PoV Syahdan
**"
"Syahdan … Syahdan …."
Suara Ummi terdengar, dia menaiki tangga dan seketika membuka pintu,
"Syahdan …."
Ummi mengguncang tubuhku yang lelah. Perlahan aku membuka mata dan melihat Ummi sudah ada di depanku.
"Ummi .…" Aku berkata dengan suara serak dan menggeliatkan tubuhku. Ummi berdecak kesal.
"Hari gini belum bangun! Ini udah siang, memang kamu ngapain semalaman?"
Ummi sudah berkacak pinggang berdiri di hadapanku, tak sabar Ummi kemudian memukulkan guling itu ke tubuhku, membuatku semakin terlonjak.
"Apa sih, Ummi?" kataku kesal karena pukulannya itu sudah berhasil membuatku bangun.
"Dimana Naya?" tanya Ummi setelah aku duduk di ranjang ku dengan mata yang masih sayu.
Aku mengedikkan bahuku merasa masih lelah dan aku kembali merebahkan diriku. "Hanya untuk itu Ummi datang kesini?" kataku sebal karena Ummi sudah mengganggu istirahatku.
"Apa yang sudah kamu lakukan tadi malam? mengapa kamu begitu lelah, Syahdan? apakah kamu gak sholat subuh?"
Aku menggeliat, rasa kantuk luar biasa ini masih menyerang ku. Kebiasaan nonton bola dan bermain video game serta membuka beberapa situs di internet sudah mendarah daging tampaknya dalam diriku, sulit sekali untuk berubah.
Aku sudah dibiasakan dari kecil dengan kemewahan orangtuaku. Karena harta yang dibilang cukup bahkan berlebihan untuk kebutuhanku jadi aku tak pernah merasakan hidup susah.
Abi itu sibuk sama halnya seperti Ummi. Dari kecil aku sudah terbiasa untuk mendiri. Ada rasa kecewa dalam dada, karena orang tuaku terkadang lupa waktu untukku dan kedua adikku.
"Ketiduran Ummi, lagian Ummi pagi-pagi sudah datang kesini. Ada apa?"
"Sudah dihapus Naya story di WA nya? Syahdan Ummi minta sama kamu supaya kamu berubah. Kamu harus pikirin Abi yang butuh kamu. Kami yang butuh kamu." kata Ummi dengan penekanan.
Ummi tiba-tiba menjadi mellow di sana membuat aku terhenyak dan menjadi sadar. Aku mendesah kecewa, selalu begitu. Ummi selalu mengalah untuk Abi. Aku tahu rahasia itu tak bisa selamanya ditutupi Ummi. Dia seakan pasrah dengan kelakuan Abi dimasa lalu dan berusaha menerima keadaan.
Entah mengapa aku ingin Naya seperti Ummi. Sabar dan sabar menghadapi suami namun istriku itu tampaknya mulai berubah menjadi pembangkang.
"Kayaknya udah Ummi. Aku akan berusaha selesaikan masalahku pelan-pelan."
"Kamu sama sekali gak pernah berubah, Syahdan. Kamu itu penerus dan harus jadi contoh yang baik. Desas-desus sudah mulai terdengar kalau Naya minta cerai. Pokoknya kalian harus tunjukkan kalau kalian keluarga bahagia!" ucap Ummi seperti memaksa.
"Mi, Syahdan udah berusaha tetapi tampaknya Naya yang sulit diatur."
"Itu semua karena kamu gak memberi contoh yang baik buat dia. Sebenarnya Ummi malu sama Mama Naya karena dia udah percaya sama kamu dan keluarga kita. Dia nitip Naya sama kamu namun kamu sia-siakan dia."
Ummi mendesah mencari perkataan tepat agar masuk dalam pikiranku serta membuat aku bisa berubah.
"Ummi selalu nyalahkan aku. Ummi sadar kalau kalian ada andil dalam mengubahku seperti ini."
"Apa maksud kamu?"
"Ummi dan Abi itu sibuk dan nyaris gak ada waktu buat aku."
"Syahdan. Ummi sibuk namun buat kebaikan. Buat masa depan kamu, jadi Ummi mohon jangan jadikan itu untuk alasan membalas perlakuan kami. Kami sibuk untuk kamu, sedangkan kamu masih sibuk dengan teman-teman kamu.
Ingat Nak, usia kamu sudah matang dan bukan anak kecil lagi. Tinggalkanlah hal-hal yang gak penting dan nongkrong dengan teman-teman kamu. Bahkan pacar kamu itu. Ummi mau kamu mutusin dia buat Naya. Kamu pernah bersalah dan Naya memaafkan. Ummi gak mau pencitraan kamu buruk didepan masyarakat."
Ummi berusaha menjatuhkanku. Aku tahu aku bersalah karena masih suka hidup bersenang-senang. Namun untuk putus dari Vika rasanya agak sulit. Karena aku bahagia didekatnya.
"Syahdan gak ada hubungan apa-apa, Mi, sama Vika," kataku sambil mengacak rambutku.
"Oh, jadi nama perempuan itu Vika. Pokoknya Ummi gak mau tahu kamu putusin hubungan kamu sama dia. Karena dia akan memperburuk citra kamu didepan masyarakat," ucap Ummi lagi.
"Syahdan kamu dengarkan apa kata Ummi. Kamu paham kan?" ucap Ummi. Aku mengangguk mengiyakan apa yang Ummi mau.
"Di mana Naya?" tanya Ummi mengedar melihat kondisi kamarku.
"Enggak tahu, mungkin sibuk di butik sama di toko sepatunya," kataku mengedikkan bahuku.
"Lihat istrimu saja sangat getol mencari nafkah untuk dirinya. Sementara kamu malah enak-enakan seperti ini. Umi takut Syahdan martabat kamu jatuh karena kecerobohan kamu. Ummi juga akan melakukan rapat terbatas agar secepatnya kamu yang pegang jabatan karena kondisi Abi yang semakin memburuk."
"Tetapi Ummi aku sepertinya belum siap."
"Kamu harus siap karena kondisi Abi sudah semakin buruk. Untuk itu Ummi minta kamu bersiap dan selesaikan masalah kamu agar kamu siap jadi pemimpin!" kata Ummi dengan tegas.
Aku harus siap walaupun sebenarnya tak siap karena memangku pengurus Yayasan itu berat dan akan banyak hal yang harus aku korbankan. Ummi sangat bertekad aku menggantikan Abi, karena aku anak pertama Abi di mana SyahNur adik lelakiku masih kuliah dan Ana adik perempuanku masih SMA. Mau tidak mau dan suka tak suka aku harus siap.
**
"Beib, kenapa kamu panggil aku datang kesini?" tanya Vika saat aku dan dia sudah duduk dalam satu meja disebuah kafe.
Vika sudah memegang tanganku disana dan tanpa malu-malu lagi.
"Ada yang mau aku bilang sama kamu," ucapku sambil menghela napasku. Wajah Vika seketika serius karena melihat wajahku yang serius juga.
"Apa, sih? Kayaknya kamu serius banget." Vika menggenggam tanganku dan aku secara kasar melepasnya. Dia menjadi semakin heran saja.
"Ada apa, Mas? kenapa kamu seperti tak suka aku menyentuhmu? Harus berapa lama aku tunggu kamu menikahi ku? Kamu janji akan menikahi ku!"
"Aku tidak pernah janji, Vik, aku berkata asal hanya untuk menyenangkan dirimu dan kamu tidak cerewet lagi."
"Apa maksud kamu? Kamu menganggap apa hubungan kita?!" katanya merasa tak suka.
Aku mendesah karena sudah melakukan PHP padanya. Aku tak ada niat apapun pada Vika hanya murni bersenang senang saja untuk menyalurkan hobi yang sama karena dia juga suka menonton bola dan bermain game. Kami suka nyambung karena memiliki hobi yang sama.
"Kamu tahu kalau aku sudah menikah, 'kan?"
"Dan kamu bilang kamu terpaksa menikah dan tidak sama sekali cinta sama istri kamu, sekarang sudah ada aku yang menggantikan. Apalagi?" Vika menyambung ucapanku padahal aku belum selesai berbicara.
"Iya, benar ucapan kamu. Tetapi masalahnya tak seperti yang kamu sangka. Aku adalah pemimpin dan semua orang tahu kalau aku harus punya citra yang bagus dimasyarakat. Aku harus jadi contoh yang baik. Aku ingin mengakhiri hubungan kita, Vik," ucapku pada Vika.
Dia nampak gusar serta rautnya tak terima keputusan yang aku sampaikan. "Apa maksud kamu, jangan seenaknya seperti ini Syahdan!"
"Aku minta maaf sama kamu karena aku gak bisa terus bersenang-senang karena aku punya tanggung jawab."
"Terus bagaimana dengan aku. Mas, kamu gak pikirin perasaan aku. Seenaknya kamu menghancurkan hati aku," kata Vika, dia menghapus bulir bening di wajahnya dengan tissue.
"Kamu pasti bisa dapat yang lebih baik, 'kan?"
"Enggak mau, aku mau sama kamu." Vika masih berusaha.
"Vik, Ummi ingin aku kembali sama Naya. Jadi kita sudahi sampai disini."
"Ini gak adil, Mas. Setelah semua yang kamu perbuat sama aku!"
Aku berdecak kesal sangat sulit memutuskan hubungan dengannya. Apa semua perempuan seperti ini. Padahal aku belum melakukan apa-apa pada Vika. Hanya sentuhan biasa dan tidak pada tahap berhubungan badan karena aku takut masalahku semakin runyam kalau aku melakukan itu.
Bila sudah tak kuat saat bersama Vika. Aku akan segera cuci muka dan mencari Naya. Aku datangi ke butiknya dan langsung ku tumpahkan hasrat ku padanya.
Naya tak pernah curiga aku bermain api. Namun entah tahu darimana dia kalau aku sudah punya pacar. Hanya pacar tidak lebih dari itu karena ketakutan ku terlalu besar untuk berzina lagi. Aku takut Abi dan Ummi murka, seperti dahulu saat aku ketahuan berzina dan mereka memarahiku habis-habisan saat Naya kabur.
Mereka memohon demi anak agar aku dimaafkan. Setelah drama panjang akhirnya Naya memaafkan aku. Namun kebiasaan tampaknya sulit merubahku, aku jatuh lagi dalam kubangan namun aku bersyukur tak sempat berbuat lebih jauh hanya sentuhan kecil tidak lebih malah Vika yang meminta lebih namun tak pernah ku giring ke ranjang.
"Vik, aku tetap pada keputusanku. Dan kita sudahi saja ya!"
Aku berusaha bangkit dari dudukku. Ada rasa tak rela karena aku merasa cocok dengan Vika namun aku harus kuat demi sebuah martabat. Aku melangkah hendak pergi.
"Gak akan aku biarkan kamu lepas dariku seperti ini, Mas!"
Vika menghentikan langkahku sesaat, aku menoleh kebelakang namun aku kembali berjalan ke depan meninggalkannya.
Bersambung.
PoV Syahdan**[Mas sedang dimana? Abi drop]Netra ku membola membaca pesan dari Syahnur adikku. Dahiku mengernyit. Kapan Syahnur datang? Dengan cepat aku segera membalasnya.[Iya, Mas segera kesana]Aku segera bergerak kesana. Kesalahanku memang, selepas memantau yayasan aku keasyikan main game dan gawaiku sengaja ku non aktifkan.Kepalaku sakit mendengar getar gawai yang tak habis-habisnya, pesan yang datang banyak sekali dari Vika. Wanita itu tak terima aku memutuskan hubungan dengannya secara sepihak. Berbagai pesan silih berganti dia kirimkan agar aku merubah pendirian ku.Vika selama ini sangat penurut dan memahami aku. Jalan bareng dengannya membuat aku bahagia. Namun apa daya, aku lebih takut pada ancaman Ummi dan kondisi Abi sehingga lebih baik aku menjauh darinya.
Story Wa Istriku bag 6**PoV Syahdan."Abi." Suara puteraku membuatku terkejut. Dia menatapku lama dengan penuh kerinduan. Ah, sudah lama rasanya aku dan Naya tidak jalan berdua.Kami jalan berdua hanya sebagai sebuah citra semata. Terakhir dua bulan yang lalu aku dan Naya berjalan bersama putera kami saat opening Resto jepang milik Mama mertuaku. Selebihnya tidak pernah."Ahmad," kataku memeluk puteraku itu, dia sedikit ragu namun aku berusaha mendekatinya."Sini, Nak," ucapku padanya dengan ragu dia mendekat dan aku segera menggendongnya.Naya dan Lala juga terkaget dengan kedatanganku. Terutama Lala yang sempat memberi saran yang tidak baik membuat wajahnya terasa tak enak."Eh, udah lama disana Mas Syahdan," katanya kikuk padaku.Aku hanya memasang wajah datar sementara Naya melihatku dengan tatapan benci padahal aku suaminya. Seharusnya aku yang benci padanya karena story nya yang mengesalkan itu ba
Story Wa Istriku bag 7**"Syahdan ada apa denganmu? Mengapa wajahmu berubah seperti itu, ada masalah kah?" tanya Ummi yang melihat secara langsung perubahan di wajahku.Bagaimana Ummi bisa tahu? aku harus pandai menutupi ini agar mereka tidak curiga terutama Naya. Dia pernah melihat aku ditelepon Vika dan kali ini aku harus pandai berkilah kalau semua baik-baik saja."Tidak ada apa-apa, Ummi. Syahdan baru ingat kalau baru saja membeli buku baru tentang definisi keluarga bahagia. Syahdan ambil dulu sebentar, karena bisa dibaca-baca sekilas buat nambah pengetahuan buat nanti jadi pemateri." jawabku, ku usahakan agar aku tidak gugup."Ya udah, kamu ajak sekalian Naya," ucap Ummi. Namun Naya hanya membuang muka dan memasang wajah masam."Sebentar aja kok Nay. Aku akan kesini lagi," ucapku pada Ummi, aku bergegas pergi.Aku tak boleh kecolongan, bagaimana kalau Vika tiba-tiba hadir disini pasti masalah bisa tambah runyam.
Story Wa Istriku bag 8**PoV NayaAku sudah merasa curiga dengan gerak-gerik Mas Syahdan. Seketika wajahnya berubah pias, pasti dia menyembunyikan sesuatu dariku. Dia dengan pandai berkilah dan pergi begitu saja dengan alasan mengambil buku.Aku ingin mengejarnya dan mengumpulkan bukti baru untuk menjatuhkannya, mungkin saja dia dan wanita itu janjian melakukan hubungan terlarang. Mas Syahdan pernah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya di masa lalu. Jika kedapatan melakukan kesalahan lagi dengan berzina maka aku boleh meninggalkannya. Membawa Ahmad bersamaku dan pergi dari hidupnya.Mas Syahdan pernah menangis sambil berkata kalau dahulu dia dijebak temannya dengan mencampur minuman keras ke gelasnya, mereka kemudian bersenang-senang dan di sanalah hubungan terlarang itu terjadi.Dari sumber yang terpercaya aku mendengar kejadian itu, mereka minta uang agar berbagai photo nya tidak disebar. Abi dan Ummi murka saat itu dan
Story Wa Istriku bag 9**POV Naya."Kanapa wajahmu tegang begitu, Mbak?" tanya Syahnur adik iparku. Ku lirik dirinya yang sedang fokus berkendara."Antarkan aku ke sebuah kafe!" lirihku padanya. Dahi Syahnur berkerut."Kata Ummi kamu harus jadi pemateri di seminar, 'kan?""Kenapa nggak kamu saja!" ucapku tersenyum getir padanya. Beberapa kali ku hela napasku untuk menetralkan perasaan yang bergemuruh."Aku, ada saja kamu. Hey, aku bahkan belum menikah dan tema nya menjadi keluarga sakinah dalam meraih ridho Ilahi."Dia Justru menertawakan aku. Dahinya kembali mengernyit dan dia menghilangkan tawa dari wajahnya, diliriknya aku yang dari tadi hanya diam tak menanggapi ucapannya."Mbak Naya, aku lihat story mu di aplikasi itu. Aku kuliah jurusan agama di Mesir. Aku tahu bagaimana seorang wanita tidak boleh membuka aib suami."Kali ini ku tatap wajah adik iparku yang berusia sekitar
Story Wa Istriku bag 10.**POV NayaNetraku membulat sempurna ketika melihat Ummi ada disini. Dari mana dia tahu kalau kami di sini. Ummi maju dan menatap sengit Vika di sana. Wajah wanita itu ditekuk melihat kedatangan Ummi."Ummi, kok ada disini?" tanya Syahnur menggaruk kepalanya merasa bingung apalagi dilihatnya wajah Ummi yang mendengkus ke arah Vika."Ummi harus turun tangan agar menyelamatkan rumah tangga Mas mu. Demi kita semua, agar tidak terjadi kerumitan. Ummi tahu dari Asih kalau kalian tidak pergi seminar melainkan di sini mencoba ber-nego dengan perebut Syahdan!" seru Ummi dengan sengit, Vika mencoba tenang menghadapi situasi ini. Sejurus kemudian tatapannya menjadi sendu."Ummi, apa salah saya. Mengapa Ummi tidak merestui saya bersama Mas Syahdan. Toh, saya dahulu mengenalnya dibanding wanita ini." katanya menunjukku. "Padahal saya mencintai anak Ummi." Ummi tersenyum getir ke arah Vika."Bukankah sudah k
Story Wa Istriku bag 11.**PoV Syahdan"Mari buat saja perjanjian nikah kita!" ucap Naya, aku mengerutkan dahiku merasa bingung dengan ucapannya."Maksudmu?" tanyaku seperti orang bodoh."Aku gak tahu bagaimana perasaanmu padaku. Apakah selama menikah kamu punya rasa padaku. Aku hanya menerka dan nyatanya aku jengah padamu. Aku gak tahan menghadapi sikapmu itu, berkumpul bersama temanmu sudah jadi kebiasaan mu. Tanpa rasa bersalah kamu mengaku mencintai wanita lain yang kelakuannya kurang pantas."Naya menjeda dan terus mencari celah untuk kesalahanku."Apakah aku hanya pemuas nafsu, entahlah. Nyatanya kamu mendatangiku saat kamu membutuhkan sebagai tempat menyalurkan hasrat mu. Namun aku tahu ada perempuan lain di hatimu dan ada kemarahan besar saat kamu melakukan itu." ucapnya lagi.Aku tersentak kaget mendengarnya. Dia tahu perbuatan ku mengga*linya saat aku tak tahan digoda Vika."Nay, ak
Story Wa Istriku bag 12.**POV Syahdan"Vika," cicit ku kecil bahkan suaraku terdengar seperti bisikan.Ku lirik istriku yang memasang wajah jengah nya namun kemudian senyumnya mengembang. Dia dengan cepat menggamit lenganku, wajah Vika memerah karena amarah yang disimpannya.Naya mengajakku berlalu dari Vika. Aku mengikuti istriku sambil terus mendorong troli belanjaan sampai kebawah. Aku sedikit menolehkan kepalaku kebelakang sambil mendesah aku berlalu mengikuti istriku."Mas!" panggilnya, dia berjalan cepat kearah kami. Karena tidak digubris dia menarik tanganku sehingga aku sedikit terhuyung."Vika, apasih!" sentakku padanya.Naya diam di sana melihat gurat marah di wajah Vika."Kamu pura-pura gak kenal sama aku?" katanya ketus padaku. Aku diam tak menaggapi. Saat nya tidak tepat, mengapa dia harus ada ditempat ini."Maaf aku mau pulang dulu." balasku padanya,"Ikut a
Story Wa Istriku bag 50.**PoV Syahdan."Nay, kita diundang di acara pernikahan boy dan Vika. Kita datang ya?" Ucapku pada Naya, dia hanya tersenyum samar."Aku malas, Mas.""Kenapa? Aku tak bisa datang sendiri dan aku mau datang bersama kamu," ucapku dengan lembut ke istriku seperti sebuah permohonan."Nanti dia melihatku tak senang. Dia itu masih menginginkanmu!""Tidak mungkin. Lihatlah bocah suaminya itu. Sangat mencintai Vika dan orang tuanya juga memaksa menikahkan mereka.""Kenapa kita harus datang kesana!" ucapnya ketus. Aku hanya tersenyum melihat wajah cemberutnya."Kita kan diundang, Nay. Jadi sebaiknya lita datang. Kita tunjukkan juga sama Vika kalau kita itu pasangan yang harmonis,""Ya sudah baiklah. Aku ikut!" ujarnya mengalah."Terima kasih, sayang." ucapku. Naya mengulas senyum. Lama kami saling menatap. Tiba-tiba aura saling menginginkan berubah. Ku dekatkan wajahku ke Naya dan dia sepertinya
Story Wa Istriku bag 49.**"Ana diterima, Mi." kudengar suara Ana yang bahagia. Bahagia kenapa?"Ustaz Fikri menerima Ana!" Lanjutnya."Assalamualaikum," aku bersuara. Suamiku melirikku dengan senyuman."Abi, Nenek ...." Ahmad berlari ke arah Mas Syahdan yang berbaring sementara kedua asisten dan Baby sitter menunggu di luar."Sini, sayang!" kata Mas Syahdan menyuruhku duduk dekat dengannya. Aku duduk di dekatnya."Maaf ikutan nimbrung. Siapa yang menerima Ana," kataku penasaran."Ustaz Fikri, Kak Naya. Alhamdulillah dia bersedia menjadi suami Ana," lanjut adik iparku dengan wajah sumringah berseri. Aku tersenyum sembari memberi ucapan selamat."Alhamdulillah, Ana. Selamat semoga acara lancar dan disegerakan pernikahannya," ucapku, walau aku tahu Ana baru saja lulus, mungkin tak ada niat melanjutkan pendidikannya."Terima kasih, Kak Naya.""Hmm .... Ana sudah mantap, K
Story Wa Istriku bag 48.**POV Author.Naya keluar dari ruang privat Syahdan. Membiarkan sang suami beristirahat agar kondisi nya lekas pulih. Rasa bahagia terasa nyata, apalagi Naya memegang pipinya yang memerah akibat ucapan cinta barusan yang dikatakannya. Memalukan, padahal sudah suami istri namun bila mengucapkan kata itu rasanya agak aneh juga."Naya!" suara itu membuat Naya berpaling melihat siapa yang memanggilnya."Mama, Ummi dan Ana!" seru Naya melihat kedatangan orang tuanya. Mama langsung menghambur memeluk Naya, bergantian Ummi dan Ana."Maafkan kami karena sudah membuat Mama, Ummi dan Ana jadi repot menyusul kesini," ucap Naya, pasti mereka lelah belum lagi akan mengalami jetleg."Tak apa, Nay. Bagaimana kabar Syahdan. Ummi mau berjumpa!" seru Ummi."Mas Syahdan sedang istirahat supaya kondisinya cepat pulih. Operasi di perut berjalan lancar. Kita sama-sama berdoa semoga Mas Syahdan lekas pulih, Mi." ucap Naya pada
Story Wa Istriku bag 47.**PoV Naya."Papa!" seruku saat melihat Papa berjalan dengan langkah cepat menghampiriku."Bagaimana Syahdan, Nay?" tanya Papa dengan raut wajah cemas. Aku memeluknya dengan netra yang basah."Sedang di tangani dokter, Pa!" Papa mengelus lenganku memberikan aku kekuatan dengan sentuhannya."Sabar, dear. Kamu banyakin doanya. Semoga Syahdan lekas sembuh,""Dimana Ahmad, Pa?" tanyaku ke Papa sambil mengurai pelukan kami,"Dia di rumah dan aman walau tadi mengamuk minta ikut. Tetapi sebaiknya dia di rumah saja dulu bersama asisten dan perawatnya," ucap Papa."Terima kasih, Pa." Papa mengangguk kan kepalanya, aku mendesah sambil mengelap kasar mataku. Dari tadi yang kulakukan hanya menangis.Cukup lama kami menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar. Secara cepat kami mendatangi dokter itu."Wie ist der Zustand meines Kindes, Doktor?"(Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?) Papa berbica
Story Wa Istriku bag 46.**PoV Naya.Mama menghubungi melalui panggilan video, aku tersenyum sekaligus memandang Papa."Mau kah Papa berbicara pada Mama?" tanyaku padanya,"Papa malu, karena meninggalkan mamamu, dia pasti marah sama Papa," lirih Papa menarik napas panjang."Mama gak marah lagi karena Mama merasa ini sudah takdir, Mama menunggu, Pa!" ujarku dengan lembut. Dia akhirnya mengangguk. Ku tekan tombol terhubung."Assalamualaikum," ucap Mama di seberang panggilan."Waalaikum salam,""Naya, sudah ketemu sama Papa, nak?""Alhamdulillah, Ma. Sudah,""Bagaimana kabar Papa, nak?""Mama bicara sendiri ya," kataku, kulihat wajah mamaku pias. Aku tahu, dia sampai detik ini masih mencintai Papa, walau dia bilang tidak cinta lagi namun, Mama gak bisa membohongi aku. Alasan Mama tak mau menikah lagi juga cukup klise, Mama takut dikhianati dan sakit hati lagi sehingga Mama memilih sendiri sampai detik in
Story Wa Istriku bag 45.**PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan
Story Wa Istriku bag 44.**PoV Syahdan."Vika, sayang," Boy datang dengan bunga ditangannya. Dia kemudian memberikannya pada Vika namun wanita itu malah membuang muka."Vika, ini buat mu sebagai ucapan permintaan maaf ku," seru Boy duduk didekat Vika."Kamu yang ngatur ini, Syahdan!" Vika melirikku tak terima. Aku diam sebentar karena air wajah Vika berubah tak senang."Boy, kepikiran kamu terus, Vik. Pagi, siang, sore dan malam. Yang ada di hati nya cuma kamu," ucapku membela kekasihnya agar Vika mau memaafkan Boy dan bersama dengannya lagi."Udah aku bilang sama kamu, Boy. Kalau aku gak bisa menerima kamu. Kamu masih bocah dan pemuas tante-tante. Aku malu punya pasangan kayak kamu apalagi dijadikan suami. Lebih baik anak ini pergi saja selamanya," ucap Vika ketus, Boy mencebik pada Vika namun dia menghembuskan napas panjang berusaha agar Vika tak emosi."Vika, menggugurkan kandungan adalah perbuatan dosa dan melanggar hukum.
Story Wa Istriku bag 43.Khusus Dewasa Anak Kecil Mohon Jangan Baca**"Abi, Ahmad rindu sekali sama Abi," Ucap Ahmad memeluk Syahdan. Syahdan melirik Naya dengan kecewa padahal dia mau menuntaskan hasrat yang dipendamnya buat sang istri. Cinta memang membuat orang gila, dan rasa inilah yang sekarang dirasakan Syahdan. Dia merindukan Naya, istrinya.Syahdan mengambil anaknya buat di dudukkannya di pangkuannya. Dia kemudian mencium pipi anaknya."Ahmad gak nakal kan di rumah Nenek?" tanya Syahdan, Ahmad menggelengkan kepalanya."Enggak dong. Nenek baik sekali,""Kita pulang lagi yuk ke rumah. Abi sendirian gak ada kamu dan Ummi. Abi kangen sama Ahmad terutama kangeeenn sekali dengan Ummi," ucap Syahdan mengalihkan netra memandang genit sang istri. Naya mencibir sambil membuang muka kemudian dia tersenyum kecil tak tahan digoda Syahdan."Iya, inikan sudah malam. Besok saja kita pulang. Mau kan, Ummi.
Story Wa Istriku bag 42.**PoV Author"Nay, nanti malam tunggu aku ya. Aku percaya pada istriku." Syahdan berbisik lagi pada Naya sejurus kemudian dia mengedipkan matanya. Naya menelan salivanya, dia pasti sengaja bertingkah genit seperti itu.Naya menghembuskan napas dan berpura-pura tak ambil pusing dengan sikap Syahdan."Mari Ustadz Fikri," kata Naya mengulas senyum. Fikri juga memberi senyum dan mempersilahkan Naya masuk keruang guru untuk berdiskusi. Syahdan mendesah kecewa namun dia berusaha sabar saja dan berpikiran positif kalau istrinya ke sini buat membicarakan prestasi anak mereka dan ada orang tua murid yang lainnya.Syahdan mendapat telepon setelah Naya masuk ruang guru dan dia harus menjadi pemateri disebuah pertemuan. Dia hanya perlu datang karena jadwal nya sudah ditentukan."Bagaimana perkembangan anak saya Ustadz?" tanya Naya saat dia mendapat giliran berbicara dengan Ustadz Fikri. Ahmad juga di panggil agar mengetahu