Lexy terlihat bersusah payah mengejar Daxon yang pergi setelah mengucapkan selamat kepadanya dan Raven. Bagai tombak yang menusuk jantung seorang Dalmore saat tahu hal tersebut. Ia tahu hal itu juga yang dirasakan Lexy sekarang saat pria yang dicintainya mengucapkan selamat. Hingga wanita itu mengejarnya sampai ke parkiran dan menahan kepergiannya dalam keadaan emosi.
"Dalmore berhenti! Biar aku jelaskan!"
"Kau yang berhenti mengejarku, Lexy! Apa kau sungguh ingin membuat ayahmu dan Raven melihatmu mengejarku?!" Daxon berhenti secara tiba - tiba dan berbalik.
Lexy ikut terhenti dan terkejut dengan gerakan spontan dari Daxon.
"Aku tak peduli jika itu bisa membuatmu mendengarkanku sekarang!" tukas Lexy dengan dadanya yang bergerak naik-turun dengan cepat.
Dua hari kemudian…Setelah pertikaian antara Daxon dan Lexy yang diakibatkan karena sebuah pengumuman sang laksamana di malam tahun baru kemarin selesai, keadaan pun sekarang menjadi sedikit berbeda.Memang tak ada yang menyangka jalan pikiran seorang Dereck, seperti kata Lexy sebelumnya …, bahwa sang ayah akan melakukan apapun yang menurutnya terbaik untuk istri dan putrinya termasuk dalam hal pendamping hidup— walau ia berusaha menolak dengan halus. Namun, keputusan Dereck tetaplah mutlak. Bahkan Elizabeth yang menilai Lexy lebih menyukai adik dari Raven saja, tak bisa berkata banyak selain meminta putrinya untuk bersabar dengan sifat ayahnya.Lantas Daxon, yang selama dua hari mencoba bersikap tenang di depan Raven, nyatanya ia tak bisa terus berpura-pura. Satu harian penuh Raven menceri
Uap yang mengepul di mangkuk membuat Lexy harus meniup-niupkannya sebelum menyuapi bayi besarnya. Daxon baru sadar kembali setelah Lexy mengompresnya selama satu jam dan suhu tubuh Daxon kembali normal."Bagaimana bisa kau tak memakan apapun sejak dua hari lalu? Dan semalaman kau malah minum alkohol!" tukas Lexy kesal. Mengetahui semua informasi itu dari informan terpercayanya di rumah Daxon."Darimana kau tahu? Angeline selalu membawakan makanan ke kamarku," ujar Daxon."Dan Angeline memberitahuku bahwa kau tak memakan semuanya!" tukas Lexy. Menyodorkan sesendok bubur ke mulut Daxon.Daxon terkekeh pelan. "Kini Angeline menjadi mata-matamu?" Daxon menerima suapan dari Lexy."Jangan mengalihkan, Daxie! Kau mengkhawatirkan. Di
Bandar Udara Militer, New YorkPukul 05.30 PMSuasana bandar udara khusus militer sudah sangat ramai begitu Raven dan Daxon tiba. Semuanya sudah memakai seragam lapangannya masing-masing dan berbaris rapi sesuai instruksi komandan. Termasuk seorang Dereck yang sudah hadir lebih dulu di sana. Tampak sedang memberikan perintah serta arahannya dengan wajah tegas dan suaranya yang lugas.Begitu sampai di barisan, kedua bersaudara itu langsung memberi hormat dan melapor atas kedatangan mereka, yang kemudian diterima dan setelahnya mereka ikut dalam barisan apel sore itu. Walau cuaca dalam kondisi dingin dengan turun salju yang lebat, tak ada satupun yang bisa mengeluh karena hal itu. Apalagi waktu liburan mereka terpotong karena harus kembali ke pangkalan, tanpa terkecuali.Setelah selesai dan barisan dibub
"Da- Dalmore?"Lexy segera melepas tangan Raven yang berada pada pinggangnya dengan cepat. Sayangnya mata Daxon sudah lebih dulu melihatnya. Hal tersebut membuat Lexy was-was— takut bila Daxon kembali salah paham, sedangkan Raven yang berada di belakang sedikit terkejut dengan gerakan spontan yang dilakukan oleh Lexy barusan, tetapi ia mengerti saat melihat ada Daxon di depannya. Mungkin Lexy malu, pikirnya.Namun, bukan mengeluarkan ekspresi marah atau cemburu seperti biasanya, Daxon dengan ramah tersenyum pada keduanya. Ia juga menyapa kakak dan si putri laksamana itu untuk kemudian disuruh masuk."Lexy mencari ayahnya. Ada sesuatu yang ingin ia berikan. Apa kau melihat paman Dereck?" Raven memberi tahu Daxon sambil mencari - cari keberadaan ayah Lexy."Pam
Pangkalan Angkatan Laut - US Navy Seal team 1Pearl Harbour || Hawaii, Honolulu • 23.30 PMSetibanya seluruh Marinir ke pangkalan. Para pemimpin pasukan segera menyusun strategi penyusupan untuk menyelamatkan seorang ilmuan dari CIA. Sementara itu para bawahan melakukan tugas masing - masing mempersiapkan segala kebutuhan untuk menjalankan misi penting tersebut.Semuanya berharap bisa menyelamatkan agen CIA tersebut tanpa harus melakukan gencatan senjata dari kapal yang siap tempur. Berharap situasi bisa dikendalikan sebisa mungkin tanpa harus melakukan peperangan di atas lautan."Kita memiliki empat pulau yang harus kalian singgahi. Memastikan di salah satunya adalah tempat penelitian ilegal terselubung, yang menyekap agen CIA." Dereck menunjukkan ke empat gambar pulau kecil yang mengelilingi kepulauan Hawai
Daxon meratapi punggung Raven yang melangkah menuju kapalnya. Ia mengembuskan napas gusar setelah mendengar ucapan Raven atas apa yang telah diduga sang kakak antara dirinya dan Lexy."Ini sungguh bencana. Raven sama sekali tak berubah!" rutuknya kesal.Lantas Daxon berdiam sejenak, memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk mengembalikan fokus Raven. Kelemahan Raven satu - satunya yang sangat membahayakan, dan harus terjadi disaat genting seperti ini. Hell ya!Daxon kembali mendengkus kesal. Tak dapat menahan diri untuk menyembunyikan gerak geriknya dengan Lexy saat di depan Raven. Ia yakin sang kakak curiga dengan tatapan Lexy yang tertuju padanya sebelum berangkat tadi."Oh, C
Raven baru saja menginjakkan kakinya di bibir pantai, ketika keadaan di sekitarnya sudah banyak kepingan kapal yang berserakan, juga beberapa orang berseragam seperti miliknya ikut terseret arus hingga mendamparkan mereka ke pasir dalam keadaan yang terbilang tragis dan mengenaskan.Begitu juga dengan tim-nya yang sudah menerima mandat untuk melakukan penyisiran ke seluruh tepi pantai dan juga kondisi dalam hutan. Sekaligus mencari tahu mengenai kondisi pulau tersebut dan menjalankan misi mereka soal pencarian ilmuwan penting itu.Dalam keadaan yang campur aduk, Raven berlari ke sana - ke sini untuk mencari sang adik yang belum juga dapat ia temukan. Sebagiannya adalah kru Daxon yang naas tak dapat tertolong. Tak ada satupun yang selamat ia temui. Namun, tak menghentikan niat Raven untuk terus mencari. Walau fajar telah menyingsing dan keadaan langit mulai bend
Raven perlahan membuka kedua matanya yang terasa begitu berat. Mencoba menjemput kesadarannya yang dirasa sangat sulit didapat. Begitu juga dengan anggota tubuhnya yang lain, sangat susah baginya untuk bergerak sekarang. Bahkan mengangkat tangan pun ia susah.Masih di tempatnya, Raven tampak dalam kondisi yang bisa dikatakan kritis. Kepalanya terbungkus perban tebal, lehernya disokong alat, begitu juga masker oksigen yang menutupi hidungnya, dan selang infus yang tertancap di kedua tangannya, serta tubuh dengan luka bakar pada bagian punggung dan dada hingga mencapai wajahnya— walau tak begitu fatal, akan tetapi sanggup membuat seorang Raven tak bisa berkutik sama sekali.Bahkan saat ia mencoba bersuara, tenggorokannya seperti tercekat hingga yang keluar hanyalah suara seperti orang tercekik.Mencoba menggerak