"Igo ... Cia ... ada tamu!" seru Nyonya Chintami dari depan pintu kamar pasangan remaja itu.
Ciara yang baru saja dikeringkan rambutnya oleh Igo pun bertanya, "Tamu siapa tuh, Go? Nyariin lo sama gue?"
"Bentar gue tanyain ke nyokap!" tukas Igo setelah mencabut kabel hair dryer. Dia membuka pintu kamar lalu bertanya ke mamanya, "Siapa yang cariin Igo sama Cia, Ma?"
"Teman-teman sekolahmu. Ada Kevin, Jacky, Alex, dan Mike di ruang tamu tuh. Bik Parni lagi hidangin teh sama camilan sembari mereka nunggu kalian turun!" jawab Nyonya Chintami yang telah mengenal teman dekat Igo.
"Oke, Ma. Kami turun ke ruang tamu sebentar lagi!" jawab Igo lalu masuk kembali ke kamarnya.
"Beib, ganti baju yang sopan ya? Jangan pake celana pendek dan baju tipis begitu. Ada anak-anak genk Auto Drift yang bertamu!" ujar Igo sambil duduk di tepi ranjang.
Ciara memilih baju ganti d
Suara Pak Sujatmiko berkumandang melalui speaker yang tersambung ke semua kelas di SMA Teruna Negeri. Para murid mendengarkan ditemani guru kelas masing-masing dengan seksama. Mereka tak ada yang berani ribut maupun berkomentar sepatah kata pun hingga pengumuman penting itu selesai dibacakan."Sekolah kita akan menerapkan sanksi tegas bagi pelaku bullying yang terbukti telah melakukan perundungan terhadap korban rekan mereka di SMA Teruna Negeri. Bila sudah menimbulkan kerugian yang terlalu besar bagi korban maka pelaku akan dikeluarkan alias di-drop out dari sekolah ini. Mengenai kasus Ciara Eloise Sasmita, kelas 10-A, kami akan memantau terus perkembangannya. Kita semua seharusnya patut bersimpati atas kejadian memalukan yang menimpa keluarga Ciara. Jangan menambah beban anggota keluarga yang tidak bersalah dalam skandal video asusila yang marak beredar di dunia maya dengan melakukan perundungan dan main hakim sendiri!" Pak Sujatmiko berapi-api dalam menentukan sikapnya membela muri
"Halo, Mas Alex. Saya dan tim akuntan sudah mengolah data keuangan perusahaan grup Sasmita dan hasilnya memang terjadi kebocoran besar-besaran dari kas karena penggunaan untuk kepentingan pribadi pemilik usaha. Utang bank dan ke beberapa suplaier juga menumpuk, jatuh tempo sudah dekat. Sepertinya kondisi perusahaan genting dan harus segera diselamatkan!" tutur Pak Erwin, akuntan publik yang mengaudit perusahaan yang dipimpin papa Alex dan Ciara.Alex tercenung mendengar pemaparan Pak Erwin tentang kondisi perusahaan keluarga Sasmita. Persoalannya dia tak tahu harus melakukan penyelamatan usaha seperti apa karena tak pernah ikut mengelola perusahaan."Pak Erwin, saya kurang mengerti langkah seperti apa yang harus dilakukan terkait hasil audit Bapak—" Alex menggaruk-garuk kepalanya."Maaf, Mas. Saya rasa langkah-langkah yang harus diambil pihak pemegang saham dan eksekutif harus dirapatkan terlebih dahulu agar
"Igo ... lepasin! Gue mau bikin perhitungan sama perempuan gak bener itu!" teriak Ciara yang dipanggul di bahu Igo saking bengalnya.Telapak tangan Igo menepok bokong istrinya agar berhenti bertingkah. "Kagak, lo tuh nggak nyadar ditontonin orang banyak, Cia!" tolak Igo kekeuh. Dia langsung menjejalkan istrinya ke dalam mobil sedan BMW yang masih dibawanya hari ini."IGO!" protes Ciara yang segera diputus oleh ciuman bibir suaminya tepat di bibirnya.'Nurut gak lo?!' tukas Igo melalui telepati.'Curang! Mesti banget ngasih kiss buat nyuruh gue diem!' balas Ciara dalam kondisi mulutnya terperangkap.Akhirnya, Igo melepaskan lumatannya di bibir Ciara lalu menutup pintu mobil samping gadis itu. Dia berlari menuju bangku pengemudi dan langsung tancap gas membawa istrinya menjauhi TKP. Memang bertemu dengan selingkuhan papanya membuat Ciara mengamuk hingga lupa daratan. Zaman se
"Mas lihat sendiri 'kan hasil didikan istri tua Mas Tono itu?! Penampilanku kacau begini, malu dilihat orang!" jerit Cindy tantrum di dalam restoran yang ramai pengunjung.Pak Hartono pun clingukan tak nyaman kuatir ada yang mengenalinya sedang bersama wanita simpanannya. "Sstt ... sudah ... sudah! Kita pulang aja dulu. Kamu bisa mandi dan ganti baju biar bersih!" bujuknya."Mas, turuti dulu permintaanku baru aku mau berhenti marah-marah!" Cindy berkacak pinggang sok berkuasa."Mau kamu apa, Cindy? Ayo kita ke mobil saja bicarakan baik-baik, kamu apa nggak malu jadi tontonan orang banyak begini?" Pak Hartono mencoba mengalah agar situasi tak semakin kacau saja.Akhirnya, Cindy mau menurut dan meninggalkan restoran bersama Pak Hartono. Dia masuk ke mobil lalu meraih tissue di dashboard banyak-banyak untuk membersihkan kepala dan badannya yang disiram stroberi smoothies oleh Ciara.
"Mas, kamu keterlaluan! Alex ini anak kamu lho, masa kamu tega mukul dia demi membela selingkuhanmu itu?!" protes Nyonya Wina sembari memeluk putranya di lantai. Dia masih mencoba menyadarkan Pak Hartono atas kesalahannya.Sayangnya, yang ditegur malah mendelik seram. Pak Hartono merangkul bahu Cindy. Dia berseru, "Anak kurang ajar masih saja kamu bela dia! Cindy ini sudah sah kunikahi jadi istri muda. Bukan sekadar kekasih gelap saja!"Fakta itu membuat Nyonya Wina seperti tersambar gledek. Wajahnya mendadak pucat pasi dan gemetaran sekujur tubuh. Alex pun segera membawa mamanya bangkit dan mendudukkan Nyonya Wina ke sofa. "Ma, tolong jangan jadi wanita lemah. Mama harus lawan papa juga kayak Alex dan Cia!" ujar Alex menggenggam tangan dingin sang ibu.Nyonya Wina melemparkan tatapan tajam ke Pak Hartono dan Cindy. Dia yakin bahwa tak ada lagi gunanya mempertahankan biduk rumah tangga yang telah diporak porandakan wanit
"Mas Hartono, tolong jangan salah paham. Saya ke mari karena memang Alex dan mamanya Anda usir keluar dari rumah ini. Akan ke mana mereka malam-malam begini? Anda sebagai ayah dan juga suami apa tidak kuatir?!" Pak Reynold Subrata nyaris lepas kendali. Belum lagi si partner gancet suami mantan terindahnya berdiri sok hebat di rangkul mesra oleh Pak Hartono."Itu salah mereka sendiri kok! Saya kalau mereka mau menerima Cindy dengan baik di rumah ini, pastinya nggak akan ngamuk!" bela Pak Hartono tanpa mengakui bahwa dirinya yang bersalah dalam keributan besar tadi.Telunjuk Pak Reynold teracung ke wajah Cindy dengan dada bergemuruh. "Dia itu wanita murahan, mana bisa dibandingkan dengan Wina, hahh? Mas Tono mungkin sudah diguna-guna sama dia kali ya?!" seru Pak Reynold dengan wajah jijik menatap lurus ke pelakor itu."Ahh ... situ nunjuk aku ini pelakor, padahal kamu pebinor juga 'kan?! HAHAHA!" balas Cindy menuduh Pak Reynold karena tahu pria itu mantan kekasih Nyonya Wina."DASAR KAU
"Cia, ayo gabung makan malam bersama kami!" sambut Pak Reynold Subrata saat melihat gadis remaja yang mewarisi kecantikan Nyonya Wina ketika muda dahulu menghampiri meja makan restoran hotel.Semenjak kecil pria itu selalu baik kepada dirinya dan Alex, jadi Ciara mengenal dekat Pak Reynold. "Makasih, Om Rey. Cia berutang budi karena malam ini, Om sudah menolong keluarga kecil kami!""Ahh ... sudahlah, pertolongan kecil jangan dibesar-besarkan. Kamu dan Igo sudah dinner apa belum tadi?" balas Pak Reynold sembari meneruskan makan malam dengan santai."Belum sempat selesai makan sih karena dengar kabar tidak menyenangkan tadi dari Bang Alex lalu kami memutuskan berangkat ke hotel ini!" jawab Ciara apa adanya. Mamanya pun membantu mengambilkan makanan ke piring kosong di depan Ciara.Sementara Ciara justru mengambilkan makanan untuk Igo karena dia istrinya. Mereka berlima pun berbincang santai sembari menikmati makan malam."Cia, Om minta tolong untuk hadir di rapat luar biasa perusahaan
Bunyi alarm ponsel Igo berbunyi nyaring pukul 05.00 WIB di nakas samping tempat tidur. Dia meraih benda pipih itu untuk mematikan alarm. Di sampingnya, Ciara masih enggan membuka mata. Maka Igo pun berkata, "Cia, gue turun ke parkiran buat ambil travel bag bentar ya. Seragam kita masih ada di mobil!""Umm ... oke!" sahut Ciara dengan kelopak mata yang terasa berat. Dia pun berpesan, "Go, jangan lama-lama ya!""Iya, cuma ke mobil aja di parkiran lantai UG!" sahut Igo lalu bangkit dari tempat tidur yang hangat. Segera dia meninggalkan kamar lalu turun dengan lift yang sepi karena masih pagi.Tanpa melakukan aktivitas lainnya, Igo hanya mengambil travel bag berisi seragam mereka berdua dan peralatan mandi serta alat rias Ciara yang sederhana. Dia kembali naik ke lantai tiga membawa barang tersebut. Namun, Ciara masih tertidur pulas. Akhirnya, Igo mengalah mandi duluan.Ciara yang mendengar s
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me