Share

Aku Harus Pergi

Penulis: Srirama Adafi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-23 12:42:29

"Mas, ngapain di sini?" tanyaku tak suka melihat Mas Reno di kursi sebelah ranjang.

"Mas nyariin kamu kemana-mana, Dek!" akunya.

"Mas, tolong, aku sudah enggak bisa meneruskan pernikahan kita! Biarkan aku pergi!" 

Kuambil kain basah yang menempel di keningku. Rupanya aku demam sehingga Mas Reno mengompresku. Hah, aku bahkan sampai tak memikirkan kondisi tubuhku sendiri.

"Dek, Mas mohon! Beri Mas kesempatan!"

"Enggak, aku enggak bisa!"

"Dek, Mas mohon!"

"Enggak, Mas!"

Mas Reno mengacak-acak rambutnya. Lelaki di depanku ini terlihat begitu frustasi. Kedua tangannya kini bertaut di kepala belakangnya. Beberapa saat, Mas Reno menunduk dalam.

Sedang aku berusaha tak peduli padanya. Hatiku terlanjur hancur oleh perbuatannya. Mungkin kalau kesalahan lain, aku bisa memaafkan. Namun, untuk kesalahan Mas Reno yang satu ini aku benar-benar tidak bisa mentolerir.

Mas Reno kembali menatapku dengan sorot memohon. "Dek, kita pulang, ya!" bujuknya. "Enggak mungkin, kan, kamu dalam kondisi begini ada di sini?"

Aku terdiam cukup lama. Mas Reno benar, tak mungkin aku merepotkan Fani dengan kondisi begini. Apalagi Fani rupanya kaki tangan Mas Reno. Tak mungkin aku ada di rumah orang yang tak memihakku.

"Besok aku mau pergi," ucapku.

"Pergi ke rumah kita, kan?" bujuknya. 

Aku memilih diam enggan menanggapi.

"Ya, sudah. Kamu tidur lagi ya, Dek. Mas ambil air panas lagi buat ngompres kamu," ucapnya.

Lelaki itu beranjak dari duduknya. Ketika menuju pintu, sekilas kulihat Mas Reno berjalan pincang. Apa dia terluka juga oleh pecahan kaca di kamar?

Ah, aku ingat. Tadi saat Mas Reno membopongku, sudah pasti kakinya juga terkena pecahan kaca. Apa lukanya juga separah aku?

Tak berselang lama Mas Reno kembali dengan baskom di tangannya. Kulirik telapak kakinya. Benar, kaki Mas Reno juga dibalut kain kasa. Aku jadi tak tega melihatnya.

Ah, tapi kenapa kamu harus mengkhianatiku, Mas? Bagaimanapun aku masih mencintaimu, aku tak bisa kembali lagi padamu. Aku tidak bisa!

"Kok, belum tidur lagi, Dek?" protesnya.

"Sudahlah, Mas! Aku baik-baik aja. Jangan berlebihan begini!" ucapku berusaha menunjukkan rasa tidak suka kepadanya. "Lebih baik sekarang kamu pulang! Besok pagi aku akan pergi."

"Dek, tolong jangan keras kepala begini!" bujuknya. "Emang kamu mau pergi kemana?"

"Bukan urusanmu!"

Mas Reno menghela nafas panjang. Kemudian menatapku sendu. Sedang aku selalu membuang muka. Rasanya enggan sekali menatapnya.

"Ya, sudah. Kamu tidur lagi aja, ya, Dek! Mas, bakal di sini jagain kamu."

Aku tak peduli. Aku berbaring, kemudian meringkuk membelakangi Mas Reno. Tak menunggu lama, aku langsung kembali tidur. Mungkin karena lelah dan demam sehingga aku merasa ngantuk sekali.

Entah berapa lama aku tertidur. Ketika aku terbangun, Mas Reno sudah tidak ada di kursinya semalam. Aku kira kedatangan Mas Reno semalam hanya memli, tetapi rupanya bukan. Kursi itu masih ada di samping ranjang.

Pagi ini aku merasa dingin sekali. Sampai badanku menggigil karena demam. Kupegang handuk kompres yang menempel di kening. Masih hangat. Berarti Mas Reno belum lama pergi.

Tiba-tiba pintu terbuka. Muncul Fani dari baliknya. 

"Eh, Sil, kamu sudah bangun?" sapanya.

Aku tersenyum kaku. Sungguh aku kecewa kepadanya. Kalau aku tahu dia bekerja sama dengan Mas Reno untuk menolongku, aku pasti tak mau diajak ke rumahnya.

"Sil, kamu jangan salah paham!" ucap Fani setelah posisi kami sudah dekat. Seolah ia tahu apa yang sedang aku pikirkan. Wanita dengan setelan baju tidur banana itu duduk di kursi tempat Mas Reno semalam.

"Semalam, Reno telpon. Dia pesan, kalau kamu menghubungiku, aku diminta untuk berbohong kalau aku sedang enggak di rumah," akunya. "Dia bilang, kalian sedang bertengkar. Aku setuju, karena enggak ingin ikut campur masalah kalian," jelasnya.

"Lalu?" kejarku.

"Seperti yang kamu tahu, sesuai perkiraan Reno, kamu telpon aku."

Ah, bodohnya aku! Terlalu mudah Mas Reno menebakku.

"Setelah kamu nurut sama dia buat bohong, kenapa akhirnya kamu cari aku?" kejarku.

"Enggak lama setelah kamu telpon, dia telpon lagi," sahutnya. "Dia minta tolong buat bantu cari kamu."

"Terus setelah aku di sini kamu kasih tahu dia?" tebakku sambil tersenyum getir.

"Enggak!" bantahnya. "Dia memang telpon berkali-kali. Tapi sesuai pesanmu, aku enggak bilang," akunya. "Terus hampir tengah malam dia menggedor-gedor pintu."

"Terus kamu ngaku?" tebakku lagi.

"Dia brutal, maksa masuk cari kamu."

"Ck!"

"Aku enggak tau masalah kalian apa, Sil. Tapi saranku, selesaikan dulu baik-baik!" sarannya. "Kalau kalian enggak bisa selesaiin berdua, bisa cari orang buat penengah. Jangan gegabah, Sil!"

Meskipun aku tahu yang Fani bilang ada benarnya, tetapi itu tak mudah untuk kulakukan. Hatiku terlalu sakit. Pengkhianatan Mas Reno apapun alasannya tidak bisa aku terima. Kalaupun Reno mau berpisah dengan Bulan, aku tetap tidak bisa meneruskan pernikahan kami. 

Tak mudah kembali bersama orang yang sudah berkhianat. Seumur hidup aku pasti akan dihantui rasa curiga. Pernikahan seperti apa yang akan kujalani?

Bagaimana kalau ternyata Mas Reno tak mau melepas Bulan? Bulan sedang hamil, pasti bagaimanapun Mas Reno akan mempertahankannya.

Bagaimana sakitnya hatiku ketika nanti harus mendengar itu? Aku mungkin tidak akan mampu.

Melihat aku hanya diam, Fani beranjak dari duduknya. "Ya, sudah, Sil. Aku ambil bubur buat kamu dulu, ya! Setelahnya kamu baru minum obat."

Aku mengangguk. Rasanya tak enak sekali merepotkan Fani.

Kutarik selimut karena tubuhku semakin menggigil. Mungkin karena aku stres sehingga sampai sakit begini. Aku bingung harus bagaimana. Aku enggan kembali ke rumah Mas Reno. Aku tetap ingin pergi, tetapi bagaimana? Aku sakit seperti ini dan tak punya apa-apa. Bagaimana aku bertahan hidup di luar?

Tak berselang lama, muncul Mas Reno dengan mangkuk yang asapnya mengepul. Dia tersenyum manis menatapku. Aku memilih membuang muka.

"Sarapan dulu, ya, Dek!" ucapnya.

Mas Reno duduk, lalu bersiap menyuapiku.

"A, Sayang!" pintanya.

Aku masih membuang muka. Melihat dia seperti ini justru rasaku semakin perih. Bisa jadi dia juga semanis ini dengan Bulan.

"Sayang, ayo, kamu harus makan dulu biar cepat sehat!" bujuknya. "Setelah ini kita pulang."

Mas Reno benar. Aku harus makan biar cepat sehat. Aku harus sehat biar bisa bertahan di luar.

"Aku makan sendiri saja," ucapku kemudian mengambil mangkuk bubur dari Mas Reno.

Kusuap sedikit demi sedikit. Di lidahku bubur ini rasanya pahit. Biarpun begitu, aku tetap berusaha memakannya. 

Saat bubur tersisa setengah mangkok, kuangsurkan pada Mas Reno.

"Sudah?" tanya Mas Reno.

Aku mengangguk.

Mas Reno tersenyum manis. "Mas taruh mangkuknya ke belakang dulu, ya!"

Aku tak menanggapi. 

Lelaki itu beranjak meninggalkan kamar. Aku terpaku pada ponsel dan dompet Mas Reno di nakas. 

"Maaf, Mas. Aku butuh ini untuk hidup."

Kuambil beberapa lembar uang berwarna merah serta satu kartu debit Mas Reno.

Aku harus pergi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
JIN STAR
Dia aja bisa curang kok, cuma berapa lembar doang gak buat dia miskin uda ambil aja abis itu pergi ...
goodnovel comment avatar
Yuez Rama
bagus, pergi sil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Dokter, Tolong Aku!

    Beberapa lembar uang dan kartu debet kumasukkan ke dalam saku. Perlahan, kusingkap selimut dan turun dari ranjang. Begitu telapak kaki menapak tanah, rasa sakit menyerang sampai terasa ke ubun-ubun."Ah, aku belum minum obat," gumamku.Segera kuambil obat di nakas dan meminumnya dengan air putih di sampingnya.Kuhela nafas panjang kemudian bergumam, "aku harus kuat!"Aku tak bisa kembali bersama Mas Reno, karena tahu hatiku tak akan mampu untuk berbagi. Apalagi dengan Bulan. Dia salah satu alasan dulu aku sempat putus dengan Mas Reno saat masih kuliah. Ternyata setelah putus mereka benar pacaran. Lalu sekarang, wanita itu kembali masuk dalam kehidupan kami."Loh, Sayang?" Aku terkejut saat tiba-tiba Mas Reno berdiri di depan pintu."Mau ngapain?" tanyanya.Meskipun jantungku berdegup kencang, sebisa mungkin kubuat semua terlihat biasa saja. Aku tak mau lelaki itu mengetahui rencanaku."Minum obat," jawabku ketus."Oh, kenapa enggak nunggu Mas dulu?" protesnya. "Harusnya kamu tiduran

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Mami

    "Apa yang anda lakukan?" pekik Dokter Rahardian saat tiba-tiba tanpa permisi Mas Reno menyibak tirai.Jantungku rasanya mau meloncat keluar. Kusembunyikan wajah dibalik tubuh Dokter muda itu. Kupegang erat-erat selimut yang menutup tubuhku sampai batas leher. Keringat dingin semakin bercucuran."M-maaf, saya ...."Dokter Rahardian langsung memotong ucapan Mas Reno. "Silahkan pergi, kami sedang memeriksa pasien!" titahnya.Sepertinya Mas Reno langsung pergi. Aku masih sangat khawatir kalau-kalau dia kesini lagi.Kulirik bagian kaki, untung saja perawat sudah menutupnya dengan selimut. Jadi Mas Reno tak melihat luka di kakiku."Ada-ada saja!" gumam Dokter Rahardian sambil geleng-geleng saat membaca catatan medis dari perawat yang memeriksaku."Bu, demamnya cukup tinggi," ucap Dokter Rahardian. "Rawat inap, ya? Takutnya ada infeksi."Aku tertegun mendengar itu. Siapa yang akan mengurus administrasi dan yang lainnya."Gimana, Bu?" tanya Dokter Rahardian. "Apa ada yang bisa dihubungi?" "T

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Papi

    "Ren, jawab Mami!" bentak wanita berkacamata dengan bingkai emas tersebut. "Kamu apakan Sisil?"Mami menatap tajam pada anak lelakinya itu. Sementara Mas Reno tak berani menatap wanita yang telah melahirkannya tersebut. Lelaki berkaos hitam itu hanya mengusap-usap tengkuknya."Ren?" kejar Mami. "Lihat mata Mami!"Takut-takut Mas Reno menatap wajah Mami, tetapi tak lama menunduk lagi."Kamu enggak mau ngaku?" ancam Mami.Mas Reno masih membisu. Aku menahan diri untuk tak membuka suara. Ingin kulihat apakah Mas Reno berani jujur pada Mami atau tidak."Apa gara-gara masalah ini Sisil sampai sakit?" cecar Mami lagi."Mi, ... Reno ... Reno ...." Mas Reno tergagap."Apa? Ngomong yang benar!" bentak Mami lagi.Aku belum bisa merasa tenang walaupun Mami memarahi Mas Reno seperti ini. Karena kalau nanti Mami tahu Bulan sedang hamil, bisa jadi Mami bisa menerima pernikahan mereka. Dan aku tersingkir.Perhatian kami tiba-tiba buyar saat terdengar suara pintu dibuka. Seorang perawat datang sambil

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Menikahi Bulan

    Aku terperangah melihat Papi tiba-tiba bangkit. Kemudian secepat kilat mendaratkan tamparannya di kedua pipi Mas Reno, sampai berkali-kali.Aku dan Mami sampai terpekik melihatnya. Aku baru pertama kali melihat, Papi marah sampai seperti ini. Papi adalah lelaki berwibawa, ketika marah biasanya Papi lebih memilih diam dan berbicara dengan bijak ketika dirasa waktunya tepat.Namun, kali ini kulihat napas Papi sampai terengah-engah, matanya seakan mau meloncat keluar dari tempatnya, rahangnya mengatup dan giginya sampai gemeletuk."Anak kurang ajar!" umpatnya. "Memalukan!"Dilayangkannya sekali lagi telapak tangannya. Hingga bunyi ceplak terdengar cukup keras ketika telapak tangan itu mengenai pipi kiri Mas Reno.Mas Reno hanya diam dan pasrah dengan apa yang diperbuat Papi. Seolah ia menerima dan merasa pantas diperlakukan seperti itu."Pergi!" bentak Papi. "Pergi sebelum kubunuh kamu dengan tangaku sendiri! Pergi!"Mas Reno bergeming. Ia tak peduli dengan ancaman Papi. "Sisil!" seru P

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Bulan

    "Aduh, Ren! Mami pusing. Kenapa segampang itu kamu memutuskan?" sesal Mami."Saat itu Reno sudah benar-benar terpojok, Mi. Reno bingung kalau warga nekat melakukan sesuatu yang buruk pada Reno atau Bulan."Heh, Bulan terus yang dipikirkan! Apa saat itu dia tidak ingat kalau sudah punya istri?Aku membuang muka, enggan melihat Mas Reno lagi. Hatiku sakit, perih, mendengar Mas Reno sepeduli itu pada Bulan.Mami menghela napas panjang. "Harusnya, kan, kamu bisa telpon Papi, telpon polisi, atau siapapun yang bisa bantuin kamu.""Reno panik, Mi.""Haduuh, gini amat kamu, sih, Ren!" sesal Mami. "Mami sama Papi ini sudah tua, Ren. Pinginnya lihat anak-anak hidup bahagia, bisa dengan baik meneruskan usaha. Kalau sudah gini, terus kamu mau ngapain?""Reno tetap mau pertahanin pernikahan Reno, lah, Mi!""Dengan?""Ya Sisil, lah, Mi. Siapa lagi?" protes Mas Reno tampak sekali lelaki ini tersinggung dengan pertanyaan Mami."Loh, kan, sekarang istri kamu dua!" ucap Mami tidak suka, kemudian memija

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Hamil

    Aku terpaku menatap wajah Bulan. Wajah yang dulu sewaktu kuliah khas dengan pipi cubynya, kini tampak begitu tirus. Dagunya menjadi lebih lancip dari sebelumnya. Bibirnya kini terlihat lebih tebal, mungkin itu yang disebut bibir sensual. Badannya juga padat berisi. Seksi dan menggoda iman lelaki. Balutan dress ketat berwarna lemon, benar-benar mampu memperlihatkan lekukan tubuhnya yang menggoda.Pantas saja akhirnya Mas Reno jatuh dalam pelukannya. Mana ada kucing yang menolak ketika ditawari ikan yang lezat?Kulirik lelaki yang berdiri di sampingku ini tampak terkejut. Mas Reno pasti tak menyangka, Bulan datang ke rumah ini."Ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Reno."Ngapain?" tanya Bulan terlihat murka oleh pertanyaan Mas Reno. "Kemana aja kamu?"Mas Reno melangkah mendekati Bulan. Dicekalnya lengan wanita itu. "Pergi!" geramnya."Lepas, Ren!" bentak Bulan tampak sangat tak suka dengan yang Mas Reno lakukan. "Aku sudah bilang, kan? Kalau sampai kamu berani menghindar, aku akan ke sin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Informasi

    Detak jam di dinding seolah mengolok hatiku yang gelisah. Sudah hampir tengah malam, tetapi Mas Reno belum juga pulang. Mungkinkah ia akan menginap di tempat Bulan?Berkali-kali kulihat layar ponsel, tetapi tak satu pun pesan masuk dari Mas Reno, apalagi meleponku. Saking asyiknya bersama Bulan, kah? Sampai tidak teringat padaku.Meskipun selama beberapa ini aku bersikap begitu dingin padanya, bahkan aku sampai berpikir telah mati rasa, tetapi nyatanya aku masih merasakan sakit juga memikirkan Mas Reno bersama Bulan. Apakah Bulan lebih istimewa dalam urusan ranjang? Memikirkan itu benar-benar membuat jantungku seperti terbakar.Heh, kenapa aku meminta Mas Reno menunda menceraikan Bulan? Kalau akhirnya hal itu menjadi boomerang untukku sendiri. Seandainya mereka sudah bercerai, tak perlu aku merasakan kesakitan ini?Namun, kalau Mas Reno kuminta menceraikan Bulan saat ini juga, bisa jadi setelahnya mereka tetap mencari celah untuk tetap bersama. Aku tahu, karakter Bulan tidak akan cepa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Misteri

    "Mami bertanya sama beberapa orang di sana," ucap Mami."Terus?" tanyaku penasaran."Sekitar dua minggu sebelum peristiwa itu ada yang lapor ke RW dan RT sana.""Lapor gimana, Mi?" Aku rasanya tak sabar ingin mendengar semua informasi yang Mami bawa. "Katanya rumah yang di kontrak Bulan sering sekali dikunjungi laki-laki saat malam.""Hanya karena itu?" kejarku. Tak percaya rasanya kalau hanya karena hal itu, warga sampai menggerebak seperti itu. Bahkan menuduh Mas Reno dan Bulan melakukan hal yang tidak-tidak, sampai memaksa mereka untuk menikah. Alasan yang terlalu dibuat-buat.Mami menggeleng. "Orang itu menunjukkan beberapa foto tak senonoh, latar belakangnya ada di dalam rumah itu.""Foto?" tanyaku dengan dahi mengernyit. Foto siapa dengan siapa? Mungkinkah Bulan dengan Mas Reno? Aku menoleh pada lelaki di sampingku yang sejak tadi hanya menyimak. Wajah Mas Reno terlihat serius mendengarkan pembicaraan kami."Mami melihatnya?" tanyaku."Enggak, Sil. Mereka hanya dikasih lihat

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20

Bab terbaru

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Ending

    "Siapa, Sil, yang meninggal?" tanya Dokter Rahardian sembari menepikan mobilnya.Aku menoleh ke arah laki-laki itu dengan lelehan air mata di pipi. Bibirku seperti membeku sehingga tidak bisa langsung menjawab pertanyaan calon suamiku itu.Tak banyak bertanya lagi, Dokter Rahardian langsung memelukku. Memang hanya itu yang aku butuhkan saat ini. Cukup lama aku menangis di pelukan Dokter Rahardian sampai akhirnya aku sedikit tenang dan bisa berbicara."Mami meninggal .... Mami udah meninggal ...." Tangisku kembali pecah dan Dokter Rahardian kembali memelukku.Bagiku Mami bukan cuma ibu mertua yang teramat baik. Mami adalah pengganti ibuku yang entah berada dimana. Dari Mami aku merasakan kasih sayang seorang ibu. Dan sekarang aku mendengar kabar kalau wanita berhati mulia itu telah tiada."Udah, kita ke sana sekarang?" tawar lelaki beraroma wangi maskulin tersebut.Aku mengangguk sembari mengusap pipiku yang basah.Begitu tiba di kediaman Papi, hampir semua sanak keluarga sudah berkump

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Kabar

    "Dokter Nafisa?" gumamku nyaris tak terdengar. Bahkan oleh diriku sendiri. Saat mata dokter cantik itu terpaku ke menatapku, aku mengangguk kecil sembari tersenyum kaku. Sorot matanya menunjukkan keterkejutan saat melihat keberadaanku. Padahal jelas kudengar tadi dia bertanya tentang Dokter Rahardian.Apa dia tidak tahu kalau Dokter Rahardian akan ke sini bersamaku?Aku menoleh ke arah Dokter Rahardian. Lelaki itu juga sepertinya sangat terkejut melihat keberadaan gadis yang pernah dijodohkan oleh orang tuanya dengan dirinya. Mungkin dia tidak menyangka, di saat ia ingin memperkenalkanku pada orang tuanya, justru ada gadis yang pernah dijodohkan dengannya itu di sana.Sejurus kemudian, aku melihat Dokter Rahardian menoleh ke arah ibu tirinya dengan tatapan tidak suka. Setelah itu ia menghela napas dan bersikap seperti tidak ada apa-apa. Ia kembali menatap Dokter Nafisa."Udah dari tadi, Sa?" sapa Dokter Rahardian."U-udah." Dokter Nafisa kemudian berjalan perlahan ke arah kami dan du

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Perempuan Cantik

    "Siap ketemu calon mertua?" canda Dokter Rahardian begitu aku membukakan pintu. Bibirnya tersenyum lebar dengan kedua bola mata berbinar terang. Aku tidak tahu sejak kapan dokter itu jadi seceria ini."Aku takut, nih." Aku memang takut kalau-kalau orang tua Dokter Rahardian tidak menerimaku dengan baik. Apalagi mengingat status kesehatanku."Kenapa?" Binar di matanya kini menghangat."Aku takut mereka enggak suka sama aku. Kamu tahu sendiri gimana kondisiku." Aku memajukan bibir bawah. Hatiku risau memikirkan itu.Dokter Rahardian mengambil jemariku dan menempelkan ke dadanya. "Dengarkan aku!" pintanya dengan wajah serius. "Kita ketemu mereka bukan untuk meminta mereka untuk suka sama kamu atau enggak. Apalagi meminta persetujuan. Aku cuma ingin ngenalin calon istriku ke mereka. Itu doang."Perasaanku kini semakin campur aduk. Antara terharu dan kasihan kepada calon suamiku itu. Aku terharu karena lelaki itu tidak menyimpan keraguan sedikitpun untuk menikahiku, tetapi aku juga kasihan

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Pilihanmu

    Lama aku menjawab permintaan Mami. Karena bagiku itu tidak mudah. Meski aku tahu, Mas Reno saat ini seperti apa. Namun, lelaki itu hanya masa lalu bagiku. Bahkan dia adalah orang yang menghancurkan hidupku, membunuh anakku, dan merampas masa depanku. Sudah cukup aku berurusan dengan Mas Reno. Aku ingin melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang masa lalu, seperti saat-saat terakhir ini."Mas Reno harus punya semangat hidup, dengan atau tidak adanya aku, Mi. Karena seperti apapun, kami berdua sudah punya kehidupan masing-masing. Ini juga dulu yang Mas Reno mau, kan, Mi?"Sebenarnya aku tidak tega mengatakan itu kepada Mami, hanya saja aku tidak mau memberi harapan palsu pada Mami. Perpisahan ini keputusan bersama. Bahkan dulu Mas Reno yang menginginkannya. Toh, hidup dan mati bukan di tangan manusia.Ah, aku jadi teringat Cilla. Bagaimana aku menanti kehadiran anak itu selama delapan tahun pernikahan. Bagaimana bahagianya aku saat tahu ternyata di rahimku bersemayam sebuah janin yang aku ri

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Perasaan

    Dokter Rahardian menepati janjinya. Ia menjemputku setelah acara selesai, menjelang magrib. Mami dan Papi mengantarku sampai teras. Mami terlihat begitu berat melepasku, berkali-kali dia memelukku dan menangis."Mami harus sehat. Besok-besok aku ke sini lagi. Pokoknya Mami harus sehat, oke?" Aku berusaha memberi semangat pada mantan ibu mertuaku itu."Kalau kamu ada apa-apa, hubungi Mami, Sil! Mami selalu ada buat kamu," ucap wanita yang masih memegang lenganku dengan erat itu."Iya, Mi, pasti. Aku akan sering main ke sini nanti."Mami mengangguk kemudian sekali lagi memelukku. Setelahnya aku berpamitan pada Papi. Lelaki itu tampak lebih tegar daripada Mami. Ia menepuk punggungku dengan sayang, kemudian berkata, "Jaga diri kamu baik-baik, Sil!""Iya, Pi," jawabku. Dan pada saat itu, aku bisa melihat Mas Reno. Laki-laki itu tampak sedang menatap ke arahku dari balik jendela kaca yang ada di kamarnya. Saat menyadari aku melihat dirinya, ia pergi dan tidak bisa aku lihat lagi.Ah, Mas Re

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Rindu

    "Mas, apa yang kamu lakukan?" Aku membekap mulutku sendiri. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat ini.Seluruh dinding kamar Mas Reno dipenuhi dengan foto-foto kami berdua di berbagai momen dan berbagai ukuran. Setiap sudut ruang berukuran 6x5 meter itu juga dipenuhi dengan barang-barang kenangan kami berdua sejak pacaran. Bahkan beberapa dari barang-barang itu sebelumnya sudah aku simpan di gudang rumah kami dulu karena tidak terpakai. Namun, sekarang semua itu terpajang dengan rapi di kamar ini.Ada dua buah manekin yang ditaruh tak jauh dari ranjang, dipakaikan kaos couple pertama yang kami beli saat ke Bali. Selain itu, dua manekin itu juga dililit dengan syal rajut couple yang kami beli saat ke Dieng, Wonosobo. Dan bagian bawahnya dililit dengan kain songket couple milik kami.Maksud kamu apa, Mas? Maksud kamu apa? Bukannya kamu menceraikanku karena ingin bisa bersatu dengan Bulan? Terus kenapa dengan ini semua? Maksudnya apa?Aku berjalan mendekati Mas Reno, me

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Kamar Mas Reno

    Aku tertegun mendengar perkataan Dokter Rahardian. Sepersekian detik, bumi seperti berhenti berputar. Bagaimana tidak? Seorang dokter muda yang tampan dan mapan, ingin menikah dengan janda pengidap HIV seperti aku? Pasti ada yang salah dengan Dokter Rahardian."Sil, kenapa malah bengong?" Dokter Rahardian melambaikan telapak tangannya di depan wajahku."Jangan bercanda, Dok," sahutku lalu terkekeh. Hidupku udah sebercanda itu. Berusaha mempertahankan pernikahan, justru yang aku dapat penyakit mematikan."Emang aku terlihat kayak lagi bercanda, ya?" Sorot mata Dokter Rahardian lurus menembus pupil mataku.Meski ada debar aneh saat ditatap seperti itu, aku berusaha mengabaikannya. Aku memilih mengangguk mengiyakan pertanyaan Dokter Rahardian. Bagaimana mungkin ucapannya itu serius. Mau cari mati apa Dokter Rahardian? "Terus, aku harus pakai bahasa apa biar enggak terdengar bercanda buat kamu, Sil?" tanyanya lagi."Dok, Dokter ini masih muda, tampan, dan mapan pula. Mau cari gadis yan

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Perasaan Lain

    Satu tahun sudah aku meninggalkan kota tempat tinggalku dan Mas Reno sebelumnya. Aku memang sengaja ingin memulai hidup baru. Tak lama setelah kepindahanku, Dokter Rahardian juga dimutasi ke kota tempat tinggalku juga. Sehingga kami kembali bertemu karena dia kembali menjadi dokter yang menanganiku. Tak hanya itu bahkan Dokter Rahardian membimbingku untuk menjadi relawan yang bergerak di bidang HIV. Dan aku menikmati itu.Saat sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang memiliki virus mematikan yang sama dengan aku, aku jadi merasa punya teman. Aku tidak sendirian berperang dengan virus mengerikan tersebut. Aku benar-benar berusaha melupakan semua masa laluku. Tentang Mas Reno, Mami, ataupun Papi. Meski saat sendiri, aku sering menangis karena masa lalu kami terlalu berharga untuk dinodai seperti ini. Namun, tak ada lagi yang bisa aku lakukan selain terus melangkah dan menatap ke depan tanpa menoleh ke belakang lagi.Hari ini Dokter Rahardian mengajakku seminar di kota tempat Ma

  • Status WA Suamiku yang Disembunyikan   Kukembalikan

    "Sejauh ini kondisi Ibu cukup baik," ucap dokter yang dipanggil Papi untuk datang ke rumah setelah memeriksa kondisi Mami. "Hanya saja, kalau bisa Ibu dibuat biar enggak banyak pikiran dulu. Ibu pingsan karena stress yang cukup berat. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibu," jelas dokter langganan keluarga Papi.Aku, Papi, dan Mas Reno mengangguk dengan kompak. Tidak ada satu pun dari kami yang menyahut penjelasan dokter tersebut. Sepertinya pikiran kami bertiga sama, kalau Mami sampai pingsan seperti ini karena pernikahanku dan Mas Reno yang sudah berakhir. Namun, apa boleh buat. Nasi telah menjadi bubur. Jalan takdir memang sudah menggariskan kami untuk berpisah.Malam ini, Mami meminta untuk tidur bersamaku. Kami bercerita sampai larut tentang masa lalu. Saat aku masih SMA dulu dan cerita kami yang lainnya. Meski berkali-kali aku meminta Mami untuk tidur, tetapi wanita itu masih terus bercerita tidak memedulikan perintahku."Sampai kapanpun, Mami tetap Mami kamu, Sil. K

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status