Oleh sopir pribadinya, Romeo diberitahu bahwa Hana dibawa pergi oleh seorang wanita tak dikenal. Kengerian segera muncul di wajah Romeo.
"Ke mana perginya mereka?" tanya Romeo tidak sabar, dia mempercepat langkah kakinya. Ada yang tidak beres di sini, Hana selalu memberitahu ke mana dia pergi. Tetapi sekarang mengapa Hana tidak mengatakan apa-apa. Romeo diantar oleh sopirnya ke sebuah gang yang tidak banyak ornag berlalu lalang di sana, dan matanya membelalak lebar, melihat apa yang sedang terjadi di sana. "Hubungi Jenny," pinta Romeo dengan cepat. Tuan Chen, sopir pribadi Romeo, menganggukkan kepala, dan mengambil ponselnya segera menghubungi wanita yang berprofesi sebagai polisi itu.Romeo keluar dari mobil, dia melangkahkan kakinya keluar.Para wanita masih saja berusaha melakukan perlakuan kasar kepada Hana. "Suamiku," panggil Hana ketika dia melihat Romeo baru saja keluar. Semburat merah hadir di wajah RomeoBerita tentang kejatuhan Tuan Barito sudah diketahui di seluruh kota mereka.Tuan Barito dipenjara karena kasus penganiyaan istrinya, namun kasus tentang video itu seakan hilang lenyap dari peredaran, dan tidak ada yang pernah membahasnya lagi. Kasus pembulian yang melibatkan Hana sebagai korban juga telah diketahui oleh masyarakat sekitar, dan mereka sangat menyesali bahwa Nyonya Barito tersangka utama atas kasus ini.Setelah itu, Bima membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, dan dia tetap mendekati Hana, seperti rencana awalnya.Romeo tidak menyukai tentang ide ini, tetapi dia hanya memperhatikan dari jauh."Saya yang menang kali ini, Bim!" ungkap Hana sangat senang telah memenangkan pertandingan malam ini. Hana dan Bima berada di lapangan badminton, mereka bermain bersama malam ini.Napas Bima terengah-engah. Dia merasa kewalahan.Mengapa melawan wanita saja dia tidak bisa? pikir Bima dalam hati. Seharusnya tidak sepert
Mengapa meninggal? Apa artinya bayinya telah tiada? Kami kehilangan bayi kami? tanya Romeo berkali-kali dalam hati. Siapa yang telah membuat bayinya meninggal? tanya Romeo dalam hati, dia benar-benar geram. Memutuskan untuk menghubungi Tian, orang kepercayaannya.“Siapa orangnya yang telah menganiaya Hana?” tanya Romeo tanpa basa-basi. Wajahnya menahan geram dan dia menginginkan pecundang itu sekarang juga.Dalam waktu yang singkat, Tian berkata, “Namanya Ali. Dia adalah pemain badminton di tempat yang sama dengan Nyonya Hana. Sekarang sedang berada di dalam pesawat. Dia telah membeli tiket pesawat satu hari sebelum. Tujuan kota A. Kelihatannya sudah direncanakan.” “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan,” jawab Romeo dengan suara dingin.“Apakah kamu serius?” Adalah pertanyaan yang hendak ditanyakan Tian kepada teman sebayanya, namun dia tidak pernah menanyakan hal ini kepada Romeo. Romeo se
Hana pulang dari rumah sakit, dia tinggal di rumah mertuanya selama hampir setengah bulan. Romeo tidak mengunjungi Hana selama Hana berada di rumah orangtuanya."Apakah kalian yakin bahwa kalian tidak sedang bertengkar?" tanya Nenek Gong, neneknya Romeo, satu-satunya orang di rumah itu yang senang dengan kehadiran Hana di rumah mereka.Hana termangu, sebagian dirinya berharap bahwa Romeo dan dirinya memang tidak sedang bertengkar.Dengan cepat, Hana mengembangkan senyumnya dan wajahnya yang semula muram berubah menjadi cerah. "Tidak," katanya, "kami baik-baik saja. Romeo memang sedang bekerja. Dia sangat sibuk."Nenek Gong menganggukkan kepalanya. "Romeo memang seperti itu, dia memang sedikit keras kepala, wajar kalau kalian bertengkar."Wajah Hana memerah. Dia tidak ingin Nenek Gong mengetahui bahwa mereka memang sedang bertengkar.Bagaimana bisa Santi datang ke rumah sakit hanya untuk menggoda suaminya. Dan mengapa Romeo begitu bodoh hingga bisa
Wanita yang ada di depan Romeo tersenyum tipis. Dia sudah mencari tahu siapa wanita yang bersama dengan Romeo saat ini. Itu istrinya, Hana. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjanjian, itu setidaknya yang didengar oleh wanita berbikini yang kini berdiri di depan Romeo."Alexis?" tanya Romeo sambil menyipitkan mata. Dia adalah teman Romeo saat berada di kampus. Seorang teman dengan benefit. Wanita itu dulu selalu menggoda Romeo kemana pun Romeo pergi. Dia selalu menginginkan Romeo dan rela menukar apa pun itu dengan tubuhnya.Wanita itu tersenyum lebar. "Jadi kamu ingat?" tanya wanita itu, membuat Romeo tidak nyaman berada lama-lama di sana."Aku bersama istriku," Romeo memberitahu. Namun Alexis tidak berpura-pura sungkan, dia malah mengulurkan jarinya yang panjang dan membelai dada Romeo. "Aku sudah lama mencari kamu, ternyata kita bisa bertemu di sini."Tidak ada alasan apa pun yang menyenangkan untuk berselingkuh, apalagi hal itu
Tetapi ketika Romeo menoleh, dia melihat wanita itu sedang menangis karena melihat apa yang baru saja dia dan Alexis lakukan. Hana segera berlari dari mereka dan Romeo yakin bahwa Hana terluka. "Hana!" teriak Romeo, dia segera mengejar Hana.Kenapa ini harus terjadi! umpat Romeo dalam hati. Momen ini sangat disayangkan. Mengapa ini harus terjadi? Mengapa Alexis menjadi tidak waras seperti itu? Mencium dirinya di depan Hana! Berengsek! rutuk Romeo berkali-kali dalam benaknya. Dia mempercepat larinya sebab dia ingin menyusul Hana untuk menjelaskan apa pun yang telah terjadi, bahwa semuanya hanya salah paham."Hana, tunggu!" Romeo hendak mengejar Hana ketika sekelompok pria dan wanita yang berencana bermain voli di dekat pantai tiba-tiba melewati Romeo."Sial!" Dia tidak punya pilihan lain selain menunggu setelah kelompok besar itu lewat dan kemudian dia berlari lagi untuk mengejar Hana. Romeo khawatir kalau dia kehilangan jejak Hana, dan ti
Sementara itu di kota A, tempat tinggal Bima. Wajah Bima tertekuk, kakinya terasa sangat berat ketika dia teringat harus segera pulang.Bunyi ponselnya terdengar lagi hingga lima kali. Ponselnya tidak akan pernah berhenti berdering sebelum Bima mengangkatnya.Murahan! rutuk Bima dalam hati. Mulutnya selalu mengucapkan seribu macam ucapan tidak baik bila itu berhubungan dengan istrinya."Iya, aku pulang. Sekarang apa lagi!" bentak Bima yang terlihat jelas bahwa dia tidak mencintai wanita yang sedang menelponnya itu. "Kamu memang tidak bisa menunggu, ya!"Namun dengan cepat suara wanita sedang meminta maaf terdengar, "Maaf. Bukan maksud saya mengganggu kamu, tetapi--""Tetapi apa!" Kesabaran Bima sudah habis.Pasti ini diminta oleh mamanya, karenanya wanita gila itu berani menghubunginya, dengus Bima dalam hati. Hatinya panas melihat wanita yang selalu memberikan tubuhnya kepada laki-laki, dan berhubung nasibnya tidak baik, maka dirinyalah yan
"Tidur saja, Ibu. Tidak perlu repot-repot bangun. Aku hanya membawa pulang piring kotor dan aku tidak berniat mengganggu Ibu." Bima segera ke dapur, dan membawa semua barang kotor yang telah mereka makan selama mereka berada di sawah tadi.Ibu dengan terpaksa masuk kembali ke kamar. Hari ini badannya sedang tidak enak. Mengapa dia merasakan pusing yang tidak menentu dari hari ke hari. Nyonya Bildad memikirkan hal ini terus. Dia merasa aneh mengapa dia semakin merasa tidak sehat semenjak Bima datang. Seharusnya badannya semakin pulih, sebab obat yang diberikan Bima. Bima bilang bahwa obat itu sangat manjur dan hanya vitamin yang bisa membantu daya tahan tubuh."Mengapa kamu meneleponku, Berengsek!" Suara Bima terdengar sayup dari tempat Bu Bildad berada.Ada apa dengan Bima? Apakah Bima sedang menelepon seseorang? tanya Bu Bildad dalam hati.Awalnya Bu Bildad tidak mau bangun dari tempat tidurnya, namun Bima membuatnya merasa takut dan cemas.
Telepon itu masih berdering, dan Bima semakin mempercepat gerakannya untuk segera mendapat pelepasan. Suara erangan wanita yang berada di bawah Bima terdengar jelas, membuat Bima semakin bergairah."Aku buang di luar," bisik Bima setelah berhasil membuat wanita di bawahnya menggeliat kewalahan berusaha menyeimbangkan gerakan erotis Bima.Si wanita melihat Bima membuang benihnya di luar. “Istrimu meneleponmu dari tadi, jadi kamu akan meninggalkanku demi istrimu yang cantik itu?” goda si wanita dengan tangan masih telentang ke atas.Bima berdecih, dia tidak mau momen kemesraan mereka diganggu dengan hal yang sangat tidak penting seperti itu. Wajahnya berubah menakutkan ketika mendengar nama istrinya disebutkan. “Jangan ucapkan nama si berengsek itu di depanku.”Wanita yang masih bertubuh polos itu tertawa menyeringai saat dia berkata, “Mengapa kamu sangat membencinya?” Jari lentik si wanita menyusuri dada polos Bima, bulu y