Selesai makan mereka segera beranjak dari tempat duduknya untuk segera menuju ke tempat mobilnya parkir. Di tempat parkir mereka melihat Ilham dan ibunya yang baru saja turun dari mobil. Segera Dicky menarik tangan Kayla ke samping sebuah mobil untuk bersembunyi.
“Ada apa?” tanya Kayla lirih setengah terkejut.
“Itu ada Ilham dan ibunya. Kita harus bersembunyi supaya mereka tidak melihat kita.” jawab Dicky lirih juga.
Beberapa saat mereka bersembunyi di samping mobil hingga akhirnya Ilham dan ibunya masuk ke dalam cafe tersebut. Set
Sampai di sebuah kafe Dicky memarkirkan sepeda motornya dan bergegas masuk mencari seseorang yang tadi ia ajak bertemu. Dicky mengedarkan pandangannya mencari orang yang ingin ditemuinya. Namun tak jua dirinya menemukan orang yang dicari. Dicky memutuskan untuk menuju ke meja pojok yang masih kosong, ini giliran dia yang menunggu orang tersebut datang.Tak membutuhkan waktu lama, datang seorang pria muda mengenakan celana jeans panjang dan sweater berwarna merah. Kulit wajah putih bersih, hidung mancung dan rambut cepak yang yang tertata rapi. Iya benar, dia adalah Aldi.Saat edaran mata Aldi menemukan Dicky yang tengah duduk sem
“Itu ada yang datang kak!” jawab Rafi.Rasa penasaran menyelimuti pikirannya. Siapa yang datang, sedang dirinya merasa tidak ada yang memberi kabar ingin berkunjung.Kayla turun dari kamarnya menuju ruang tamu. Betapa terkejutnya Kayla saat mengetahui bahwa yang datang adalah Wika si psikolog yang dikenalkan Aldi beberapa hari yang lalu. Saat mengetahui siapa yang datang segera ia menemuinya dan menemani Wika yang sedari tadi duduk di ruang tamu ditemani ayah dan ibunya.“Kak Wika?? Tahu dari mana rumahku?” Sapa Kayla ramah dan pen
Siang itu sepulang dari mengajar Kayla sudah ditunggu Dicky di depan sekolah. Saat sepeda motornya keluar gerbang sekolah, sudah terlihat seorang pria tampan berpenampilan rapi berdiri di samping mobil tengah senyum-senyum ke arahnya. Menyadari hal itu Kayla pun tersenyum girang dan segera menghampirinya.“Haii... Kok di sini?” Sapa Kayla sambil bersalaman.“Nungguin ibu guru. Ayo pulang!!” Ajak Dicky penuh senyum.“Ayo!! Tapi aku pakai motor, kita ketemu di rumah ya.” Sahut Kayla lalu melajukan kembali kuda besinya.
Siang itu di stasiun tugu Yogyakarta, Kayla sedang berdiri menunggu Dicky yang memberi kabar sedang di jalan hendak menjemputnya. Kayla menunggu di luar stasiun beberapa saat, karena Dicky belum juga datang akhirnya ia berjalan keluar menuju emperan Malioboro.Saat sampai tepat di pojokan Malioboro, terdengar suara laki-laki yang tak asing dari arah belakang. Seketika Kayla menoleh mencari sumber suara. Ternyata seorang pria muda berseragam polisi tengah tersenyum kepadanya. Benar sekali, dia adalah Aldi si polisi rupawan yang juga adalah mantan kekasih Kayla kala masih putih abu-abu.Dengan langkah panjangnya Aldi berjalan menghampiri Ka
Beberapa saat kemudian Kayla kembali lagi ke kamar Dicky. Kali ini ia membawa piring berisi bolu pandan seperti yang disarankan oleh Bu Larasati. Dengan wajah lebih ceria Kayla meletakkan piring itu di dekat kopi yang telah dibawa sebelumnya.“Kata mama, mas Dicky suka bolu pandan. Ayo dimakan, mas...” Ucap Kayla ceria.“Iya...” Jawab Dicky singkat.Kayla benar-benar mulai gemas dengan cara dosennya ini cemburu. Tanpa diduga Kayla mendaratkan bibirnya di pipi kiri Dicky dengan cepat.
Malam itu wajah berbinar diperlihatkan oleh Ilham. Suasana hati yang lebih baik dari sebelumnya jelas sedang ia rasakan. Kini dirinya mulai mencoba mengirim pesan singkat pada Kayla, hanya sebuah ucapan yang tidak berharap banyak untuk dibalas.{Malam Kay, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku harap kamu memaafkan ku}Pesan singkat itu segera ia kirim. Selesai mengirim pesan tadi, Ilham kini mencoba menelepon nomor Wika yang baru tadi sore ia dapatkan.Tuuuuuttt..... Tuuuuuttt....
Selesai makan segera Aldi meraih ponselnya untuk menghubungi Wika. Tak membutuhkan waktu lama sambungan telepon pun tersambung.“ Halo Di...” Suara Wika dari seberang telepon.“ Iya, gimana? Ada kabar apaan?” tanya Aldi penasaran.“ Sebenarnya kalau lewat telepon kayak gini gak jelas. Lu bisa temuin gua nggak sekarang?”“ Emang lu sekarang di Jogja?”
Di rumahnya, kayla sedang duduk santai bersama keluarganya. Mereka menikmati kebersamaan seperti biasa di depan ruang tv sambil menyaksikan tayangan televisi yang menarik bagi mereka.“Ayah, ibu... Kalau aku kerja di Jogja boleh nggak?” tanya kayla.“Kerja apa di sana?” tanya ibunya.“Jadi customer service di salah satu kantor provider yang ada di Jogja. “ jawab kayla.&ldq
‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Sampai di alun-alun Kayla sudah melihat Wika dan Ilham sedang duduk di tempatnya tadi menunggu. Dari kejauhan terlihat mereka sedang mengobrol lumayan akrab, senyum dan tawa kecil tampak muncul dari keduanya.Kayla menepikan sepeda motornya lalu segera menghampiri Ilham dan Wika. Senyum bersahabat Kayla lemparkan pada mereka, benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya.“Hai... Udah lama nunggunya??” Tanya Kayla.“Belum terlalu lama kok.” Jawab Ilham dan Wika hampir bersamaan.Ilham terlihat sedikit malu kala melihat ke arah Kayla. Namun demi mencari suasana menyenangkan dan melupakan kekesalannya pada Dicky, Kayla bersikap ramah dan bersahabat.“Ham, gimana kondisi kamu?? Badannya masih pada kaku nggak?” tanya Kayla ceria.“Udah nggak, Kay...” jawab Ilham sangat bahagia disapa lebih dulu oleh Kayla.“Makanya kita joging supa
Dengan perasaan yang tidak tenang akhirnya Kayla sampai juga di kampus. Tujuan utamanya adalah ke ruang prodi menemui Dicky.Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Kayla segera bertanya pada petugas yang ada di prodi.“Maaf, pak Dicky ada pak?”“Baru saja sampai, naruh tas terus keluar itu mbak. Tapi ini memang belum jam masuk juga.” Jawab bapak-bapak paruh baya itu.“Ya sudah... Terima kasih pak, permisi...” Ucap Kayla lalu keluar ruangan.Di luar ia kemudian melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.“Belum waktunya masuk. Mungkin dia di kantin...” ucap Kayla lirih lalu berlari ke arah kantin.Tak membutuhkan waktu lama karena letak kantin tidak terlalu jauh dari prodi. Akhirnya beberapa menit kemudian Kayla sudah sampai di kantin.Saya memutarkan pandangannya mencari Dicky. Karena masih terlalu pagi sehingga kantin belum banyak pengun
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I