaan," ujar dokter wanita yang tampak sudah berusia paruh baya.Tadinya, Freya ingin memeriksa kandungan ke dokter pria yang cukup terkenal di kota tersebut. Akan tetapi, Alex langsung mengalihkan kunjungan itu, ke dokter wanita. Freya akhirnya menurut karena tidak ingin berdebat cukup panjang dengan Alex. Perawat membantu Freya untuk berbaring di brankar. Perut Freya dioleskan gel dingin untuk membantu proses USG. Sang dokter menempelkan sebuah alat untuk melihat kondisi janin di atas perut Freya. Sang dokter tersenyum. "Janin Anda sehat. Bisa Anda lihat di layar monitor, usia kandungan tujuh belas Minggu sudah mulai terbentuk organ tubuh." Freya mempe
"Keluarga besar kita, semua menyalahkanku atas kepergianmu. Aku tidak menyangkal hal tersebut. Memang akulah yang bodoh hingga kau memutuskan untuk pergi dari sisiku. Ketika pulang nanti, aku hanya takut kedua pria tua itu memisahkan kita!" gumam Alex sambil fokus menyetir.Freya menatap Alex dengan penuh perhatian. Kepergian yang dilakukan oleh Freya tentu menyisakan rasa kekecewaan seluruh keluarga atas tindakan Alex. Sebenarnya, di sini bukan hanya Alex yang salah. Dia juga memiliki peran yang dalam hal tersebut. Sikap Freya cenderung menghindari masalah. Hanya saja, dia memang sudah tidak tahan dengan sikap plin plan yang ditujukan oleh Alex. Memilih untuk terus bertahan di sisi suaminya, Freya saat itu belum sanggup. Menurutnya, Alex harus diberikan pelajaran agar memahami betapa berartinya Freya untuk Alex. "Maafkan aku, mungkin bila saat itu aku mendengarkan penjelasan darimu terlebih dahulu aku tidak akan melakukan tindakan impulsif dengan meninggalkanmu," ucap Freya."Tidak
Freya memperhatikan wajah Wendy yang memucat. Freya tidak akan memaklumi perkataan wanita di hadapannya yang selalu menghina dirinya. Sebutan simpanan terus tersemat karena rumor yang tersebar akibat rasa iri pada Freya. "Sayang, sebaiknya kita pergi dari sini, saja. Aku tidak nafsu makan," ucap Freya pada Alex. Pria yang duduk di sampingnya menganggukkan kepala. Wendy masih terpaku berdiri di depan meja Freya. Alex menatap tajam wanita tersebut."Kalau sekali lagi aku mendengar hinaan yang keluar dari mulutmu. Aku akan memastikan kau akan mendekam di penjara," ancam Alex. Kemudian, Alex dan Freya pergi dari hadapan Wendy yang ketakutan dengan ancaman Alex. Wanita itu tidak menyangka kalau perkataannya pada Freya dapat berbuntut panjang. Dia masih mengira kalau Alex merupakan kekasih gelap Freya. Akan tetapi, ada rasa takut yang menjalar dalam dirinya, ketika mendapat ancaman dari Alex."Sial! Aku sampai gemetar karena mendengar ancaman dari pria itu!" gumam Wendy yang menatap kepe
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap