Betapa terkejutnya Kayla ketika melihat deretan dosen-dosen jurusannya yang duduk berjajar di meja depan. Dari semuanya tidak juga ada Dicky di sana. Wajahnya mulai murung dan kecewa kembali menerima kenyataan jika dosen pembimbingnya tak ada di situ.
Kayla duduk di barisan depan mengikuti acara perpisahan jurusan. Sambutan dari ketua program studi, dilanjutkan perwakilan dosen lalu perwakilan mahasiswa. Sambutan demi sambutan terlewati, tiba giliran Kayla maju ke depan sebagai perwakilan mahasiswa. Ia segera maju dan menyampaikan kata-kata yang telah dirancangnya dari rumah. Saat ia berdiri di depan nampak matanya sambil mencari jika saja ada Dicky di belakang. Hingga selesai sambutan yang ia sampaikan, tak jua terlihat
Tiba di rumah semua berkumpul, makanan sudah di sajikan di meja makan. Syukuran kecil-kecilan ala keluarga Hermawan. Begitu Kayla pulang, langsung muncul ide jahil dari kakaknya di depan pintu.“Cieee... Mukanya keluar lope lopenya nih adikku, beda sama tadi. Ternyata nunggu pak dosen pembimbing ya... “ledek Dika menyambut mereka.“Apa sih mas? Orang tadi juga mukanya biasa aja kayak gini kok... “jawab
Hari rabu siang Kayla ke kampus untuk menandatangani ijazah sesuai jadwal yang sudah ditentukan dari kampus. Ia terlihat ikut duduk santai di kursi depan prodi bersama teman-temannya yang juga sedang menunggu kepala TU prodi datang membawa lembar ijazah yang akan ditanda tangani.Dari kejauhan berjalan Dicky bersama satu dosen wanita muda yang juga baru saja keluar dari kelasnya. Mereka berjalan sambil mengobrol ringan sambil tertawa-tawa kecil. Salah satu teman Kayla melihat hal itu dan langsung memberitahu Kayla yang duduk di sampingnya dengan posisi membelakangi Dicky.“Kay, itu pak Dicky... “ ucap seorang gadis berambut pe
Di ruang tamu Dicky terlihat sibuk dengan ponselnya, lalu berhenti setelah mengetahui kedatangan Kayla dan Dian. Ia melihat Dian dengan senyum-senyum malu karena kejadian di depan kamar yang kepergok Dian. Faham akan dosennya yang tengah malu, Dian segera duduk dengan santai.“Iya pak, saya tutup mulut. Tapi tolong jaga sahabat saya sampai waktu yang benar-benar boleh untuk hal yang lebih... “ ucap Dian meledek. Dicky hanya tersenyum dan memberikan kode OK menggunakan jarinya.“Kay, gua pulang ya... Gua gak enak nih j
Akhirnya Dicky mengajak Kayla naik ke atas gedung bersama dengan pegawai yang lain. Tak pernah lepas sedetikpun Dicky menggenggam tangan Kayla, justru semakin erat. Fikiran Dicky menerka hal buruk dengan hubungan mereka, kekhawatiran yang selama ini sempat terfikirkan ternyata hari ini terjadi.“Kay, aku ingin tahu sesuatu dan tolong jawab dengan jujur. “ ucap Dicky menghentikan langkahnya sebelum sampai di tempat tujuan.“Iya, aku akan jujur. “ jawab Kayla dengan mata berkaca-kaca dan hidung mulai memerah.
Malam Itu serasa sepi, bintang-bintang yang bertaburan bahkan tidak bisa menghibur hati Kayla. Ia duduk termenung di meja belajarnya dengan rasa yang tidak karuan. Matanya yang masih sembab kini mulai berair lagi. Fikirannya masih tentang Dicky. Iya Dicky yang saat ini justru diam tanpa kabar, bahkan tidak mencoba datang ke rumah menemuinya atau menghubunginya melalui keluarganya.Kayla benar-benar bingung, terlebih ponselnya tadi masih berada di ruangan Dicky. Kedua matanya hingga kini masih belum bisa berhenti meneteskan air bening dari salah satu sudutnya. Dadanya terasa sesak, fikirannya kacau dan benar-benar buntu apa yang harus ia lakukan saat ini.
Siang hari jam sebelas sebuah mobil sirion berhenti di luar gerbang. Dari balik tirai jendela Kayla mengintip siapa pengemudi mobil yang baru saja datang itu. Saat sosok laki-laki muda yang sudah tidak asing lagi keluar dari mobil lalu menuju ke teras, saat itu juga senyum Kayla muncul di wajahnya yang mendung. Segera ia membukakan pintu menyambut pria itu dengan hati gembira.“Assalamualaikum Kay... ““Wa’alaikum salam... “ jawab Kayla lalu mencium punggung pria itu penuh kebahagiaan.“Itu mobil siapa? Seperti pernah l
Selesai makan mereka segera beranjak dari tempat duduknya untuk segera menuju ke tempat mobilnya parkir. Di tempat parkir mereka melihat Ilham dan ibunya yang baru saja turun dari mobil. Segera Dicky menarik tangan Kayla ke samping sebuah mobil untuk bersembunyi.“Ada apa?” tanya Kayla lirih setengah terkejut.“Itu ada Ilham dan ibunya. Kita harus bersembunyi supaya mereka tidak melihat kita.” jawab Dicky lirih juga.Beberapa saat mereka bersembunyi di samping mobil hingga akhirnya Ilham dan ibunya masuk ke dalam cafe tersebut. Set
Sampai di sebuah kafe Dicky memarkirkan sepeda motornya dan bergegas masuk mencari seseorang yang tadi ia ajak bertemu. Dicky mengedarkan pandangannya mencari orang yang ingin ditemuinya. Namun tak jua dirinya menemukan orang yang dicari. Dicky memutuskan untuk menuju ke meja pojok yang masih kosong, ini giliran dia yang menunggu orang tersebut datang.Tak membutuhkan waktu lama, datang seorang pria muda mengenakan celana jeans panjang dan sweater berwarna merah. Kulit wajah putih bersih, hidung mancung dan rambut cepak yang yang tertata rapi. Iya benar, dia adalah Aldi.Saat edaran mata Aldi menemukan Dicky yang tengah duduk sem
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I