Share

Bab 71 Perasaan Dipo

Penulis: Arumi Nazra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kepalaku sudah cukup pusing memikirkan perubahan sikapnya yang begitu asing pagi tadi. Aku tak ingin melihatnya bertambah asing padaku jika mengetahui aku tak mengindahkan ucapannya.

"Hati-hati, ya, Ra. Kalau ke sini jangan lupa bawa Tabitha, aku kangen banget sama dia. Kepingin nyubit pipi gembulnya," ucap Masli saat aku sudah berdiri di ambang pintu. Aku menoleh dan mengangguk untuk memberi respon atas permintaannya.

Aku bimbang, pikiranku kembali melayang pada Ibu yang mungkin sedang bersedih hati melihat suaminya kembali terbaring di ranjang rumah sakit. Terkadang aku menyayangkan keputusannya dulu, menikahi lelaki tua yang rupanya penyakitan. Ditambah lagi anak perempuannya yang rupanya adalah Renita si pembawa masalah.

Seharusnya, Ibu tinggal menikmati masa tuanya saja. Bukan lagi mengurus orang yang disebut sebagai cinta masa lalu dengan segala masalah kesehatan dan anak perempuannya. Ya, Renita pun masih belum kembali hingga sore ini. Entahlah ia sudah tahu atau belum jika aya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 72 Tiba-tiba Kembali

    "Belum tidur juga?" ujar Mas Adnan saat ia kembali memeriksa wajahku yang sengaja kusembunyikan di balik selimut.Sudah satu jam sejak aku meletakkan bobot di tempat tidur namun mata ini terus menolak untuk terpejam. Seakan ada kekuatan magnet yang terus menarikku dari alam mimpi. Sehingga pikiran ini ingin terus berkelana sampai sejauh mungkin."Gak bisa, Mas!" Aku menghela napas berat, lalu memposisikan diri untuk tegak sembari bersandar di kepala ranjang."Apa lagi yang kamu pikirkan?" keluh suamiku dengan wajah yang mulai bosan. Ia pasti menganggap kalau aku wanita yang keras kepala karena masih tak yakin dengan ucapannya tadi sore."Aku kepikiran Renita, Mas!" Mas Adnan mendengkus kesal setelah telinganya mendengar nama wanita itu. Ia berdecak sembari mengacak-acak rambutnya yang tak gatal."Dia lagi dia lagi. Zahira ... kapan sih kamu berhenti memikirkan tentang orang-orang yang hanya membuat susah hidupmu?" keluh Mas Adnan jengah, ia merapatkan kedua telapak tangannya ke wajahk

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 73 Berpulang

    "Bu, jangan, Bu!" Aku berusaha melerai perbuatan Ibu kepada anak sambungnya itu. Namun ia sama sekali tak menggubris ucapanku.Ibu terus mengguncang bahu Renita lalu keduanya sama-sama menangis. Tak nampak kemarahan untukku akan tetapi kebencian jelas tertuju pada Renita."Pergi kau anak durhaka!" bentak Ibu dalam tangis pilu dan uraian air mata."Maafkan aku, Bu. Aku ingin melihat Ayah, aku ke sini untuk menjenguknya!" Renita mengiba. Ia pun tak mengerti kenapa Ibu malah menyambut kehadirannya dengan emosi yang meluap-luap."Untuk apalagi kau ke sini. Percuma Renita, percuma." Ibu terus meracau marah tanpa kami tahu apa alasannya.Suamiku mencoba menenangkan Ibu, ia menarik Ibu dalam dekapan lalu merengkuh tubuhnya kuat seraya mengelus-elus bahunya. "Ibu kenapa? Jangan seperti ini, Bu?" Mas Adnan menasihati, sebab beberapa pasang mata telah menatap Ibu dengan pandangan menghakimi. Tentu mereka murka melihat wanita hamil diperlakukan sedemikian rupa.Ibu tampak nyaman dalam dekapan s

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 74 Tak Lagi Berduka

    Renita baru saja tiba saat aku baru selesai mengantarkan roti untuk ibu. Ibu sedang istirahat di kamarnya dan memintaku untuk membangunkannya jika waktu Maghrib tiba. Wanita tua itu sepertinya sangat kelelahan.Renita menatap sekilas pada kami dan berlalu menuju kamarnya, tak lama ia kembali setelah mandi dan mengganti pakaiannya.Aku sedang bersandar di sofa sambil menyusui Tabitha ketikawl wanita itu mencoba memasang wajah ramah pada deretan orang yang berada di ruang keluarga. Akan tetapi, semua tetap dengan aktivitas masing-masing tanpa menghiraukan kehadiran wanita itu.Marwah, Lula dan Nazwa sedang sibuk dengan ponsel masing-masing. Dipo sedang berbaring asal di sofa dengan wajah yang ditutupi bantal. Beberapa kerabat Ibu yang masih tinggal di sini pun tampak asyik dengan obrolan mereka."Renita, kamu sudah makan?" tanya Mamak ketika matanya memindai pada wanita yang bersandar lesu di pojok ruangan. Wanita berambut pirang itu tampak kuyu dan rapuh. Butir-butir kristal kembali me

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 75 Pergi bukan diusir

    Semua mata menatapku tak sabar. Dan begitu pun hati mereka. Raut penasaran terpancar jelas dari wajah-wajah yang hampir serupa. Sepertinya, keputusan terakhir memang berada di tanganku. "Katakan Zahira, semua menunggu jawabanmu," urai Ibu tak sabar.Aku menarik napas dalam, membisikkan energi positif ke dalam diri dan menggunakan sedikit waktu untuk menimbang keputusan. "Apa kalian selama ini sudah menjalin hubungan?" tanyaku lagi. Dipo sedikit memundurkan posisinya ke belakang. Kini ia bersandar pada tiang gazebo di belakangnya."Maaf, Mbak. Mungkin aku sudah terlalu lancang, tapi aku sudah mengatakan ini sebelumnya pada Marwah dan dia belum memberi jawaban. Marwah ingin aku mengutarakan niatku terlebih dahulu pada Mbak Zahira, setelah itu dia akan memberi keputusan."Mataku memindai pada Dipo yang mengenakan kaos oblong berwarna hitam, setelah kuingat, Dipo memang terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Dari segi penampilan mau pun sikap, ia telah ber-metamorfosis menjadi sosok

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 76 Mencemaskan Renita

    "Ya Allah ... Renita!" teriak wanita yang kupanggil dengan sebutan mamak. Ia berteriak karena wanita itu mengaduh dengan darah yang mengalir di kedua paha. Renita meringis kesakitan, sebelah tangannya memegangi perutnya yang mungkin sakit akibat bertubrukan dengan pilar penyangga rumah mewah ini. Mirisnya, hal itu membuatnya harus kembali merasakan kejadian yang sama seperti beberapa waktu silam. Lagi lagi, mas Adnan lah penyebabnya. Ibu tampak panik dan ngeri, begitu pun diriku. Aku khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk pada kandungan Renita. Aku memang membenci wanita itu, tapi tidak pada janin di kandungannya. Naluri keibuanku selalu muncul ketika melihat perut buncit Renita yang dihuni oleh seorang bayi kecil berjenis kelamin laki-laki tersebut.Lamat-lamat Renita memandang ke sekitar, ia memperhatikan teriakan dan raut panik yang menghiasi setiap wajah yang berdiri tegap di hadapannya."Adnan, kenapa kau dorong dia sekasar itu, kamu 'kan tahu dia sedang hamil, Dnan. Tega sek

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 77 Pasca Operasi

    Saat jarum jam mengarah pada pukul tiga sore, saat itulah seorang dokter dan dua perawat berjalan beriringan menuju ke arah kami. Kami semua sontak berdiri dan mendekat tanpa menunggunya terlalu lama."Bagaiman kondisi Renita, Dok? Apakah keduanya selamat?" Ibu bersuara. Ia berdiri di hadapan sang dokter seraya menatap tak sabar pada lelaki yang masih mengenakan seragam berwarna hijau tersebut."Alhamdulillah, ibu dan bayi laki-lakinya selamat. Hanya saja, bayinya harus kita rawat secara intens karena kondisinya masih sangat lemah. Ada cairan yang masuk ke paru-parunya sehingga ia kesulitan untuk bernafas. Tapi kami akan berusaha mengeluarkan cairan tersebut secepatnya!" ujar dokter tenang. "Lalu, bagaimana kondisi ibunya?" tanyaku penasaran."Bu Renita baik-baik saja, dia akan kami pindahkan ke ruang perawatan sebentar lagi," jawab dokter diiringi anggukan oleh dua perawat di sebelahnya. Ketika mengandung Tabitha, aku sering datang ke rumah sakit ini untuk kontrol dan konsultasi te

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 78 Tak Ada Lagi Hubungan

    "Jangan b*doh, Renita. Bayimu itu manusia, jangan sekali-kali kau lakukan dua tindakan bodoh itu. Jika kau sempat melakukannya, aku tidak akan tinggal diam!" hardikku marah. Bagaimana seorang ibu bisa berpikiran seburuk itu pada anaknya, meskipun tanpa ayah, anak itu berhak hidup seperti bayi lainnya."Kenapa kau yang jadi repot, Zahira? Apa karena kau tidak punya anak laki-laki?" cibirnya padaku. Dalam kondisi seperti sekarang ini, ia masih sempat mengulik tentang kekuranganku.Wanita itu mencebik, ia merasa lebih unggul karena telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sampai detik ini, tidak diketahui siapa ayah biologisnya."Dia mulai kurang ajar, Bu. Ayo katakan padanya tentang keputusan Ibu, agar wanita ini bisa berbicara sedikit sopan," sergah Lula geram. Renita seperti tak sadar dengan apa yang ia terima saat ini, ruangan VIP dan pelayanan baik yang ia terima di rumah sakit ini karena uang kami. "Sudah kubilang, pergilah kalian dari sini. Aku tidak sudi melihat kehadiran k

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 79 Mamak Sudah Tahu

    "Mak, Mamak kenapa?" ucapku ketika melihatnya duduk sembari menerawang jauh ke luar jendela. Wajahnya sembab seperti habis menangis."Mak!" Kusentuh bahunya, namun ia hanya diam, bungkam dengan buliran bening yang mulai jatuh membasahi pipi.Mamak sedang berada di kamar Tabitha yang kini dihuni Marwah, sendirian. Aku baru saja masuk ke sini untuk meletakkan Tabitha dalam ranjang box-nya, karena putriku tertidur pulas sepanjang pulang dari supermarket tadi. Niatku hendak kembali turun barang meminum seteguk air lalu pergi mandi, karena Bu Yati bersama kedua adikku sedang merapikan bahan belanjaan. Akan tetapi, aku langsung menghampiri mamak yang sedang duduk menghadap ke jendela, ketika menyadari ada sesuatu yang lain sedang terjadi padanya."Mamak kenapa menangis? Apa aku punya salah, maafkan kalau sikapku telah menyinggung mamak. Aku minta maaf, Mak!" ucapku lemah. Barangkali mamak memang benar-benar marah atas sikapku dan juga keluarga suamiku. Jika begitu, aku akan menjelaskan semu

Bab terbaru

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 98 Tamat

    "Cih ... tidak ada hakmu satu rupiah pun. Dan ingat, aku bukan lagi ibumu!" Nyonya Friska berjengit, ia jijik kembali berhadapan dengan anak sambung yang tak tahu diri itu.Renita berdecak, di pandangnya sekilas foto-foto yang terpampang di dinding rumah itu. Terdapat potret baru pernikahan Marwah dan Dipo, juga Friska bersama almarhum ayahnya dulu.Senyum ayahnya tampak nyata dari sana, namun mewariskan belati tajam di sanubarinya. Bagaimana bisa Friska tidak lagi mengakui tentang dirinya, namun masih setia memasang potret ayahnya."Wanita tua brengsek! Dulu, kau sendiri yang memintaku agar memanggilmu ibu. Sekarang kau membuang ku karena ayahku telah tiada. Wanita macam apa kau itu? Status sosialmu tinggi namun sebenarnya kau rendahan!"Renita mengumpat bekas ibu sambungnya dengan kata-kata kejam. Nyonya Friska terhenyak dengan bola mata yang hampir keluar."Kau ... keterlaluan. Aku tidak punya tanggung jawab apapun lagi padamu! Aku telah menawarimu rumah dan uang tapi kau malah men

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 97 Menuju Ending

    Sepasang mata tajam itu kemudian menatap wajah Renita dari gambar yang ia ambil secara diam-diam dari ponsel canggihnya. Jemari tangannya bergerak untuk memperbesar tampilan layarnya."Kena kau, Renita. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu!" Pria itu berucap dengan geram, bibirnya menampilkan seringai penuh dendam."Tinggal satu langkah lagi, kau akan mendekam di penjara!" lanjutnya, gemeretak giginya mengisyaratkan panasnya bongkahan bara yang menghuni di dada.Pria berjambang yang sejak tadi mengintai dari dalam mobil itu tak akan lagi kehilangan jejak Renita. Ia akan segera menuntaskan dendamnya. Renita harus membayar semua rasa sakit atas kehilangan aset dan nyawa ibunya. Juga wanita pujaannya. ***Pagi itu, Renita merasakan dirinya yang baru. Perlahan, ia membuka mata setelah semalaman begadang bak seorang lajang. Ia habiskan malam panjangnya dengan dentuman keras dari irama diskotik langganan.Sejak melahirkan, ia tak pernah lagi hadir ke

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 96 Kepergian Riswan dan Putranya

    "Gak, Mas. Silahkan kau pulang bersama ibumu tapi aku tidak akan ikut!" ucap Renita menyanggah ucapan sang suami. Sudah setengah jam mereka berdiskusi dan Renita masih terus kekeh dengan jawaban yang sama.Saat keduanya terbangun tadi pagi, Riswan telah mendapat maaf dari Masli atas kelakuan kasarnya semalam. Mereka berdua kembali berbaikan dan sempat menghabiskan sarapan bersama di meja makan. Walaupun suasananya agak berbeda, karena ada Tata dan suaminya.Renita tidak tahu jika kakak iparnya sudah tiba sejak semalam. Ia tidur semalaman sambil melewati hukuman yang diberikan Riswan."Ini demi masa depan kita juga, aku berjanji ini tidak akan lama. Jika sudah sukses nanti, aku akan membeli rumah di kota lagi," bujuk Riswan lagi. Ia masih berusaha merayu Renita dengan memberikan iming-iming berbagai hal. "Gak, Mas. Tidak ada yang namanya masa depan kalau di kampung!""Ck, sadar, Renita. Kita tidak boleh memaksakan diri seperti ini. Roda kehidupan itu berputar, mana tau rezeki kita ada

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 95 Sasaran Amarah

    "Masih belum diam juga?" ucap Riswan keheranan. Sudah cukup lama ia berada di luar, namun Renita masih belum bisa menenangkan putranya. Reisan masih terus menangis dalam dekapan sang ibu."Hhmmm, balik lagi, toh!" Bukannya merespon ucapan Riswan. Ia malah melirik tajam pada Bu Hayati dan menyindir kehadiran sang mertua.Ia bersyukur di dalam hati, sebab mertuanya masih ingin kembali. Ia jadi tak perlu repot, mengurus Reisan sendiri. Tanpa sungkan, ia berikan kembali Reisan pada neneknya. Lalu, memijit pelan bahunya bergantian akibat lelah menahan bayi dengan bobot enam kilogram tersebut."Gak konsisten, balik lagi, toh. Kenapa? Gak punya ongkos, atau takut tidur di pinggir jalan? Makanya kalau hidup masih numpang itu jangan sok-sokan!" gerutu Renita lagi. Wanita itu sudah melihat keduanya kembali melalui jendela kamarnya tadi. Lalu, bergegas turun untuk melontarkan kata-kata pedasnya pada sang mertua.Bu Hayati tak ingin menjawab, perasaannya masih kalut akibat pertemuan tidak sengaj

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 94 Bertemu Mantan

    "Mau ke mana kamu, Mas? Jangan kamu kejar ibumu itu, biarkan saja!" sergah Renita sambil berusaha menghalangi kepergian Riswan. Sementara Reisan, ia biarkan di kamar sendirian."Kamu jangan halangi aku, aku akan mengantar ibu pulang. Urus saja Reisan, dia menangis sendirian," ucap Riswan sambil berlari menuju keluar rumah. Sayangnya, ia lupa jika kunci mobil masih dipegang Renita.Dengan terburu-buru, ia kembali ke kamar, menyusul Renita yang gusar karena mencoba menenangkan Reisan. Renita tak paham dengan keinginan bayi mungil di dekapannya, sebotol susu sudah ia sodorkan namun putranya masih tak ingin diam. Keadaan rumah yang kacau dan suara tangisan kencang memenuhi isi ruangan, membuatnya seketika merasa geram."Mana kunci mobilnya?" Riswan mengadahkan tangan, menunggu dengan perasaan risau."Gak ada!" Renita membuang pandang. Matanya memindai keluar jendela kamar, menyaksikan Bu Hayati berjalan sambil menyeret koper."Kok, gak ada? 'Kan kamu yang terakhir pakai mobilnya. Cepat b

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 93 Perselisihan Menantu dan Mertua

    "Aaaarggghh ... apa kamu gak punya cara lain lagi, sih, Mas? Masa' kita harus keluar juga dari rumah ini? Mau tinggal di mana lagi kita?" sergah Renita begitu marah. Baru tiga bulan ia menempati rumah mewah bertingkat dua ini, ia beserta keluarganya harus merelakan rumah itu disita pihak Bank."Mau gimana lagi, Ren? Uangku gak cukup untuk bayar tunggakan bank. Kamu 'kan tahu, gajiku yang sekarang cuma cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari aja. Sementara, tabungan sudah semakin menipis!" Riswan tertunduk lesu. Baru saja ia pulang bekerja, tapi malah disambut amukan oleh Renita. Mereka baru saja menerima surat peringatan untuk yang ketiga kalinya dari pihak bank. Mau tak mau, keluarga itu harus segera mengambil keputusan. Pergi mengosongkan rumah yang telah dianggunkan itu atau membayar semua tunggakan.Riswan sudah lama memikirkan hal ini. Keputusannya bulat untuk mengosongkan rumah ini saja dan membeli rumah sederhana di kampung halaman dengan uang yang masih ia punya. Akan tet

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 92 Mengambil Kunci

    Entah kenapa, hati kecil kedua sahabat itu seperti bersorai gembira setiap kali melihat Renita tersakiti. Seakan ada kepuasan tersendiri dan juga rasa sakit yang terbalaskan. Sebagai manusia biasa, keduanya masih menyimpan dendam dan ingin terus membalasnya.Bu Hayati tampak begitu acuh. Ia sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk membela wanita yang telah memberinya seorang cucu laki-laki itu. Wanita yang ia bela mati-matian kemarin, saat kesuksesan masih dalam genggaman putra semata wayangnya.Begitu pun Riswan. Ia lebih tertarik untuk mengamati barang bawaannya ketimbang melerai pertengkaran dua wanita yang pernah mengisi hari-harinya. "Itu becaknya, Wan?" tanya Bu Halimah ketika di saat bersamaan mendengar deru mesin dari dua buah becak motor yang datang. Ia benar-benar tidak ingin ikut campur pada urusan kedua wanita itu. Lalu, mengambil Reisan dari gendongan Renita.Bayi laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Riswan itu menggeliat lucu, kelopak matanya yang tertutup be

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 91 Disentak Mertua

    Karena terus didesak, akhirnya Masli menuruti saran Zahira. Apalagi ini hari terakhir sahabat karibnya bisa pergi dengannya, setelah berjanji dengan sang mertua untuk tak lagi pergi keluar rumah. Selain itu, Zahira akan pulang kampung lusa, mereka akan berpisah lama sekitar sepekan lamanya."Iya, iya. Kita ke sana sekarang," ujar Masli meskipun sebenarnya ia tak lagi ingin melihat wajah Riswan. Cukuplah semalam itu yang terakhir baginya. Karena setiap kali menatap manik pria itu, kenangan manis mereka kembali muncul.Mereka berempat menuju mobil yang terparkir di halaman kantor Koh Yusuf, lalu melajukan kendaraan itu menuju perumahan Evergreen.Berbagai prasangka berputar seperti roda di dalam kepala Masli. Begitu pun tentang bayangan wajah Koh Yusuf, meskipun keberadaan mereka telah dikikis oleh jarak, namun raut rupawan itu seolah masih ada di hadapannya.Apakah ia salah jika memiliki setitik perasaan pada pria Tiong Hoa itu?Ataukah ia layak menaruh sedikit harapan pada pria mapan

  • Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku   Bab 90 Sama-sama dikhianati

    Bukannya sombong atau pun memandang dengan sebelah mata, keduanya hanya tidak mengira jika orang yang dimaksud akan berpenampilan sesederhana ini. Apalagi bayangan yang sejak tadi menghantui pikiran Zahira selama diperjalanan. Mereke berdua menganggap jika Koh Aceng adalah sosok pria tua yang berpenampilan necis dan berkelas. Khas para pengusaha kakap di kota ini."Oh ... jadi Anda, Koh Aceng? Maafkan saya Koh, saya tidak menyangka jika Koh Aceng masih muda dan segagah ini," celetuk Masli. Meskipun ia dilanda rasa gugup dan bingung, namun wanita itu mencoba tetap tenang dan menetralisir degupan jantungnya yang seketika hendak melompat, ketika pria bersahaja yang ia abaikan kehadirannya adalah pria pemilik perusahaan ini.Apalagi, pria itu sempat mengatakan tentang kekacauan di perumahan Evergreen. Sontak membuat nyali kedua sahabat itu menciut sekaligus malu."Maaf, Koh! Saya juga tidak tahu kalau Anda adalah Koh Aceng. Mas Adnan banyak bercerita tentang Anda kepada saya, tapi dia tid

DMCA.com Protection Status