"Jika dengan menyakitiku membuatmu merasa bahagia maka lakukanlah karena aku berharap dari setiap tetes air mata yang keluar itu akan mampu melebur setiap rasaku padamu meski hanya sedikit demi sedikit dan menggantikannya dengan rasa sakit yang akan bisa membuat aku membencimu," batin Savana.Hari demi hari ia lewati dengan sangat ikhlas dengan dada yang lapang meskipun banyak orang yang tahu itu tidaklah mudah. Ia hanya berharap jika semuanya bisa cepat terungkap, banyak hal yang haru ia kejar setelah bisa keluar dari penjara namun sepertinya ia juga merasa masih sangat terpukul dengan semua yang sudah terjadi meskipun ia sudah mencoba untuk ikhlas."Aku haru mengembalikan kepercayaan orang-orang terdekatku terutama Papah," batin Savana.Savana menggerjabkan matanya untuk menyesuaikan pandangannya yang terasa kabur, kepalanya terasa sakit dan badannya terasa lemas tidak bertenaga.Usia kandungannya yang sudah memasuki usia delapan bulan membuat ia sedikit kesusahan untuk bergerak kes
"Lo yang sabar ya Mbak, jangan pikir yang macem-macem karena Papah sama Mama masih ada gue, seenggaknya gue bisa untuk menjaga Papah yang lagi sakit," ucap Maura didepan Savana."Lo juga jangan banyak pikiran lagian nanti kasihan sama bayi yang ada dalam perut lo," ucap Maura."Maura, aku mohon sama kamu suapaya jaga Papah sampai Papah bener-bener sembuh," ucap Savana yang terus mengusap air matanya karena tidak berhenti-henti keluar, ia juga berpesan kepada Maura agar selalu merawat Papah Rangga yang sedang sakit meskipun Savana masih merasa ragu Maura mau merawat Papah Rangga."Iya Mbak, lo jangan khawatir.""Gue juga enggak mau lo ngerasain apa yang gue rada karena gue juga baru aja mengalami keguguran," ucap Maura yang lagi-lagi membuat Savana merasa shock."Kamu keguguran?""Iya Mbak gue keguguran dan gue baru aja sembuh dari trauma yang luar biasa, gue enggak mau Mbak lo harus mengalami apa yang gue alami karena banyak pikiran," jelas Maura."Astaga, Mbak turut prihatin ya Maura
Setelah selesai menjenguk Savana, Maura langsung bergegas mendatangi kediaman Aksa namun ternyata disana saat ini rumah itu sedang kosong hanya ada pembantu rumah tangga mereka dan bahkan pembantu rumah tangga mereka tidak tahu menahu kemana perginya para tuan rumahannya itu pergi. Maura mencoba untuk menghubungi Aksa lewat telepon namun hasilnya nihil karena sejak tadi memang Aksa tidak mengangkat telepon darinya."Aksa sama kedua orangtuanya lagi pergi kemana ya? Apalagi ke kantor? Ah masa mereka pergi ke kantor? Kalaupun Aksa pergi ke kantor biasanya Mama sama Papahnya ada di rumah tapi kok ini kosong dan anehnya ART di rumahnya aja enggak tahu mereka pergi kemana," batin Maura sambil duduk dikursi mobilnya.Sementara itu Aksa dan orangtuanya saat ini baru saja pulang dari tempat liburan andalan mereka, awalnya Aksa mengira jika pergi liburan bersama dengan orang-orang yang dicintainya yaitu Papah Vino dan Mama Devi akan membuat hatinya jauh lebih tenang dan bisa melupakan semua pe
Saat ini Maura terus tersenyum riang karena baru saja menggobrol dengan Aksa meskipun hanya lewat telepon. "Gue belum pernah sebahagia ini sebelumnya karena setelah sekian lama akhirnya gue bisa mengembalikan kepercayaan Aksa untuk bisa kembali lagi dekat dengan gue," kata Maura sambil duduk dikursi. Sambil melihat kearah cermin ia merasa bangga dengan dirinya sendiri karena ia merasa jika usahanya untuk mendapatkankan hati laki-laki yang sudah lama ia dambakannya itu akan segera terwujud. "Semuanya berjalan mulus sesuai rencana yang sudah gue susun sejak awal, ternyata Mbak Savana masuk penjara membuat banyak kebaikan dan keberuntungan yang menyelimuti gue," lanjutnya lagi sambil tersenyum menyeringai.Banyak teman-teman yang seumuran dengan dirinya yang mendekati dan mengatakan perasaannya pada dirinya namun entah kenapa hati Maura hanya menginginkan Aksa dan tampaknya hanya Aksa yang mampu mengendalikan Maura. Ya, nampaknya Maura hanya bisa menurut dan mendengarkan apa yang Aksa k
Sebenarnya niat Mama Maia untuk mengambil semua tabungan dan juga barang-barang berharga milik Savana sudah ada sejak awal Savana masuk penjara tapi baru hari ini ia berani mengambil semuanya. Saat ini hanya ada Mama Maia seorang di kamar Savana, kamar yang begitu sangat menyejukkan, dimana saat Savana tinggal dikamar ini semuanya sangat terawat dan rapi suasananya juga terasa begitu sangat menenangkan hati dan juga pikiran orang-orang yang menghuninya.Sebenarnya Mama Maia juga tidak tega untuk mengambil semuanya tapi ia merasa jika biaya pengobatan Papah Rangga juga tidak semurah yang bayangkan meskipun tidak dibawa kw Rumah Sakit."Maafin Mama ya Savana karena harus mengambil semua barang-barang berharga milik kamu," batin Mama Maia sambil memegang beberapa logam mulia dan juga perhiasan milik Savana yang tersimpan rapi didalam kotak khusus yang sangat cantik.Tidak hanya itu ternyata tadi Maura juga berhasil membujuk Papah Rangga agar mau dibawa ke Rumah Sakit. "Banyak hutang-huta
Setelah mengambil semua aset milik savana Mama Maia langsung membawa Papah Rangga untuk pergi berobat ke rumah sakit meskipun awalnya tidak mau namun suami yang sangat dicintai itu akhirnya pasrah setelah dipaksa oleh Maura anak kesayangannya.setelah sampai di rumah sakit Papah Rangga langsung segera di periksa oleh dokter dan juga petugas kesehatan yang ada di rumah sakit itu. Rumah Sakit Citra Medika, rumah sakit tempat dimana biasanya keluarga mereka pergi berobat."Akhirnya Papah mau juga dibawa ke rumah sakit," batin Mama Maia Setelah itu Maura dan juga Mama Maia berkontak mata mereka saling lirik-lirikan ketika melihat Papah Rangga Yang terbaring di atas ranjang rumah sakit Saat suaminya diperiksa oleh dokter Mama Maia langsung menarik tangan Maura dan mengajak Putri kesayangannya itu untuk keluar dari ruangan itu sepertinya mereka membicarakan sesuatu. Maura yang keheranan langsung mengerutkan keningnya sambil berkata kepada Mama maia. "Ada apaan sih mah pakai tarik-tarik ta
Setelah dokter memeriksa dan mengajak Papah Rangga untuk mengetes indra geraknya. Ternyata,tangan dan kaki tidak ada tenaga dan sulit digerakan dan setelah hal itu Dokter memvonis Papah Rangga terkena stroke ringan yang dapat disembuhkan selama didukung oleh keluarga dan terus berobat. Dokter berkata ini disebabkan banyak pikiran, dokter meminta agar Papah Rangga untuk istirahat yang cukup.setelah mendengarkan penjelasan dari dokter hati Mama Maia dan juga Maura bagaikan tersambar petir di siang bolong hati kedua wanita itu langsung rapuh seketika setelah mendengar pernyataan dari dokter yang menyatakan jika Papah Rangga terkena stroke ringan. Setelah keluar dari ruangan dokter baik Maura maupun Mama Maia keduanya langsung berpelukan.mereka sama-sama menenangkan satu sama lainnya meskipun keduanya sama-sama hancur setelah vonis yang diberikan oleh dokter kepada Papah Rangga. "Mah ini semua gara-gara Savana," ucap Maura sambil menitikkan air matanya ia pun mencoba untuk menenangkan
Sementara itu Xabiru di kediaman mewahnya bersama Sekretaris pribadinya, Agri sedang mencari tahu identitas dan kehidupan asli Savana yang sebenarnya karena nampaknya ia sebagai kakak laki-laki satu-satunya merasa sangat sedih ketika harus kehilangan adik laki-lakinya yang sangat dicintainya belum lagi Xabiru merasa sakit hati karena Mama Yunita terus merasakan depresi akibat Erik meninggal dunia sampai kapan pun nampaknya Xabiru terus ingin membalaskan dendamnya pada Savana dan juga keluarganya. "Sudah tidak sabar rasanya untuk membalaskan dendam saya pada wanita itu dan keluarganya!" ucap Xabiru pada Sekretaris pribadinya yaitu Agri."Baik Pak saya juga akan membantu Pak Xabiru untuk membalaskan dendam pada wanita yang sudah membunuh Mas Erik," jawabnya. Saat ini Agri tidak hanya fokus untuk menyerang Savana saja melainkan juga dengan keluarganya.Xabiru juga khawatir dengan oenyakit mental yang dialami oleh ibunya akibat kematian Erik. Banyak hal besar yang terjadi setelah Erik me