"Besok saya kabari Kayla nya ya tante, om....”
“ Apa tidak bisa sekarang saja? “ tanya ayah Ilham.
“Dia lagi ada acara keluarga di luar kota om. Kemarin juga habis tunangan, jadi hari ini rumahnya kosong. Mengenai hal ini saya harus bicara langsung, om tante. Seumpama keadaan Ilham karena Kayla bertunangan, pasti nantinya juga harus banyak melibatkan Kayla dalam proses membantu Ilham sembuh. Dan saya juga tidak mau dituding jadi penyebab timbulnya masalah antara Kayla dan tunangannya. “
“Iya, kalau masalahnya karena itu. Benar juga kata kamu mbak Dian... “ jawab ayah Ilham.
“Iya, om... Besok saya akan datang menjenguk Ilham, siapa tahu dia ingat dan mau cerita banyak pada saya. “
“Iya mbak Dian... Kami tunggu di rumah ya. Nanti hubungi nomor tante yang tadi tante kasih itu ya... “
“Iya tante... “
“Kalau gitu, kita pamit ya... Ayo pa... &ldq
Malam minggu Kayla habiskan bersama keluarganya di rumah dengan menonton televisi bersama dan mengobrol penuh kehangatan. Tidak ada acara apel malam minggu bagi Kayla, karena Dicky memang lebih sering menghabiskan waktu di Yogyakarta bersama keluarga dan mengurus pekerjaannya. Namun saat Dicky jadwal mengajar di Purworejo maka hari itulah saat mereka bertemu. Sehingga meski weekend sekalipun Kayla dan Dicky tidak ada acara apel-apelan ala anak muda kebanyakan.Disaat sedang asyik menyaksikan acara televisi, ponsel Kayla berteriak lembut memberi tahu jika ada sebuah pesan masuk. Karena ponselnya berada di sebelahnya, dengan segera langsung ia buka pesan yang masuk. Sederet nomor dengan nama kontak ‘mas Aldi ‘ mengirimkan pesan WA.[Kay, aku balik tadi sore ke Purworejo. Gimana apa besok kita bisa ketemu sama Dicky juga?]Membaca pesan itu Kayla tersenyum dan terlihat sedikit berpikir. Hingga akhirnya ia segera mengetikkan balasan untuk pesan dari Aldi
Sampai di rumah Dian, segera mereka turun dari mobil. Kayla menggandeng tangan Dicky, namun lebih tepatnya menarik tangan Dicky untuk mengikutinya. Sambil menunggu dibukakan pintu, Kayla terlihat iseng dengan mengelitik telapak tangan Dicky yang ia genggam.“Awas ya, nanti aku bakal bales lebih dari ini... “ujar Dicky tersenyum sambil tak kalah kencang mengelitik telapak tangan Kayla.“Udah, udah aku nyerah... Geli... Geli... “ ucap Kayla sambil mencoba melepaskan tangannya.Belum sempat lepas tangannya, Dian membukakan pintu rumahnya.“Cieee.... Yang baru aja tunangan, senyumnya sampai kering itu giginya... Ayo masuk... Mari, silahkan masuk pak Dicky.. “ ucap Dian.Sampai di dalam, mereka segera mendaratkan pantat masing-masing di sofa yang ada di ruang tamu rumah Dian.“Yan, gimana ceritanya Ilham bisa kecelakaan? “ tanya Kayla penasaran.“Pastinya gimana aku juga gak
Di perjalanan pulang mereka bertiga lebih banyak diam. Dian yang menangkap hal yang kurang baik di wajah Dicky terhadap keputusan Kayla, memilih untuk diam. Ia hanya mengamati dari jok belakang bagaimana ekspresi pasangan yang ada di depannya ketika ada masalah.Setelah sampai di rumah Dian, mobil pun berhenti dan berjalan kembali setelah Dian turun dan berpamitan pada mereka berdua. Kini di dalam mobil tinggal Kayla dan Dicky. Keduanya masih membeku tanpa kata, sesekali Kayla melihat ke arah Dicky namun Dicky memilih untuk fokus melihat ke depan. Ketika Dicky melirik ke arah Kayla, saat itu pula Kayla sedang terdiam sambil memandang ke depan menikmati jalanan.Hingga beberapa lama akhirnya Dicky membuka suara mencairkan suasana yang sedari tadi diam sunyi sepi. “Kay... ““Iya, mas Dicky marah? “ tanya Kayla menebak.“Kamu yakin dengan keputusan kamu? ““Aku akan jaga hatiku buatmu, mana mungkin juga aku di
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Dicky, kini mereka sudah tidak bertemu lagi. Bahkan beberapa hari menjelang wisuda dilaksanakan. Kayla yang beberapa kali berangkat ke kampus tak juga bertemu Dicky meski ia mendatangi langsung ke prodi. Hp nya juga tidak aktif sekitar tiga hari ini.Rasa bingung bercampur kangen terlihat jelas pada diri Kayla. Di satu sisi ia harus menemui Dicky, namun di sisi lain dia harus membantu penyembuhan Ilham. Kini ia merasa penuh kebingungan dan kesedihan duduk di kursi taman kampus sendirian. Mencoba menghubungi Dicky beberapa kali namun tidak juga aktif nomornya.“Mas Dicky kamu kemana? Masa aku harus tanya TU kamu ke mana, nanti apa kata mereka tentang hubungan kita yang tunangan baru sebulan kok udah gak tahu kabarnya... “ gerutu Kayla lirih pada foto Dicky di ponsel yang sedang di pegangnya.“Kemarin pas kamu telepon itu aku lagi gak pegang hp. Apa mungkin kamu marah? “ suara Kayla bertanya-t
Seperti biasa setiap malam sehabis sholat isya menjadi quality time bagi keluarga pak Hermawan. Semua berkumpul di depan tv, selain menonton tv juga sebagai ajang saling mengobrol dan membahas segala sesuatu. Tak jarang mereka juga hanya berkumpul sambil menyaksikan sinetron sambil menikmati camilan bersama. Kedekatan keluarga Hermawan terjalin karena seringnya mereka bersama dan mengobrol bersama penuh kehangatan.“Kay, lusa wisuda undangannya jam berapa? “ tanya pak Hermawan.“Jam delapan yah... “ jawab Kayla santai sambil tiduran.“Semuanya udah siap? ““Udah. Aku rias di rumah sama mbak Ely yang kemarin rias pas tunangan itu, dia datang jam 5 katanya. Besok sore gladi terakhir di kampus. Mas Dika katanya mau pulang besok sore sama mbak Rahma. “ jawab Kayla menjelaskan semuanya.“Kalau mas Dicky ntar tinggal ketemu di kampus ya mbak? “ tanya Rafi tentang Dicky.“Iya... &ldq
Betapa terkejutnya Kayla ketika melihat deretan dosen-dosen jurusannya yang duduk berjajar di meja depan. Dari semuanya tidak juga ada Dicky di sana. Wajahnya mulai murung dan kecewa kembali menerima kenyataan jika dosen pembimbingnya tak ada di situ.Kayla duduk di barisan depan mengikuti acara perpisahan jurusan. Sambutan dari ketua program studi, dilanjutkan perwakilan dosen lalu perwakilan mahasiswa. Sambutan demi sambutan terlewati, tiba giliran Kayla maju ke depan sebagai perwakilan mahasiswa. Ia segera maju dan menyampaikan kata-kata yang telah dirancangnya dari rumah. Saat ia berdiri di depan nampak matanya sambil mencari jika saja ada Dicky di belakang. Hingga selesai sambutan yang ia sampaikan, tak jua terlihat
Tiba di rumah semua berkumpul, makanan sudah di sajikan di meja makan. Syukuran kecil-kecilan ala keluarga Hermawan. Begitu Kayla pulang, langsung muncul ide jahil dari kakaknya di depan pintu.“Cieee... Mukanya keluar lope lopenya nih adikku, beda sama tadi. Ternyata nunggu pak dosen pembimbing ya... “ledek Dika menyambut mereka.“Apa sih mas? Orang tadi juga mukanya biasa aja kayak gini kok... “jawab
Hari rabu siang Kayla ke kampus untuk menandatangani ijazah sesuai jadwal yang sudah ditentukan dari kampus. Ia terlihat ikut duduk santai di kursi depan prodi bersama teman-temannya yang juga sedang menunggu kepala TU prodi datang membawa lembar ijazah yang akan ditanda tangani.Dari kejauhan berjalan Dicky bersama satu dosen wanita muda yang juga baru saja keluar dari kelasnya. Mereka berjalan sambil mengobrol ringan sambil tertawa-tawa kecil. Salah satu teman Kayla melihat hal itu dan langsung memberitahu Kayla yang duduk di sampingnya dengan posisi membelakangi Dicky.“Kay, itu pak Dicky... “ ucap seorang gadis berambut pe
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I