Sasha meraih tangan Kevin menggenggamnya dengan erat. Ia bahkan menempelkan badannya kepada pria itu. Badannya bergetar dengan keringat dingin mebasahi punggung, serta lengannya.“Pak Kevin, saya takut mereka semua melihat saya dengan tatapan nakal,” bisik Sasha kepada Kevin.Mengikuti arah tatapan dari Sasha, Kevin menduga, kalau sudahada kaabr yang tidak baik tentang hubungan mereka berdua.Kevin mengajak Sasha untuk duduk di sofa ruang tamu, bangunan yang merupakan mess untuk pekerja. Ia melayangkan tatapan dingin kepada bawahannya.“Apa yang kalian lihat? Wanita ini namanya bu Sasha, ia istri dari pak Lukman yang akan menjadi wakil pimpinn proyek di sini. Beliau tidak bisa datang bersama dengan istrinya, karena ada beberapa hal yang masih harus diselesaikannya di Jakarta. Bersikaplah sopan kepadanya!” tandas Kevin.Seakan tersedar, setelah mendapatkan teguran dari Kevin. Mereka pun pamit kembali ke kamarnya masing-masing.Pegawai yang sebelumnya menyambut kedatangan Sasha dan Kev
Rahang Kevin mengetat, matanya menyorot dingin. Namun, ia berusaha bersikap tenang. Agar tidak memancing pegawai yang sebentar lagi akan berstatus sebagai mantan pegawainya ini bertindak nekat. “Hmm, cerita yang kamu dengar salah besar! Saya tidak memiliki hubungan apa pun dengan bu Sasha. Dan kamu juga harus menghormatinya sebagai wanita yang bersuami,” ucap Kevin.Sementara itu pria yang satunya berhasil mendobrak pintu kamar Sasha, Hal itu membuat Kevin tidak bisa menahan dirinya lagi. Terlebih ia mendengar jerit ketakutan dari Sasha.“Mau kemana, Pak? Urusan kita belum selesai.” Pegawai yang mendekati Kevin coba menghalanginya.Pria itu mengangkat tangan hendak mengayunkan kunci inggris yang dipakainya kepada Kevin. Namun, tiba-tiba saja terdengar seruan bernada tegas.“Berhenti! Kamu jangan melakukan tindakan yang hanya akan membuatmu berada dalam masalah.” Petugas keamanan dari proyek tersebut berseru memberikan peringatan. Sambil tangannya mengacungkan pistol yang dipegangnya.
Kevin menatap Sasha dengan tenang tidak peduli dengan kalimat yang diucapkan wanita itu. “Kamu hanya sedang mengalami syok, setelah kejadian tadi. Apa yang dilakukan pria tadi sama sekali tidak ada hubungannya denganku.”Sasha yang badannya memang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Jatuh pingsan, tetapi beruntung dengan sigap Kevin menangkap tubuhnya. Agar ia tidak jatuh ke tanah.Kevin membopong Sasha masuk mess langsung menuju ke kamar wanita itu. Dibaringkannya tubuh Sasha ke atas tempat tidur.Seorang pegwai menghampiri Kevin, sambil membawakan teh hangat dan minyak kayu putih. “Tuan, sebentar lagi akan ada dokter untuk memeriksa kondisi nyonya Sasha.”“Terima kasih! Saya mau tahu apakah rumah untuk pak Lukman dan istrinya sudah bisa ditempati besok? Saya tidak mau bu Sasha merasas tidak nyaman dengan berada di sini.” Kevin menerima minyak kayu putih itu yang ia gunakan untuk membaui Sasha. Agar ia tersadar dari pingsannya.Perlahan Sasha membuka mata yang pertama dilihatnya adal
“Bapak berulang kali mengatakan hal itu. Saya tahu itu pasti, karena Bapak merasa cemburu dan iri. Diriku menikah, serta mencintai mas Lukman,” sahut Sasha.Kevin tersenyum tipis. “Kau terbawa perasaan dengan mengira diriku, seperti apa yang kau tuduhkan. Apa yang akan kau berikan kepadaku, kalau aku bisa membuktikan suamimu tidak setia?” tanya Kevin.Sasha terdiam, ia mulai meragukan kesetiaan Lukman. Mengetahui bos suaminya itu begitu bersemangat menyampaikan tentang ketidak setiaan suaminya. Namun, ia tidak boleh meragukan kesetiaan suaminya di depan Kevin.Pria itu akan merasa senang dan menertawakan dirinya. Sudah dikhianati suami, serta hanya dianggap mainan saja oleh Kevin. Sungguh malang dirinya ini.“Megapa saya akan percaya, kalau bukti yang Bapak berikan bukanlah rekayasa? Bapak begitu membenci suamiku sampai-sampai mengirimnya ke lokasi proyek yang jauh dari mana-mana,” jawab Sasha.Kevin mengacungkan jempol. Ia merasa salut dengan kepercayaan Sasha akan suaminya. Walau ia
Sontak saja mata Sasha melebar tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. “A-apa maksudmu berkata seperti itu? Kamu akan menginap di sini, bukan? Untuk menemaniku.”Pelayan itu melihat Natasya dengan raut wajah heran. “Saya memang akan menginap di sini. Saya hanya pulang sebentar saja untuk menemui anak saya.”Sasha langsung mengembuskan nafas lega. Ia tidak takut lagi, karena tidak akan sendirian saja di rumah ini. Walaupun sebenarnya dahulu ia pun sering juga ditinggal Lukman bepergian keluar kota yang membuatnya harus sendirian saja di rumah.Sasha memilih untuk duduk di ruang tamu. Ia tidak berani keluar rumah. Rasa takut itu masih ada melihat lelaki asing di dekatnya.Diambilnya ponsel, tetapi ternyata tidak ada sinyal sama sekali. Pantas saja Lukman belum menghubunginya.“Bi! Apakah di sini sinyal ponsel memang susah?” tanya Sasha kepada pelayannya.“Iya, Bu! Di sini terkadang sinyal ada dan terkadang hilang. Apa lagi, kalau cuaca sedang buruk-buruknya. Sinyal
Badan Sasha bergetar, ia begitu emosional kepada Kevin. Yang dengan kejamnya bermaksud memberikan hukuman kepada ia dan Lukman. “Kenapa Tuan tidak mempertimbangkan kenyamanan pegawainya? Bukankah hal itu akan berpengaruh terhadap kinerja pekerja Tuan?”Kevin tidak menjawab pertanyaan Sasha, karena pelayan tadi sudah datang kembali membawakan makanan, serta minuman pesanan keduanya.Pun begitu pelayan itu sudah pergi, Kevin tetap diam saja. Ia lebih memilih menyantap makanannya. Walau, ia mengetahui dari raut wajah Sasha wanita itu terlihat kecewa.“Makan saja dahulu, berbicara kemudian!” ucap Kevin.Sasha memutar bola mata, tetapi ia hanya diam saja. Ia memakan makanannya dalam diam mengikuti Kevin. Hingga makanan tersebut sudah habis ia pun bertanya, “Sekarang kita sudah selesai makan. Tuan dapat menjawab pertanyaan saya.”Kevin justru bangkit dari duduknya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam dompet. Kemudian meletakkan di atas meja. “Kita berbicara di te
Sasha yang sengaja menjauhkan dirinya, karena tidak ingin mengganggu pembicaraan bisnis. Antara Kevin dengan manajernya menjadi terkejut. “A-apakah benar suami saya akan segera berada di sini?” tanya Sasha dengan bersemangat.Manajer itu mengangguk. Ia juga mengatakan, kalau sudah ada sopir yang pergi ke bandara untuk menjemput Lukman. Kemungkinan besar pria itu akan sampai pada malalm hari. Mengingat panjangnya perjalanan yang harus ditempuh.Manajer itu dan rekannya berpamitan kepada Kevin dan Sasha. Mereka akan kembali bekerja. Setelah berpamitan keduanya pun berlalu dari tempat tersebut.“Kau terlihat begitu bahagia dan bersemangat mendengar kedatangan suamimu. Dengan begitu cepatnya kau melupakan kehadiranku dan bisa jadi aku akan menjadi penonton dari pasangan suami istri yang kasmaran, setelah terpisah lama,” sindir Kevin.Sasha mengerucutkan bibir mendengar apa yang dikatakan Kevin. “Bukankah Tuan akan segera kembali ke kantor pusat? Saya dan mas Lukman bukanlah pasangan yang
Kevin terdiam, ia tidak bisa menjawab pernyataan Sasha. Sebagai gantinya, ia mengusap lembut lengan wanita itu naik turun. “Semua sudah menjadi takdir. Kita bertemu dan bersatu, walau harus secara rahasia. Mungkin hubungan ini akan terus berlanjut, tetapi dengan kerahasiaan yang tinggi.”Sasha menegakkan badannya, Ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Kevin. Dalam hati ia mengharap Kevin memintanya untuk meninggalkan Lukman. Akan tetapi, itu khayalan yang tidak akan terwujud.“Sebaiknya kamu pergi saja. Sebentar lagi bibi yang bekerja di sini akan datang. Aku tidak mau ia melihat kita hanya berduaan saja dan bisa-bisa kita dilaporkan kepada perangkat desa di sini.” Sasha berjalan menjauh dari Kevin.Kevin mengerti, kalau Sasha merasa kecewa mendengar jawaban darinya, tetapi ia tidak memiliki jawaban pasti untuk pernyataan Sasha. “Baiklah, aku pergi! Segera kunci pintunya begitu aku keluar.” Kevin berjalan keluar dari rumah tersebut.Ia tidak melihat wajah Sasha, karena tidak ingin
Lukman terdiam ia mengelus lembut punggung Devinna. “Aku pasti meninggalkan Sasha. Dan pada saat ini semua tinggal menunggu waktu saja kami akan berpisah. Dengan kita bersama di sini aku akan lebih sering menemuimu.”Senyum lebar menghiasai bibir Devinna. Ia menciumi wajah dan bibir Lukman berulang kali. Satu tangannya dengan berani membuka satu kancing kemeja Lukman. Kemudian menelusupkan tangannya ke balik kemeja tersebut.“Uh, Sayang! Kau membuat kita menginginkan tempat tidur,” bisik Lukman dengan suara serak.Devinna melirik sofa yang ada di ruang kerja Lukman. “Kita tidak perlu tempat tidur ada sofa.”Lukman mengikuti arah tatapan Devinna, ia mengangguk. Ia mendorong wanita itu turun dari pangkuannya. Kemudian ia berdiri dari duduknya, lalu membopong Devinna dan menurunkannya di sofa ganda.Suara tawa manja keluar dari bibir Devinna, Satu demi satu kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan oleh Lukman.“Kau selalu berhasil membuatku melupakan hal lain. Aku sangat rindu menyentuh
Lukman membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Sasha. “Astaga! Pertanyaan aneh macam apa itu?Sasha memberikan pelototan kepada Lukman, suaminya itu tidak tahu bagaimana perasaannya. Harus bersaing dengan seorang laki-laki, kalau perempuan mungkin dirinya masih bisa menerimanya.Terdengar jawaban dari ujung sambungan telepon, dengan nada kasar, ‘Anda sudah gila!’Sambungan telepon di tutup begitu saja oleh pria itu.Suara tawa Lukman pecah, matanya bahkan sampai berair. Ia memegang perutnya yang terasa sakit karenanya. “Astaga, Sha! Kamu ini lucu sekali, Bagaimana mungkin kamu mempunyai fikiran, kalau aku menyukai sesama lelaki. Sungguh ide yang konyol sekali.”Natasya memanyunkan bibir. “Bagaimana aku tidak berfikir, seperti itu? Setelah membaca pesan yang dikirimkan pria tadi kepadamu.”Lukman menggunakan satu tangannya mengusap lembut kepala Sasha. “Blokir saja kontak itu, biar kamu nyaman. Dan agar orang itu tidak mengirimkan pesan lagi.”Sasha mengangguk, ia melakukan apa yang
Kevin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Ia menatap Mona dan meraih jemari wanita itu ke bibirnya. “Seperti yang kau lihat sekarang ini Mona memakai cincin yang baru saja kupasangkan ke jarinya. Silakan.Mona menyunggingkan senyum mengejek kepada Sasha, ia dengan sombongnya mengangkat jarinya yang telah tersemat cincin dari Kevin. “Cincin ini cantik sekali dan aku sangat menyukai. Apa yang diberikan Kevin kepadaku.”Sasha mengulas senyum, walaupun harus dipaksakannya. Ia tidak mau Mona melihat hal itu, ia membenci wanita itu.“Indahnya sesuatu berbeda tiap orang, bagimu indah. Akan tetapi ….” Sasha tidak meneruskan ucapannya. Ia membiarkan wanita itu menyimpulkan sendiri. Dirinya mengangkat pundak, dengan senyuman di bibir.“Selamat untuk pertunangan kalian! Permisi, kami tidak mau mengganggu lebih lama lagi.” Lukman menggandeng Sasha menjauh dari meja tersebut.Ia sengaja membawa Sasha menuju meja yang jaraknya lumayan jauh dari meja Kevin dan Sasha. Se
Lukman tidak terlihat merasa bersalah sama sekali, wajahnya terlihat jengkel. “Mobil sialan! Mobil ini juga sering dipakai oleh pegawai lainnya. Dan aku tidak tahu siapa yang sudah meninggalkan jejak memalukan, seperti itu.”Sasha mengerutkan kening, ia mencoba mengingat sesuatu. Kemudian, ia teringat, kalau Lukman beberapa hari yang lalu pulang ke rumah hanya diantar saja. Tadinya ia mengira mobil suaminya itu masuk bengkel.Lukman menyalakan mesin mobil melajukannya meninggalkan areal pantai tersebut. Dalam perjalanan, Lukman mencoba untuk memecah keheningan dengan mengajak Sasha bercakap-cakap. Namun, istrinya itu bergeming. Ia tetap diam dengan tangan terlipat di atas pangkuan.“Mas, kita mau kemana?” tanya Sasha, setelah dilihatnya, kalau mobil yang dikemudikan Lukman tidak melalui jalan menuju rumah mereka.“Sekarang kau mau juga bicara denganku,” ketus Lukman.Sasha mengerutkan bibir, ia memang salah, karena sudah mengabaikan suaminya itu. Namun, itu ia lakukan, karena dirinya
Sasha menyentak lepas tangannya dari genggaman tangan Patricio. Ia menginjak kaki Kevin menggunakan heels yang dipakainya. “Kalau aku hamil itu tidak ada hubungannya denganmu!”Dibalikkannya badan, ia berlari menuju parkiran. Akan tetapi, Kevin tidak tinggal diam begitu saja. Ia mengejar Sasha menarik ke dalam pelukannya.“Lepaskan! Bagaimana, kalau ada orang yang melihat kita? Gosip lama itu akan kembali menyebar dan membuat rumah tangga saya menjadi semakin dalam masalah saja.” Sasha coba menggigit lengan Kevin.“Kau suka sekali menggigit! Aku akan menyukai kau melakukannya di saat dan tempat yang tepat. Aku hanya ingin jawaban jujur darimu. Apakah kau sedang hamil? Karena itu bisa jadi adalah anakku,” tandas Kevin.Sasha memejamkan mata, dihembuskannya nafas dengan kasar. “Aku tidak sedang hamil! Akku tadi hanya berbohong saja, sekarang lepaskan aku.”Kevin melepaskan lengan Sasha dari cekalannya. Ia menatao dingin wajah wanita itu. “Awas! Kalau kau sampai berbohong, maka aku akan
Dengan suara serak Sasha menyahut, “Tunggu sebentar, Mas!”Disibaknya selimut yang membungkus tubuh, diturunkannya kaki menyentuh lantai keramik yang dingin. Ia berjalan keluar kamar dengan tergopoh-gopoh, karena suara gedoran pintu, serta teriakan Lukman yang semakin keras saja.Dibukanya pintu rumah dan tidak diketahuinya, kalau Lukman bersandar pada daun pintu. Hingga secara otomatis suaminya itu langsung saja jatuh terduduk di lantai.“Astaga! Maaf, Mas. Aku tidak sengaja membuat Mas jatuh.” Sasha membungkukkan badan, hendak membantu Lukman.Ia langsung menutup mulutnya, karena aroma alkohol yang begitu menyengat. “Mas, kamu sekarang menjadi pemabuk!”Sasha membantu Lukman untuk berdiri, tetapi dengan kasar ditepis Lukman. Walaupun mabuk, Sasha yang dalam posisi berjongkok tidak siap menerima dorongan dari Lukman, hingga ia terjatuh.Dengan suara kasar Lukman berkata, “Kau yang membuatku menjadi begini! Kau menjadikan suamimu sendiri sebagai pemabuk!”Sasha menatap Lukman dengan
Sasha menjauhkan ponsel, ia menatap garang layar ponselnya. Seakan wajah Kevin terlihat di sana. “Anda keterlaluan sekali! Sudah memandang rendahku. Harus kuingatkan, kalau sudah cukup hubungan terlarang kita. Aku yakin, kalau kaulah yang sudah mengirimkan potret itu. Kau sukses membuat suamiku terluka dan marah!”KlikSambungan telepon di tutup Sasha, begitu saja. Ia melempar ponselnya ke atas tempat tidur. ‘Sekarang, apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini semua? Pernikahanku berada di ujung tanduk.’Sasha berjalan keluar kamar dengan wajah murah. Ia duduk di ayunan yang terletak di dekat pohon yang rindang. Angin yang sepoi-sepoi terasa menyejukkan, tetapi tidak dapat menenangkan hati Sasha yang gelisah.Ia sangat menyesali kebodohannya. Sekarang, ia hanya bisa pasrah saja apa yang akan dilakukan oleh Lukman. Ia harus bisa menerima keputusan yang diberikan suaminya itu.tatapan mata Sasha tertuju pada buket bunga mawar hitam. ‘Astaga! Apa lagi ini? Tidak cukupkah tadi aku me
‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. “Duduklah dan akan saya jelaskan!”Devinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.“Kalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,” terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. “Apakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.”“Saya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?