Lavina terbangun di pagi hari. Harus dia akui jika semalam adalah hal yang mengejutkan. Raveen tiba-tiba menyelinap masuk ke kamarnya dan mengatakan semua omong kosong yang ironisnya malah membuat hati Lavina tenang.
Yang membuat dia bersyukur adalah Raveen menepati janjinya. Tidak ada keributan yang dia timbulkan di rumahnya pasca dia menyelinap. Setidaknya Lavina tidak menjumpai mayat yang bergelimpangan di rumahnya. Juga, tidurnya lebih nyenyak dibandingkan sebelumnya setelah pertemuannya dengan Raveen malam tadi.
Menyebalkan memang, tapi harus Lavina jujur bahwa Raveen mememang memiliki pengaruh besar di dalam hidup Lavina, terutama perasaannya. Mau tak mau Lavina harus mengakui itu. Perlakuan manis Raveen semalam membuatnya nyaris membuka harapan baru.
Raveen dengan lancangnya mempersilahkan Lavina membencinya. Tentu saja Lavina akan membencinya dengan sepenuh hati. Akan tetapi, sungguh gadis itu tak mengerti. Jika Raveen memang masih sangat mencintainya&md
Lavina pulang lebih awal dibandingkan yang seharusnya. Tentu saja untuk bersiap diri untuk menghadiri pesta yang dibuat oleh Lamberg. Pebisnis kaya mungkin seperti itu tabiatnya. Membuat pesta untuk memperluas jaringan. Perlukah Lavina membuat pesta juga?Tidak. Belum saatnya. Jangankan pesta, memikirkan produk barunya yang nyaris menimbulkan masalah saja masih membuat dirinya tidak tenang. Untunglah jalan keluarnya segera ada. Syukurlah Raveen memberitahu tentang masalah itu padanya. Sangat berterima kasih. Sedikit tidak rela mengakui jika apa yang Raveen lakukan sudah menyelamatkannya. Maka Lavina nekat untuk memberikan sebuah ciuman pada laki-laki itu. Meskipun terkesan terlalu berani, namun hanya itu caranya agar membuat Raveen bungkam. Juga, Lavina memang benar-benar berterima kasih.Gadis itu sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Sudah berendam dengan sabun favoritnya. Beranjak dari bathtub dan mengenakan bathrobenya sebelum keluar dari
Selamat pagi, kau tidur dengan nyenyak bukan?Semalaman aku tak bisa tidur, hanya memikirkanmu dan memeluk kain hitam berendamu. Sesekali aku mengecupnya, membayangkan kau di sisiku. Ngomong-ngomong, aku suka aromamu. Tidak sabar mencium langsung apa yang disembunyikan oleh kain itu.Lavina menghela nafas kesal dan merasa sedikit malu. Bagaimana bisa laki-laki itu mengirimi pesan yang sangat frontal padanya? Tentu saja, Raveen bisa melakukan apa yang dia mau. Sikap Raveen memang bukan sesuatu yang harus membuat Lavina terkejut, tapi Lavina menginginkan pagi yang damai tanpa harus diinterupsi oleh laki-laki ini.Gadis itu melempar ponselnya dengan asal ke atas tempat tidur. Lavina mulai beranjak dari tempat tidurnya. Saatnya menjalani hari lagi yang akan sangat berat. Dia haru kembali menata hati untuk menghadapi laki-laki yang dia benci.Ia berjalan menuju jendela kamar dan membuka tirai jendelanya. Meni
Raveen mondar-mandir di ruangannya. Ponsel genggamnya telah menempel di telinganya sedari tadi. Tangannya yang bebas mengacak-acak surainya hingga berantakan. Wajahnya juga sedikit lusuh, tampak kesal dan lelah. Memikirkan Lavina memang benar-benar menguras tenaganya.Masalah menjadi runyam ketika ia tidak bisa menghentikan Lavina saat hendak menemui Swan. Dirinya kecolongan, ternyata Lavina dan laki-laki itu telah melakukan komunikasi sebelumnya. Tahu begini, niat awal Raveen untuk menyadap alat komunikasi Lavina akan dia lakukan.Pergerakan Raveen juga terbatas karena anak buah Swan mengacaukan dirinya saat membuntuti Lavina. Sepertinya pertemuan mereka sudah direncanakan. Jika sudha seperti ini, Raveen akan semakin kesulitan untuk melindungi gadisnya.Sialan! batinnya kesal.“Ada perlu apa kau menghubungiku?” tanya seseorang dari seberang telfon.“Lavina tetap menjadi urusanku apapun yang terjadi” tutur
Lavina memejamkan matanya, menenangkan dirinya setelah berhasil keluar dari kediaman Swan. Perjanjian baru yang dia setujui tak akan bisa ditarik begitu saja. Dia sudah melangkah, tidak boleh mundur, tidak boleh ragu. Dia harus tetap menjalankan rencananya apapun resikonya.“Nona, haruskah kita pulang sekarang?” tanya Althof. Dia sudah menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan kediaman Swan.“Aku harus kembali ke kantor” jawab Lavina, masih memejamkan matanya. Selanjutnya, Althof tidak mengatakan apapun lagi.Gadis itu kembali merenungkan rencananya. Balas dendam memang tujuannya. Landergee menjadi target utamanya. Namun bukan hanya dia. Swan juga menjadi bagian dalam list orang-orang yang ‘harus’ dihukum. Bukan untuk membalaskan penderitaan yang Dawson alami, toh Lavina mendapatkan perlakuan yang begitu buruk karena mereka. Dia hanya ingin membalaskan kematian orang tuanya.Ayah dan ibunya dibunuh bukan sema
Laki-laki bermarga Landergee itu hanya menghela nafas ketika melihat Lavina yang tiba-tiba kabur, berlari saat hendak masuk ke dalam mobil Raveen. Bisa saja dengan mudah menangkap Lavina lagi, tapi ia memutuskan mengangkat tangannya, menghentikan anak buah yang hendak mengejar Lavina. Mungkin gadis itu membutuhkan waktu untuk sendiri. Raveen mengerti bagaimana ketakutannya dia.“Awasi saja dia kemana ia pergi. Jangan sampe Swan menyentuhnya lagi” titah Raveen yang langsung diiyakan oleh anak buahnya.Dia sudah terlalu lelah malam ini. Tentu dia akan menimbulkan masalah karena langsung berurusan dengan Swan. Tetap saja, karena ini menyangkut Lavina juga, ia tidka bisa diam saja bukan?“Tuan, Tuan Rembarnt ingin bertemu dengan Anda” seorang anak buahnya memberi kabar.Raveen sudah tidak terkejut lagi. Louis pasti ingin langsung menemui dirinya. Maka ia mengesampingkan Lavina dan langsung bergegas menuju tempat pertemuannya dengan Lou
Pasrah dibawa pulang oleh Raveen adalah satu-satunya jalan bagi Lavina agar tetap hidup. Laki-laki ini tidak main-main dengan tuturnya yang ingin melindungi Lavina. Kanan kiri mobilnya, digiring oleh anak buah Raveen dengan senjata lengkap. Lavina juga baru saja mengetahui jika Raveen tidak benar-benar membiarkannya lari. Anak buah Raveen mengikutinya untuk mengawasi dan melindungi Lavina.Gadis itu tak perlu bertanya mengapa Raveen melakukannya. Dia sudah tahu jawabannya. Tentu saja karena laki-laki tampan yang tengah menyetir di sampingnya ini begitu mencintai dirinya. Entah harus merasa bahagia atau sengsara. Kenyataan dicintai oleh seorang pembunuh bukanlah hal yang patut dibanggakan bukan?Hanya saja, cinta memang menyebalkan. Bisa menutupi apapun yang terlihat salah. Meskipun tahu bagaimana busuknya laki-laki yang kurang ajar tampannya, namun Lavina tidak bisa berbohong bahwa dia juga memendam perasaan suka padanya. Realita bahwa Raveen adalah penyelamatnya tidak
Memiliki Lavina seutuhnya adalah kebahagiaan mutlak Raveen. Sudah tidak terhitung berapa kali dia tersenyum semenjak mendapatkan gadis yang kini berada di pelukannya. Raveen bersungguh-sungguh tidak akan membiarkan gadisnya jauh darinya lagi.Dia sudah cukup bersabar selama ini bukan? Terpisah dengan gadis yang ia cintai selama bertahun-tahun sudah rela dia jalani. Sekarang Lavina sudah di depan mata, sudah berada di dekapannya lagi, maka ia tak akan melepaskannya seperti yang telah terjadi.“Bisakah kau melonggarkan pelukanmu? Aku mulai sesak” keluh Lavina. Raveen segera melepaskan pelukannya dan menatap Lavina sembari terkekeh.“Aku bahagia memilikimu” tutur Raveen sebelum menjatuhkan kecupan ringan di bibir ceri Lavina.Gadis itu hanya terdiam saat Raveen kembali memeluknya. Sesekali mengecup puncak kepala Lavina dan berkali-kali mengatakan bahwa dia bahagia bertemu Lavina kembali. Menegaskan bahwa dia sangat mencintainya. Hanya
“Jangan menatapku seperti itu, aku baik-baik saja” Lavina kembali mengurungkan niat untuk memasukkan roti ke dalam mulutnya. Raveen tak henti-hentinya menatapnya. Katanya laki-laki itu khawatir. Tentu saja karena adegan ranjang mereka yang ternyata itu adalah hal pertamanya Lavina. Sedikit cemas karena setahu Raveen, pertama kali melakukannya membuat pihak perempuan terasa ngilu.“Tidak terasa sakit?” kembali, Raveen menanyakan hal yang serupa. Benar-benar tidak percaya meskipun Lavina menjawab tidak. Bagaimana dia bisa percaya ketika melihat cara berjalan Lavina yang sepertinya tidak merasa nyaman.“Sakit, tapi tidak seberlebihan itu” sahut Lavina setelah menghela nafas. “Kenapa?” imbuhnya.“Tentu saja karena aku khawatir” jawaban Raveen ini terlalu—baiklah, Lavina ingin tersenyum selebar mungkin sekarang. Raveen terlihat lucu jika khawatir. Matanya yang sudah belo semakin membesar menatap Lavina
“Bisakah kau tersenyum Altar? Tidak baik menunjukkan wajah cemberutmu pada teman-temanmu.” Lavina mengusap pipi Altar yang menggembung.Altar Landergee sudah menginjak usia lima tahun pagi ini. Mansion megah mereka sudah dihiasi banyak sekali balon dan semua pernak pernik ulang tahun. Seharusnya menjadi momen yang menyenangkan untuk Altar. Semua yang disiapkan, Lavina pastikan adalah semua yang terbaik dan yang paling disukai oleh putranya itu.“Ailee tidak datang!”Akhirnya Lavina tahu alasannya. Meskipun hadiah sudah menumpuk tinggi, tidak bisa menyembuhkan kesedihan Altar karena teman playgroup-nya yang bernama Ailee tidak datang. Gadis kecil itu memang telah menjadi teman favorit Altar.
Lavina spontan memegang perutnya yang sudah besar ketika melihat berita yang ada di televisi. Jane dikabarkan bunuh diri, melompat dari atas gedung media milik orang tuanya. Tiba-tiba firasatnya buruk. Apakah itu perbuatan Raveen? Dia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya, tapi perasaannya benar-benar tidak nyaman, seolah mengatakan bahwa Raveen adalah dalang di balik kematian Jane. Apalagi setelah pernikahan mereka yang hancur, hidup Lavina lebih tenang. Tidak ada kejadian apapun selain pemberitaan yang terlalu berlebihan tentang keburukan Jane yang telah menghancurkan rumah tangga Raveen dan Lavina. Memang sebelumnya itu adalah bagian dari rencana Lavina, tapi kali ini beritanya sangat berlebihan. Bahkan seperti mengulik semua keburukan Jane dan orang tuanya. Rumornya mereka terlibat kasus korupsi. Pamornya jatuh dan per
Semenjak hamil, Lavina berubah. Terutama pemikirannya. Mungkin memang masih ada rasa khawatir tentang bagaimana dia harus mengasuh anak, namun dia akan berusaha. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan Lavina, ia merasa sangat terikat dengan sang bayi. Ada jalinan kasih yang berbeda, yang tidak bisa Lavina deskripsikan. Jika ditilik secara sains, itu wajar karena saat hamil, hormon oksitosin yang katanya adalah hormon cinta, meningkat. Itulah yang menyebabkan cinta ibu pada bayinya semakin kuat.Mungkin di awal masih belum begitu kentara. Hanya sayang saja. Belum begitu benar-benar mencintai. Hanya menyadari bahwa dia akan menjadi ibu dan harus mengasuh bayinya. Tapi kejadian tragis itu membuat Lavina menyadari betapa ia sangat ketakutan. Ketakutan yang sama seperti yang dia alami saat lampau.Apalagi melihat darah yang merembes di gaun putih yang dia pakai.
Rencana Lavina tampak berjalan dengan sangat baik. Sebuah persiapan untuk pernikahan megah telah selesai dilakukan. Hanya perlu menambah hal-hal kecil saja. Sisanya, gedung yang telah didekorasi sedemikian rupa siap untuk digunakan. Jujur saja, Lavina sedikit iri karena pesta pernikahan ini digelar lebih megah daripada pernikahan Lavina. Tentu saja karena Jane mendapatkan banyak kucuran dana dari banyak pihak.“Are you living in Disney Land or something?” tanya Lavina yang tampak takjub.Di sebelahnya Jane hanya tersenyum remeh. Terang-terangan meledek Lavina. Dia tengah menunjukkan superioritasnya karena tahu bahwa pesta pernikahannya lebih megah dibandingkan siapapun.“Tentu saja. Aku ratu di semesta Raveen. Sudah seharusnya seperti itu.”Lavina
Lavina dan Raveen keluar dari gedung perusahaan Dawson. Di sana sudah ada banyak wartawan yang menunggu. Mereka sengaja keluar dari pintu utama. Pura-pura terkejut dengan kehadiran mereka.“Bagaimana tanggapan Anda dengan skandal Anda?”“Apakah benar bayi yang dikandung Jane adalah anak Anda?”“Nona Lavina? Bagaimana kondisi kandungan Anda? Apakah Anda baik-baik saja?”“Bagaimana tanggapan Anda soal skandal yang menimpa suami Anda?”Dan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para reporter itu. Akan tetapi, baik Raveen dan Lavina hanya bungkam. Belum saatnya mereka membuka suara. Justru diamnya mereka memang sengaja dilakukan agar semakin menciptakan banyak asumsi publik. Akan l
Berita tentang Jane yang mengandung anak Raveen semakin merebak. Bahkan gosip itu membuat harga saham perusahaan Landergee turun. Beberapa pihak mulai sedikit panik dan meminta Raveen untuk melakukan tindakan lebih lanjut.Musuh dalam selimut itu memang ada. apa yang Lavina katakan sebelumnya benar, beberapa orang terlihat menjadi pihak oposisi. Saat rapat darurat dilakukan oleh semua orang pemegang saham, Raveen dipaksa bertanggung jawab. Jane harus segera dinikahi oleh Raveen atau citra Landergee akan semakin buruk.“Kalian memintaku untuk menikahinya? Kenapa tidak memaksaku untuk melakukan tes DNA saja pada bayi itu? Apakah dia anakku?” Raveen melempar pertanyaan retoris ke dalam forum.“Bagaimana bisa itu bukan anakmu, Tuan Raveen? Beberapa kali aku melihatmu dengan wanita itu. Bahkan kau menga
“Sayang sekali, sepertinya kita harus menundanya,” ujar Lavina. Pura-pura kecewa karena laboratorium rumah sakit tidak bisa beroperasi. Padahal kenyataannya kejadian ini adalah pancingan saja. Sudah direncanakan oleh Lavina dan Raveen hanya mengikuti alur permainan istrinya.Raveen merangkul Lavina, “Kita terpaksa harus pulang,” Raveen juga pura-pura kecewa.“Kau benar. Kita harus pulang. Lagipula aku sudah lelah, bayi kita perlu istirahat.” Jane menimbrung. Dia tidak terlihat kecewa. Wajahnya yang sebelumnya panik, berubah menjadi cerah. Seolah masalah yang menimpanya bisa diselesaikan dengan mudah.Akan tetapi, justru ini membuat dugaan Lavina semakin benar. Wanita itu memang berbohong soal anak yang sedang dikandungnya. Hanya tinggal memikirkan bagaimana membuat wanita ini terp
Raveen masih tidak mengerti apa yang Lavina rencanakan. Istrinya itu sama sekali tidak terlihat marah. Bahkan memberikan kursi depannya pada wanita menjijikkan itu. Yang hanya bisa Raveen lakukan adalah mempercayai Lavina.Meskipun begitu, Raveen tidak diam begitu saja. Dia meminta anak buahnya untuk menyelidiki wanita itu. Raveen bisa memastikan bahwa bayi yang dikandungnya bukanlah anak Raveen. Raveen memang pernah membawa wanita itu ke rumah dan ke pesta, sering bertemu tapi tidak untuk melakukan hubungan seksual.Sebenarnya Raveen ingin menyingkirkan wanita itu, tapi dia harus menahan diri karena mempercayai Lavina akan menyelesaikan masalah ini. Raveen menduga ada seseorang di balik semua ini. Wanita itu terlalu berani datang ke rumah dan berbohong bahwa dia hamil anak Raveen kecuali memang ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Di akhir pekan, Lavina dan Raveen akhirnya meninggalkan apartemen dan pindah ke mansion baru mereka. Lavina takjub sekali ketika melihat bagunan yang begitu megah di depannya. Halamannya sangat luas dengan beberapa tanaman, membuat suasana rumah lebih asri. Apalagi bagunan itu dibangun di tengah hutan, membuat kesan damai. Sejuk sekali. Lavina sangat suka. Seperti … mansion ini begitu privat hanya untuk mereka berdua.“Kau suka?” tanya Raveen.Lavina yang masih takjub mengangguk mantap. Siapa yang tidak akan menyukai mansion ini? “Cantik sekali. Aku benar-benar menyukainya.” Netra Lavina tak bisa lepas dari mansion itu. Menyisir segala sisi, mengamati segala lekukan mansion itu.“Ini seperti lukisan!” imbuh Lavina.Pria yang ter