Part 34
#StatusFacebookTetangga__________________________Kulirik Khamila, bangga sekali sepertinya.
Sengaja aku mendorong dan mendukung Mas Adnan untuk mencalonkan diri menjadi ketua RT adalah agar dapat memecah suara Burhan dan Pak Warsito. Pokoknya salah satu dari keduanya jangan sampai terpilih.
“Kepada seluruh warga RT empat, sebentar lagi di mulai. Monggo tentukan pilihan. Kami ada empat calon, yaitu Bapak Warsito, Bapak Topik, Bapak Burhan dan Bapak Adnan.” Pak Rahmat mengumumkan para calon ketua RT, diiringi tepukan warga. bahkan ada yang menggaungkan nama-nama calon RT.
“Pak Burhan, Pak Burhan,” teriak Mama Adel, beberapa orang yang mendukung Burhan ikut berteriak menyebut namanya. Wow, rupanya Mama Adel mendukung si Burhan. Tidak apa-apa. Kulihat Khamila senyum-senyum.
Melihat Mama Adel memberikan dukungan ke Burhan, Bu Umroh dan beberapa ibu-ibu yang lain berteriak. &ldqu
Part 35#StatusFacebookTetangga======================Subscribe dan subrate ya, Mak ....------------------------------------------------Oh my God, Mas Adnan menang.Bu Umroh dan ibu-ibu yang lain berpelukan.Lebay, hihi.Aku tidak menyangka kalau Mas Adnan bakalan menang. Aku tidak menyangka jika suaranya Pak Topik dan Pak Warsito bakalan ke Mas Adnan, tetapi kenapa, ya? Ini perlu aku selidiki.Kulihat Mama Azzah merengut, terpancar dari wajahnya ada rasa kecewa."Bapak-bapak dan ibu-ibu, akhirnya perolehan suara terbanyak diraih oleh Pak Adnan," ujar panitia."Hore!" seru para warga disertai tepuk tangan."Selamat kepada Pak Adnan. Kami mohon dengan hormat, silakan memberikan sambutannya," Pinta Pak RW.
PART 36#SatusFacebookTetangga=========================="Begini, Pak, saya ke sini mau minta tolong. Suami saya selingkuh dengan orang yang ada di komplek sini. Namun, ia tidak mau mengakuinya. Saya ingin menggrebek mereka," ujar Bu Ning membuat aku dan Mas Adnan melongo."Ma, maaf Bu Ning, njenengan jangan bikin isu," ucapku tidak percaya."Bu Dania, kalau njenengan tidak percaya, nanti akan saya tunjukkan buktinya. Astaghfirullah, masalah apa ini. Barusan Khamila datang mengeluhkan Mama Adel, eh, ini Mama Adel mengeluh juga."Sebaiknya Mama Adel tabayun dulu, takut jadi fitnah," ucap Mas Adnan, aku mengangguk tanda setuju. Aku nggak mau kejadian Khamila terulang."Eh, ini bener, Pak RT, ini buktinya." Mama Adel menunjukkan foto di mana dalam foto itu ada Bu Umroh yang sedang turun dari mobil dam milik Pak Dayat.
Part 37#StatusFacebookTetangga----------------------Kuutarakan maksud kedatanganku. Kuceritakan kejadian kali ini di pos. Mendengar ceritaku, Pak Dayat kaget. Segera ia mngikutiku menuju pos ronda.Di pos ronda masih ramai akibat keributan antara Bu Ning dengan Bu Umroh. Melihat keramaian yang terjadi di pos ronda, Pak Dayat kaget."Astaghfirullah, Ma! ada apa? ah, malu-maluin Papa saja," ujar Pak Dayat sembari menarik tangan Bu Ning untuk pulang."Pak Dayat, tunggu!" cegah suamiku. "Kita selesaikan masalah ini secara baik-baik. Kalau seperti ini, tidak akan ada penyelesaian.""Tapi, Pak, saya malu," ujar suaminya Bu Ning."Benar, Pak RT, saya ingin menyelesaikan persoalan di sini, biar semua warga tahu semua kebusukan Bu Umroh sama Papa!" sengit Mama Adel sembari melirik ke Bu Umroh."Sudahlah, Ma
Mama Idos mengirim status gambar kami saat di pos ronda. Di postingan tersebut, terlihat Bu Ning sedang marah dan menunjuk ke arah Bu Umroh. "Salah sangka, bermaksud menunjukkan kebusukan orang, eh kebusukannya terbongkar, wkwkwk dasar!"Itulah status dari Mama Idos.Setelah semuanya selesai akhirnya kami membubarkan diri, aku dan mas Adnan pulang."Eh mas, bukankah bu Ning itu juga utang sama Khamila? aku jadi lupa," ucapku kepada Mas Adnan. Kuingatkan kembali saat Khamila datang ke rumah dan meminta bantuan.Kami mengobrol ketika perjalanan pulang dari pos ronda."Eh iya ya, Ma, harusnya tadi sekalian dibahas. Namun nggak baik juga bahas di forum, cukup Bu Umroh saja," ujar Papa...Sampai juga kami di rumah. Ku buka pintu pagar, kemudian Mas Adnan memarkir motornya.Baru saja selesai memarkir motor, ponsel Mas
Akhirnya mereka didudukkan bersama untuk menyelesaikan permasalahan."Mama Adel, kira-kira kapan mau bayar utangnya," tanya Papa kepada Mama Adel yang masih cemberut.Siapa yang hutang, siapa yang cemberut. Aneh Mama Adel itu."Ehm, Pak RT, aku pasti akan bayar, tetapi tidak sekarang. Mana ada duit sekarang, Pak," jawab Mama Adel sambil melirik Khamila. Khamila pun masih terlihat amat sangat kesal."Suamiku aja ngasihnya nggak tentu. Kadang cukup buat makan sehari, kadang malah kurang. Makanya aku ngutang ke tukang sayur juga." Bu Ning mengeluh.Antara percaya dan tidak, sebab kalau dilihat dari keseharian, Bu Ning termasuk orang yang terbilang berada. Kehidupannya tidak seperti orang-orang yang kekurangan.Ada kalung dan anting. Beli lauk saja hampir tiap hari ayam atau ikan."Bohong Pak RT, orang kalau ke rumahku saja seri
Aku berjalan ke depan. Kutengok dari jendela. Aku terbelalak ketika kulihat yang datang adalah dia."Monggo, Pak, silakan masuk," pintaku pada lelaki itu yang ternyata adalah Pak Dayat--suaminya Bu Ning. Kupersilakan untuk duduk di ruang tamu. Aduh, ada apa lagi ini. Baru saja selesai persoalan istrinya dengan Khamila."Maaf Mbak Dania, apakah ada Pak RT?" tanya Pak Dayat."Iya Pak, sebentar, ya, aku panggilkan." Aku masuk ke dalam dan memanggil suamiku yang sedang di dapur."Pa, ada Pak Dayat," ucapku. Mas Adnan kaget."Apa? Pak Dayat? Mau apa lagi?""Ih, kok tanya aku, sih, coba temui dulu," ujarku. Papa melangkah menuju ke ruang tamu dan aku mengekor di belakangnya. Aku ingin tahu ada apa ke sini."Eh, Pak Dayat," sapa Mas Adnan sambil menyalaminya. "Ada apa, ya?"Aku duduk di samping
#StatusFacebookTetanggaPart 41"Maaf, ini siapa?" balasku kembali.Krek! langsung diriject dari sana. Lalu ada pesan masuk.[Aku pangagummu, Dania!]Gubrak!!!"Astaghfirullahaladzim, subhanallah ... Ini siapa? Wah! Jangan sampai mas Adnan tahu. Apakah Burhan? Aku rasa bukan," gumamku sambil berfikir. Perasaan di komplek ini tidak ada bapak-bapak yang nyeleneh, kebanyakan malah ibu-ibunya.Aduh! Bagaimana ini?"Ini pasti Burhan, eh, tapi ...." Aku kembali berfikir. Kalau benar si Burhan, awas, ya! udah dapet dua masih juga godain istri orang.Aku duduk sambil memikirkan kira-kira siapa pria misterius itu.Ting ....Notifikasi masuk.[Engkau ibarat bunga diantara bunga-bunga indah lain yang terpancar.Namun, keharumanmu, membuatku memilihmu untuk aku hinggapi.Mbak Dania, maaf jika aku mengganggumu, tetapi entahlah, aku merasa suka jika melihat Mbak Dania,
"Alhamdulillah bukan dari si misterius itu." Kunyalakan motorku dan kulajukan menuju ke rumah Mama Azzah. Aku ingin menemui Burhan sebentar.Saat ditengah jalan tepatnya di persimpangan, Pak Dayat--suami dari Bu Ning mencegatku. Terpaksa aku berhenti dan mematikan motorku."Maaf Bu RT, mengganggu," ungkapnya sembari mematikan motor. Sepertinya baru beli sesuatu"Iya, Pak, tapi maaf, saya mau beli lauk," jawabku."Sebentar saja, Bu RT. Saya pusing dengan Mama Adel, dia tidak mau mengaku kalau berhutang dengan Mama Azzah."Hadeh, curhat kok di jalan. Itu bukan urusanku sebenarnya."Eh, coba bapak bicara dari hati ke hati, Pak. Bu Ning maunya apa, barangkali ada yang ingin dimiliki tetapi tidak kesampaian," ucapku berusaha menyembunyikan kekesalan."Nah itu, Bu RT. Keinginannya banyak. Mama Adel pingin punya rumah di sini, padahal
Status Facebook TetanggaPart 52--------oOo-------Burhan berkomentar di statusku. Ah, jawabnya nanti saja biar banyak dulu. Aku menuju ke ruang keluarga dan merebahkan badan di kasur depan televisi. Memasaknya nanti sore saja sebab hanya aku saja yang makan, Mas Adnan dan Adit pulang sore, jadi memasak untuk makan malam.Wah, Mas Adnan bikin status, tumben. Status Mas Adnan muncul di berandaku. Lho, ini, kan status lama. Kalau tidak salah saat itu sedang jalan-jalan di Puncak. Karena ada yang komentar, makanya muncul di beranda.Zaskiya Putri, siapa dia. Kenapa dia komentar di statusnya Mas Adnan?"Hay, Bro, apa kabar? Kamu masih seperti dulu."Begitu isi komentarnya. Mas Adnan memberi apresiasi dengan memberi "like" di komentar Zaskiya."Bro, itu istrimu, ya, hmmm cantik juga."Komentar selan
Status Facebook TetanggaPart 51-----oOo-----Sekembalinya dua keluarga yang berseteru itu, aku dan Mas Adnan saling memandang. Mas Adnan memegang keningnya. Nampaknya ia sangat pusing."Sudahlah, Mas, memang begini kalau menjadi bapaknya warga. Sabar, ya. Jadikan setiap persoalan menjadi sebuah pengalaman," ujarku sambil mengelus pundaknya. Ia mengangguk perlahan.Kami ke ruang keluarga kemudian aku ke ruang makan untuk mengambil ponselku yang tergeletak di meja ruang makan.Saat membuka kunci ponsel, terlihat notifikasi masuk. Sekitar lima belas menit yang lalu. Oh, rupanya dari Bu Ning.[Bu Dania, tolong rayu suamiku agar membatalkan talaknya.]Lho, kok minta tolongnya ke aku, apa hubungannya denganku?[Bu Dania, please, aku benar-benar pusing. Mas Topik marah besar padaku.] Kembali pesan
"Assalaamualaikum." Terdengar suara teriakan seorang perempuan yang tidak asing. Akupun bangkit dan berlalu menuju ke luar. Ternyata ada Bu Tutik dan Bapak Wasito. Wajah mereka tampak tegang.Kubuka pagar dan kupersilakan mereka untuk masuk."Silakan duduk," ucapku. "Ada perlu apa Mama Rena," tanyaku."Pak RT mana Mama Adit," tanya Mama Rena. Terlihat dari wajahnya, ia seperti ingin menceritakan sesuatu. Seperti dugaanku, pasti tentang Mama Adel yang menyebarkan gosip mengenai kuburan Orang tuanya."Sebentar, Mas Adnan sedang makan." Akupun pamit ke dapur untuk membuat minuman sekaligus menemui suamiku."Siapa, Ma," tanya Mas Adnan yang rupanya telah selesai makan."Bu Tutik sama suaminya, mereka ingin ketemu Papa, temui geh," suruhku. Kutuang air panas ke teko untuk membuat teh."Baik, Papa temui dulu ya, Ma," ujar
Aku dan Mas Adnan ke rumah Mama Rena untuk ta'ziyah.Sesampainya di sana, para pelayat sudah banyak yang datang.Ada juga Khamila Mama Adel dan juga suaminya.Kulihat Mama Rena begitu tegar, mungkin karena ibunya sudah lama sakit sehingga mungkin ini adalah yang terbaik."Kami sekeluarga ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mama Rena, sabar ya," ucapku sambil memeluknya dan mengelus punggungnya."Terima kasih mama Adit," balas Mama Rena.Pada saat itu terdengar percakapan antara suaminya mama Rena dengan Mas Adnan."Pak Warsito yang menggali kubur apakah sudah ada?" Kepada suaminya Mama Rena. Suaminya Mama Rina tampak kebingungan karena memang belum mendapatkan orang yang akan menggali kubur. Orang yang biasa menggali kubur sedang keluar kota.Pada saat itu pak Dayat datang dan ikut bergabu
Ternyata Mama Adel tidak datang,ia berjanji akan ke rumah selepas Asar. Aku dan Mas Adnan memutuskan untuk mendatangi rumahnya setelah Maghrib dan tadi sudah mengirim pesan...Usai sholat Maghrib, aku dan Mas Adnan menuju ke rumah Mama Adel. Sesampainya di sana, mereka tidak ada di rumah. Rumah mereka terkunci. Mas Adnan mencoba menghubunginya tetapi tidak dapat tersambung.Beberapa menit kemudian, Khamila dan Burhan datang. Mas Adnan juga mengundang mereka."Kok sepi," tanya Khamila yang masih duduk di atas motor."Kurang tahu, pintu rumahnya terkunci. Ke rumah saja yuk," ajak Mas Adnan. Khamila dan Burhan saling memandang dan akhirnya mengangguk.Akhirnya kami balik dan diikuti oleh keduanya.Sesampainya di rumah, kupersilakan keduanya untuk duduk. Aku ke dapur untuk mengambil air minum dan beberapa makanan ringan. Setelah itu aku keluar dan mempersilakan keduanya untuk minum dan menyantap makanan ringan yang aku sediakan.
Aku di dalam rumah sampai sore menunggu Mas Adnan pulang. Perasaan resah dan gelisah menyeruak dalam dada. Jam empat, Mas adnan tak kunjung pulang. Jam Limapun tak pulang. Kemana Mas Adnan, kenapa jam segini belum juga pulang?Berbagai macam pemikiran-pemikiran negatif berkecamuk dalam otakku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mandengar bel berbunyi. Sepertinya ada yang datang dan aku keluar.Alhamdulillah, Mas Adnan pulang, Aku menantikannya sekak tadi. Aku mengahambur dan segera memeluknya, mencium pipinya.“Eh, Ma, aku baru pulang dan badan masih bau, lho,” ungkap Mas Adnan dengan heran. Mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.“Kenapahape ditinggal, jadinya aku nggak bisa komunikasi,” ujarku sambil merengut dan masih merangkulnya. Mas Adnan masih berdiri sambil memegang tas kerjanya.“Kamu kangen?” Ledek suamiku“Iya,” ujarku manja. Aslinya benar-benar aku merasa resa
Setelah semua barang keperluanku telah aku beli, kemudian aku meluncur ke rumah Khamila.Sesampainya di sana ternyata rumahnya terkunci.‘Kemana Khamila, apa mungkin ia sedang belanja?’Coba aku telpon. Kukeluarkan ponselku dari saku celana jeans yang aku pakai. Langsung kucari namanya.“Assalamualaikum.” Langsung dijawab olehnya. “Ada apa Mama Adit?” tanyanya.“Waalailkum salam. Aku ada di rumahmu, sekarang kamu ada di mana?” tanyaku.“Lah, kenapa nggak dari tadi? Sekarang aku lagi belanja di swalayan,” jawabnya. Waduh, tidak bisa ketemu. Padahal aku ingin menyelesaikan persoalanku dan juga ingin tahu, siapa pria misterius yang menggangguku.Aku juga ingin meminta agar ia menghapus statusnya sekarang, tetapi jika itu aku lakukan, ia pasti tambah senang. Ia itu senang jika aku sulit.&l
Status Facebook TetanggaBenar-benar makin runyam, herannya kenapa Kamila sampai tahu. Wah, si Burhan tidak bisa dipercaya ini.Aku semakin pusing dengan persoalan ini. Jika Khamila tahu, berita ini bakalan cepat tersebar.'Ah baiknya aku memang harus cerita ke Mas Adnan.'Kudekati suamiku yang sedang tertidur pulas. Kulirik jam di dinding, rupanya bentar lagi Asar, memang harus dibangunkan."Mas, bangun sayang, sudah jam 14.40," panggilku sembari menggerak-gerakkan badannya agar cepat bangun.Mas Adnan hanya menggeliat, lalu melirikku dan merangkul."Mas, masih siang, jangan seperti ini, ah." Aku meronta. Dikhawatirkan Adit tiba-tiba pulang karena memang sudah waktunya pulang."Memangnya kenapa? Kan pintu pagar dikunci?" ucapnya. Namun matanya masih terpejam."Mas,ka
“Sudah cukup Pak, Bu! Kalau njenengan berdua ingin bertengkar, silakan di rumah saja,” lerai Suamiku. Kedua pasangan suami istri itupun akhirnya diam. “Silakan, ada apa njenegan ke sini? Apakah ada masalah?”“Pastinya ada, Pak. Saya mau lapor kalau suami saya selingkuh!” sahut Bu Ning. Pandangannya mengarah ke Pak Dayat.Oh Allah, soal perselingkuhan kenapa harus bawa-bawa RT, sih, ini sudah keberapa kali laporan seperti itu.“Ma, berapa kali Papa katakan kalau Papa itu tidak selingkuh. Mana buktinya? Mama itu selalu suudzon. Dulu dituduh selingkuh dengan langganan tukang sayur, sekarang? Ujug-ujug Mama nuduh selingkuh, lalu selingkuh dengan siapa?” Nampaknya Pak Dayat memang sangat kesal dan marah.“Justru Mama yang nggak mau ngak