Share

Protes

Dalam hitungan Jam, kedua koper besar kami sudah berada di depan pintu utama. Ibu duduk di kursi dekat pintu tanpa bicara, wajahnya menyiratkan penolakan. Namun, ia adalah wanita bijak yang memikirkan kebahagian putranya. Mas Gilang berdiri di ambang pintu dengan tangan dilipat ke dada, melirik ke arah kami dengan ekspresi datar.

"Kalian mau tinggal di apartemen kamu yang lama itu?" tanya Mas Gilang saat kami hendak menaiki mobil.

"Bukan urusan Mas," ucap Khanif seraya menutup pintu mobil dengan sedikit keras.

"Lihat, Bu. Kelakuan anak yang sangat ibu banggakan," tukas Mas Gilang.

Aku tidak mendengar jawaban dari ibu karena sudah terlebih dulu menutup pintu mobil. Duduk manis menatap lurus ke depan tanpa berani bicara pada sang supir yang nyatanya adalah suami sendiri. Masa-masa indah pernikahan seakan terabai begitu saja. Ah! Kepalaku seakan meledak memikirkan ini semua.

Aku menyenderkan kepala ke kaca mobil, menikmati pepohonan yang berlari menjauhi. Ah! Itu lelucon masa kecil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status