Badan Sasha bergetar, ia begitu emosional kepada Kevin. Yang dengan kejamnya bermaksud memberikan hukuman kepada ia dan Lukman. “Kenapa Tuan tidak mempertimbangkan kenyamanan pegawainya? Bukankah hal itu akan berpengaruh terhadap kinerja pekerja Tuan?”Kevin tidak menjawab pertanyaan Sasha, karena pelayan tadi sudah datang kembali membawakan makanan, serta minuman pesanan keduanya.Pun begitu pelayan itu sudah pergi, Kevin tetap diam saja. Ia lebih memilih menyantap makanannya. Walau, ia mengetahui dari raut wajah Sasha wanita itu terlihat kecewa.“Makan saja dahulu, berbicara kemudian!” ucap Kevin.Sasha memutar bola mata, tetapi ia hanya diam saja. Ia memakan makanannya dalam diam mengikuti Kevin. Hingga makanan tersebut sudah habis ia pun bertanya, “Sekarang kita sudah selesai makan. Tuan dapat menjawab pertanyaan saya.”Kevin justru bangkit dari duduknya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam dompet. Kemudian meletakkan di atas meja. “Kita berbicara di te
Sasha yang sengaja menjauhkan dirinya, karena tidak ingin mengganggu pembicaraan bisnis. Antara Kevin dengan manajernya menjadi terkejut. “A-apakah benar suami saya akan segera berada di sini?” tanya Sasha dengan bersemangat.Manajer itu mengangguk. Ia juga mengatakan, kalau sudah ada sopir yang pergi ke bandara untuk menjemput Lukman. Kemungkinan besar pria itu akan sampai pada malalm hari. Mengingat panjangnya perjalanan yang harus ditempuh.Manajer itu dan rekannya berpamitan kepada Kevin dan Sasha. Mereka akan kembali bekerja. Setelah berpamitan keduanya pun berlalu dari tempat tersebut.“Kau terlihat begitu bahagia dan bersemangat mendengar kedatangan suamimu. Dengan begitu cepatnya kau melupakan kehadiranku dan bisa jadi aku akan menjadi penonton dari pasangan suami istri yang kasmaran, setelah terpisah lama,” sindir Kevin.Sasha mengerucutkan bibir mendengar apa yang dikatakan Kevin. “Bukankah Tuan akan segera kembali ke kantor pusat? Saya dan mas Lukman bukanlah pasangan yang
Kevin terdiam, ia tidak bisa menjawab pernyataan Sasha. Sebagai gantinya, ia mengusap lembut lengan wanita itu naik turun. “Semua sudah menjadi takdir. Kita bertemu dan bersatu, walau harus secara rahasia. Mungkin hubungan ini akan terus berlanjut, tetapi dengan kerahasiaan yang tinggi.”Sasha menegakkan badannya, Ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Kevin. Dalam hati ia mengharap Kevin memintanya untuk meninggalkan Lukman. Akan tetapi, itu khayalan yang tidak akan terwujud.“Sebaiknya kamu pergi saja. Sebentar lagi bibi yang bekerja di sini akan datang. Aku tidak mau ia melihat kita hanya berduaan saja dan bisa-bisa kita dilaporkan kepada perangkat desa di sini.” Sasha berjalan menjauh dari Kevin.Kevin mengerti, kalau Sasha merasa kecewa mendengar jawaban darinya, tetapi ia tidak memiliki jawaban pasti untuk pernyataan Sasha. “Baiklah, aku pergi! Segera kunci pintunya begitu aku keluar.” Kevin berjalan keluar dari rumah tersebut.Ia tidak melihat wajah Sasha, karena tidak ingin
Kevin menatap dingin wanita yang berdiri di hadapannya. Ia memandangi wanita itu dari atas ke bawah dengan intens. Tidak ada tatapan tertarik melihat apa yang ada di hadapannya. ‘Barang kali dengan membiarkan wanita ini menemaniku, aku akan bisa membandingkan apakah diriku bisa melupakan Sasha.’Dibukanya pintu kamar lebar-lebar mempersilakan wanita itu untuk masuk. Kevin baru saja hendak menutupnya kembali, ketika ia melihat ada seorang pelayan yang mendorong meja troli berisikan makanan ke arah kamarnya.“Letakkan saja di sana! Saya sendiri yang akan membawanya masuk.” Kevin mengeluarkan uang dari dompet, lalu memberikannya kepada pelayan itu sebagai tips.Ia masuk kamar dan matanya langsung melotot. Bagaimana tidak, wanita itu sudah melepaskan pakaiannya. Hingga ia hanya memakai pakaian dalamnya yang seksi saja.Kevin mendorong meja troli itu masuk kamarnya. Ia duduk di sofa, sambil memakan makanan yang ia pesan. Diabaikannya kehadiran wanita yang tidak ia ketahui namanya.Wanita i
Wanita itu menarik nafas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kasar. “Sebagai wanita dengan pekerjaan, seperti saya, saya sudah membuang jauh semua rasa malu dan harga diri saya. Semua asalkan saya mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup saya.”Kevin melirik wajah wanita berubah menjadi sendu. Terlihat sekali, kalau ia sedang sedih. “Baiklah! Kamu temani saya sarapan.”Wajah wanita itu langsung berubah sumringah lagi. Ia hendak memeluk Kevin sebagai ungkapan rasa bahagianya. Akan tetapi, Kevin dengan cepat menghindari wanita itu. Diberikannya tatapan galak sebagai tanda, kalau dirinya tidak mengijinkan wanita itu menyentuhnya.Wanita itu tersenyum, sambil menangkupkan tangan di depan dada. Meminta maaf kepada Kevin. Sudah boleh bersama dengan pria itu saja ia merasa senang.Keduanya keluar dari lift berjalan menuju ruang makan yang ada di restoran terssebut. Keduanya mengambil makanan yang tersaji secara prasmanan. Kevin dan wanita itu duduk di meja yang ada di sudut dari
Sasha langsung membuka matanya, kepalanya terasa pusing. Dikarenakan bangun secara mendadak. Ia dapat mendengar nada suara panik dari asisten rumah tangganya. “Iya, saya akan keluar!”Sasha beranjak dari tempat tidur berjalan menuju pintu kamar. Di bukanya pintu tersebut, terlihat asisten rumah tangganya ketakutan.“Orang itu berdiri di depan jendela kaca dan tidak mau pergi, Bu! Saya takut,” ucap wanita itu.Sasha mengangguk dalam hatinya sendiri, ia juga merasa takut. Karena kenangan malam sebelumnya kembali berulang di benaknya.“Sha! Ini aku suamimu, Lukman! Cepat buka pintu ini aku sudah lelah dan lapar, serta haus,” seru suara dari balik pintu.Mendengarnya Sasha bernafas lega. Begitu mengetahui siapa yang berdiri di balik pintu rumah. “Itu suami saya, Bi!”Sambil tersenyum Sasha berjalan menuju pintu. Begitu dibukanya berdiri Lukman dengan wajah kesal dan terlihat lusuh. Tampak ia kelelahan dari gurat wajahnya.“Kenapa lama sekali? Apa kamu tidak diberitahu, kalau aku akan data
Badan Sasha bergetar, ia menggerutu dalam hati, ‘Sial! Kenapa aku lupa melepas kalung pemberian pak Kevin? Sekarang apa yang harus kukatakan kepada mas Lukman?’Diambilnya gelas berisi air putih, lalu meminum isinya. Ia sengaja mengulur waktu memberikan kesempatan kepada dirinya. Untuk memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada suaminya,“Mas Lukman memang tidak membelikan kalung ini. Apa Mas ingat kunjungan ibu panti ke rumah kita? Beliau memberikan kalung ini sebagai kenang-kengangan untukku,” sahut Sasha.Dalam hati ia merasa bedosa, karena kembali menyeret nama ibu panti ke dalam kebohongannya. Semenjak mengenal Kevin, dirinya sudah begitu sering membuat kebohongan.Kevin sudah membuatnya berada dalam hidup yang penuh dengan dosa. Ia tidak tahu sampai kapan dirinya akan tahan dengan semua rangkaian kebohongannya.“Ibu Panti sangat baik sekali kepadamu. Nanti, kalau kita kembali ke Jakarta, kita harus datang mengunjunginya.” Lukman berlalu dari hadapan Sasha.Sasha memanda
Wajah Sasha langsung berubah mendengar hal itu. Ia benci dirinya yang merasa cemburu mendengar ada wanita, yang direkomendasikan Kevin bekerja di perusahaannya. “A-apakah wanita itu cantik, maksudku bagaimana penampilannya?”Lukman menyipitkan mata menatap Sasha dengan tajam. “Kenapa kau terdengar sedih dan cemburu? Tentu saja wanita itu cantik dan berpenampilan seksi. Karena menurut beberapa orang pegawai yang ada di dekatku tadi. Wanita itu terbiasa memberikan layanan pijat ‘Plus’ di hotel-hotel.”Sasha mengerjapkan mata menahan air matanya yang hendak tumpah. Sekarang ia tahu alasan kenapa Kevin tidak membalas, serta menjawab panggilan telepon darinya.Lukman memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sendu. Ia tidak mengerti mengapa mendengar ada wanita yang datang atas rekomendasi dari pak Kevin.“Aku mau istirahat dulu, Mas. Capek, setelah perjalanan ke pasar tadi jaraknya sangat jauh.” Sasha bangkit dari duduknya.Lukman hanya memperhatikan saja. Dalam hati ia menaruh rasa curi
Kevin menatap tajam wartawati itu. “Saya akan menjawab, bahwa hubungan saya dengan bu Sasha sama sekali bukan urusan orang lain. Benar suaminya adalah pegawai saya dan ia terlibat dalam penggelapan uang perusahaan bersama dengan kekasihnya. Yang juga merupakan sekretaris saya.”Kevin diam sebentar, ia dapat mendengar riuh suara terkejut dari yang mendengar pernyataannya. “Sasha terpaksa mengikuti perintah dari suaminya, ia tidak bersalah atas apa yang terjadi. Dan saya memang akan menikahi Sasha, begitu ia dan suaminya secara resmi bercerai. Oleh karena itu, saya meminta bantuan kepada kalian semua untuk menemukan keberadaan Lukman dan kekasihnya. Agar keduanya bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.”Kevin mengangkat tangannya, ia kembali berkata, “Saya rasa sudah cukup apa yang harus kami sampaikan. Saya harap setelah ini tidak ada lagi berita tidak penting, seperti ini, karena sama sekali bukanlah hal yang penting. Saya lebih suka membahas tentang perusahaan tidak untuk masal
Sasha menggeliatkan badan mencoba menghindari cumbuan Kevin. “Tolong, jangan buat aku merasa diriku begitu hina dan rendah. Karena merasa tubuhkulah yang membuatmu menginginkanku.”“Argh!” erang Kevin kesal.Ia beranjak menjauh dengan tangan mengacak rambutnya, hingga menjadi berantakan. “Sebaiknya kita memang tinggal terpisah untuk sementara waktu. Karena aku yang tidak bisa menahan diriku menyentuhmu. Sementara kamu jelas tidak menganggap rendah hal itu.”Kevin berjalan cepat keluar dari kamarnya dan hampir saja menabrak pelayan di rumahnya. Dengan suara dingin ia berkata, “Tolong jaga baik-baik calon istri dan calon anak kami yang sedang dikandungnya. Kabarkan kepada saya keadaan Sasha kapan saja. Saya akan tinggal di apartemen.”Pelayan Kevin tertegun mendengarnya. Sebelum ia dapat menjawab perintah dari tuannya itu. Kevin sudah berlalu pergi menuruni tangga dengan cepat.Sesampai di luar rumah sopir pribadi Kevin dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya. Mobil meluncur menuju
Kevin menyembunyikan wajah Sasha dalam pelukan hangatnya. Satu tangannya merapikan tali gaun Sasha yang merosot, karena ulah tangannya. “Tenanglah! Aku akan membereskan masalah ini. Kau tidak perlu merasa bersalah dan gemetaran, karena ulah Lukman.”Sasha merasa bersyukur Kevin tidak membiarkan kamera wartawan memotretnya di saat penampilannya berantakan. Ia dapat merasakan Kevin melepas jas yang dipakainya untuk ia sampirkan di pundak Sasha.Kevin membalikkan badan menghadap wartawan yang siap dengan kamera, alat perekam, serta microphone mereka.“Kalian sudah melanggar privasi. Demi mendapatkan berita yang berasal dari sebuah gosip. Apakah kalian tau, kalau pria bernama Lukman yang menjadi naras umber kalian adalah seorang buronan? Sekarang katakan kepada saya di mana pria itu bersembunyi dan berikan nomor teleponnya kepada pihak berwajib atau pengacara saya!” tegas Kevin.Dipandanginya dengan tajam dan wajah dingin para wartawan yang mengerumuninya. Ia menatap mereka satu persatu.
Sasha membuka mulut lalu membekapnya dengan tangan, Air matanya jatuh berlinang, ia tidak menyangka Kevin akan mengungkapkan isi hatinya. “A-aku tidak tahu,” sahut Sasha dengan suara tersendat,Kevin meraih jemari Sasha kebibirnya untuk ia kecup jari-jari tangan Sasha. Satu demi satu dengan penuh kelembutan. “Apakah kau tidak percaya dengan apa yang kukatakan kepadamu? Aku tidak berbohong, Sha! Aku memang bodoh, karena terlambat menyadari perasaanku untukmu.”“A-aku percaya kepadamu, karena aku dapat merasakannya. Sayangnya cinta kita tidak dapat bersatu, karena aku masih terikat pernikahan,” lirih Sasha.“Aku akan menemukan Lukman, sekalipun aku harus memasuki hutan dan menyelam lautan. Aku akan menemukan keberadaan pria brengsek itu!” ucap Kevin dengan penuh tekad.Sasha menggelengkan kepala mengusir bayangan kekusutan masa depannya. Seandainya ia tidak berhubungan dengan Kevin. Kehamilannya tidak akan menjadi masalah yang besar. “Kita tidak boleh terlihat bersama, hingga bayi yang
Sasha menyunggingkan senyum lemah ke arah wanita itu. Bagaimana mungkin Kevin akan menikarhinya, ia hanyalah pemuas nafsu pria itu. Selain itu dirinya masih berstatus sebagai istri Lukman di mata hukum.“Tidak akan ada pernikahan di antara kami. Maaf, mengecewakan Bibi,” sahut Sasha, setelah terdiam selama beberapa saat.Sesampai di depan pintu sebuah kamar yang terletak di lantai dua. Pelayan itu mengatakan, jika kamar itu menjadi kamar Sasha. Selama ia berada di rumah tersebut.Dibukanya pintu kamar memperilihatkan ruangan yang tertata rapi. Dilangkahkannya kaki memasuki kamar tersebut.‘Apakah keputusanku tepat dengan berada di rumah ini? Bagaimana, kalau keputusan yang kuambil justru hanya membuatku berada dalam masalah yang lebih besar.’ Sasha membaringkan badan di atas ranjang.Ia sangat lelah dan ingin mengistirahatkan fisik, serta fikirannya dari keruwetan yang terjadi. Semenjak terlibat dalam hubungan terlarang dengan Kevin, ia selalu berada dalam bayang-bayang masalah yang t
Ponsel yang ada di tangan Sasha tergelincir jatuh ke permadani yang menutupi lantai. Kevin langsung mengambil ponsel itu. Wajahnya terlihat dingin dengan mata memperlihatkan kemarahan. ‘Kau tidak akan pernah bisa bertemu atau pun menyakiti Sasha!”Kevin meraih Sasha kepelukannya dan kali ini wanita itu tidak melakukan penolakan. Ia terlihat pasrah dalam pelukan Kevin.“Sekarang kau sudah tidak usah ragu lagi untuk tinggal denganku. Bisa saja Lukman dan kekasihnya akan berlaku jahat kepadamu untuk membalas dendam. Kau tentu tidak menginginkan hal itu terjadi, bukan?” Kevin meregangkan pelukan Sasha di pinggangnya.Sasha mengangkat wajah, sampai matanya bertemu dengan mata Kevin. “Aku merasa malu, karena suamiku secara terang-terangan lebih memilih selingkuhannya daripada diriku. Ia juga tega sekali membentakku.”Mungkin, karena pengaruh dari kehamilannya. Hingga Sasha berubah menjadi begitu sensitif, serta cengeng. Tubuhnya memiliki keinginannya sendiri yang tidak bisa ia kendalikan.D
Sasha membuka matanya, melalui cermin tatapannya dan Kevin bertemu, “Aku tidak sedang hamil dan aku bisa pergi sendiri ke rumah sakit untuk memeriksakan diriku, jika memang diperlukan!”Kevin menatap tajam Sasha, ia merasa jengkel dengan sikap keras kepala wanita itu. Yang menolak perhatian darinya. Wanita itu berlagak bersikap mandiri bisa mengatasi semua masalahnya seorang diri.“Jangan keras kepala, Sha! Aku tahu kamu pada saat ini sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Setidaknya diriku bisa menjadi teman untukmu, karena hanya itu yang bisa kutawarkan saat ini.” Kevin mengambil tissue gulung membersihkan untuk membersihkan wajah Sasha.Kembali Sasha memejamkan mata, seandainya saja kondisi fisik dan mentalnya dalam keadaan baik. Ia tidak akan terlihat begitu menyedihkan seperti ini.Tiba-tiba saja pandangan Sasha menjadi buram, kakinya goyah tidak sanggup menopang tubuhnya lagi. Hingga ia limbung hendak jatuh ke lantai, tetapi Kevin dengan sigap menangkap pinggang Sasha m
Sasha tersenyum keut dengan lirih ia berkata, “Aku hanya menjadi objek pemuas nafsumu saja selama ini. Terima kasih, sudah berkata jujur, walaupun terasa amenyakitkan menerima kebenaran yang kau berikan. Maaf, hati dan perasaanku bukan untuk percobaan dari perasaanmu!”“Argh!” erang Kevin nyaring.Ia memukulkan kepalan tangannya pada dinding, hingga tangannya menjadi terluka dan berdarah. Namun, ia tidak peduli. Karena dirinya membenci kesalahpahaman dari apa yang ia katakan kepada Sasha.Sasha berjalan mundur, karena merasa takut. Ia tidak berani melihat wajah Kevin yang tadi sempat dilihatnya merah dikarenakan emosi.“Aku tidak menganggapmu sebagai pemuas nafsu semata! Pahamilah, kalau apa yang kuraakan kepadamu itu terlalu rumit untuk bisa kujabarkan. Aku lebih suka kau menyebut apa yang kita berdua rasakan sebagai gairah yang alamiah antara pria dan wanita.” Kevin menatap Sasha dengan lembut.Sasha tertawa sumbang. Ia menertawakan kebodohan dirinya yang sempat berfikir, jika perci
Sontak saja Sasha membelalakkan mata menatap tidak percaya Kevin. “Kamu terlalu percaya diri. Apa kamu pikir aku sekarang masih menyukaimu? Tentu saja tidak! Aku membencimu dan tidak ingin melihat wajahmu lagi.”Kevin menyunggingkan senyum yang terlihat misterius. Ia berjalan mendekati Sasha berhenti tepat di hadapan wanita itu. Di mana jarak antara keduanya begitu rapat. Hembusan nafas hangat Kevin menerpa wajah Sasha.Membuat wanita itu tanpa sadar memejamkan mata meresapi aroma parfum yang dipakai Kevin. Ia terhanyut dengan kenangan akan parfum tersebut. Hal yang seharusnya ia lupakan, karena hanya membuat terluka saja.Suasana intim itu terganggu dengan perut Sasha yang berbunyi nyaring. Membuat Kevin tertawa dengan keras, sementara Sasha menjadi malu dengan wajah bersemu merah.Kevin menangkap tangan Sasha yang memukul dadanya. Ia menarik tangan itu, hingga Sasha jatuh ke dalam pelukannya.“Aku lebih suka kau yang marah seperti ini, dibandingkan dengan dirimu yang bermuram durja.