Share

Biarkan Aku Pergi

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-01-03 22:35:53

“Ya,” jawab Laura, suaranya setenang malam tanpa bintang, namun di dalamnya tersembunyi badai emosi yang enggan ia tunjukkan.

Ia menatap wajah Smith, matanya menyusuri setiap lekuk ekspresi terkejut yang belum sepenuhnya hilang dari pria itu.

“Aku bekerja di sana setelah pergi dari hidupmu. Dan aku juga tahu bahwa kau adalah teman kuliah Rafael. Tapi, aku tidak memberitahu Rafael bahwa kau adalah suamiku.”

Kata-kata itu menggantung di udara, seperti awan gelap yang menutupi mentari pagi. Smith masih terpaku, seolah pikirannya sedang merajut potongan-potongan informasi yang baru ia dengar.

Laura menunduk sejenak, sebelum kembali menatap Smith. Tatapannya lembut, tetapi ada kekuatan yang tak kasatmata di baliknya.

“Namun, kedatangan Louis ke hotel itu dan menemukanku di sana, akhirnya membuat Rafael tahu bahwa kau telah menikah … denganku, bukan dengan Stella.”

Smith menarik napas panjang, helaan itu seperti badai yang mencoba mereda, meski riak-riak kecil masih mengganggu kedamaian hat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Akan Melakukan apa pun

    “Tidak!” Smith menggelengkan kepalanya dengan tegas, suaranya meletup seperti petir di tengah badai, seraya menatap wajah Laura yang seolah dipahat dari batu pualam—dingin, namun rapuh di bawah permukaannya.“Aku sudah susah payah mencarimu, Laura. Dan kau memintaku untuk membiarkanmu pergi begitu saja?” Ada nada getir yang menyelinap di antara kata-katanya, ketegangan yang membuat udara di antara mereka terasa berat seperti kabut.“Atau kau sebenarnya mencintai Louis?” lanjut Smith, suaranya berubah rendah, tetapi penuh dengan tuduhan yang menusuk seperti belati tajam.Laura menoleh cepat, matanya melebar, sementara keningnya mengkerut seperti kain yang terlipat kasar.“Apa maksudmu, Smith? Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanyanya, suaranya hampir berbisik, tetapi setiap kata mengandung kejutan.“Tinggal jawab saja apa susahnya, Laura?” Smith menimpali, nadanya datar, namun tatapannya seperti bara yang mengancam untuk membakar segalanya.Laura menghela napas panjang, kepalanya sedi

    Last Updated : 2025-01-03
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Dia Milikku!

    Sudah dua hari lamanya Laura terbaring di rumah sakit. Udara di ruangan itu terasa dingin, namun tak mampu menyejukkan pergolakan batin yang ia simpan di dalam hatinya.Langit di luar jendela tampak berawan, seperti ikut menyelimuti perasaannya yang tak menentu.Ketukan pelan di pintu memecah keheningan, diikuti oleh Rafael yang melangkah masuk dengan sebuah buket bunga dan keranjang buah di tangannya.Aroma mawar segar bercampur dengan jejak jeruk dari buah-buahan itu memenuhi udara, menciptakan suasana yang sedikit lebih ceria.“Hi, Laura?” sapa Rafael dengan suara lembut, nyaris seperti bisikan. Senyumnya hangat, seperti matahari yang malu-malu muncul di balik awan.“Tuan Rafael,” jawab Laura dengan ramah, suaranya sedikit serak namun tetap terdengar manis.Ia tersenyum, walau guratan lelah di wajahnya tidak bisa disembunyikan. “Maaf, aku belum mengabarimu karena ponselku tertinggal di kostan.”“It’s okay,” balas Rafael sembari meletakkan buket bunga dan keranjang buah di meja keci

    Last Updated : 2025-01-04
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Keinginan Smith

    “Apa kau mengusir Rafael?” tanya Laura, kedua alisnya bertaut saat ia memandang ruang kosong di mana Rafael sebelumnya duduk. Kekecewaan kecil terselip dalam suaranya, meskipun ia mencoba menyembunyikannya.Smith menghela napas pelan, seolah ucapan Laura baru saja menusuknya dengan sesuatu yang tak kasatmata.“Meskipun aku tahu Rafael menyukaimu, dia tetap temanku. Mana mungkin aku mengusirnya begitu saja?” jawabnya, nada suaranya datar, namun ada sedikit getar di dalamnya, seperti riak halus di permukaan air yang tenang.Laura menyipitkan matanya, mencari tanda-tanda kebohongan di wajah pria itu. “Lantas?” tanyanya lagi, kali ini suaranya lebih tegas, seperti seorang detektif yang tak akan membiarkan satu detail pun terlewat.Smith menatapnya, matanya seperti kaca yang memantulkan kejujuran yang ia coba pertahankan. “Ada urusan yang harus dia selesaikan. Entah apa itu, tapi ketika selesai menerima panggilan, dia langsung bergegas pulang. Mungkin masalah di hotelnya.”Penuturan itu me

    Last Updated : 2025-01-04
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Pilihanku adalah Dirimu

    “Memangnya kau mengharapkan kehadirannya?” tanya Laura dengan pelan, suaranya nyaris seperti bisikan yang bercampur antara rasa ingin tahu dan keengganan untuk mendengar jawabannya.Smith menyunggingkan senyum kecil, tetapi senyum itu lebih mirip bayangan kabur dari sebuah perasaan yang tak terjelaskan.Tersenyum pasi, ia merasa pertanyaan itu seperti anak panah yang melesat tepat ke dalam pikirannya.“Ya. Aku sangat mengharapkan kehadirannya,” ucapnya dengan nada yang penuh keyakinan. “Justru pernah terbesit dalam otakku untuk menghamilimu agar kau tetap menjadi istriku.”“Huh?” Mata Laura melebar, wajahnya memancarkan kebingungan yang nyata. Ia menatap Smith seakan-akan pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang benar-benar gila.Smith menatapnya dalam-dalam, matanya seperti danau yang tenang namun menyimpan rahasia di bawah permukaannya.“Ya. Saat usia pernikahan kita hampir mendekati satu bulan. Saat makan malam di malam Valentine itu. Aku berniat akan bercinta denganmu sepulang d

    Last Updated : 2025-01-05
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Cemburu pada Sahabat Laura

    Waktu telah merangkak menuju angka tujuh pagi, membawa serta sinar matahari lembut yang merambat masuk melalui celah tirai.Laura membuka matanya perlahan, membiarkan dunia nyata kembali mengisi kesadarannya. Ia menoleh ke arah sofa tempat Smith biasanya beristirahat, namun hanya menemukan kekosongan di sana.“Ke mana dia? Bukankah semalam dia baru tidur pukul dua pagi?” gumamnya pelan, sambil mengucek matanya yang masih terasa berat.Belum sempat ia menebak lebih jauh, pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan sosok Smith yang keluar dengan rambut basah dan wajah segar.Ia duduk di samping Laura, menyuguhkan senyum kecil yang menghangatkan udara di antara mereka.“Selamat pagi,” sapanya, suaranya serak namun menenangkan, seperti melodi pagi yang akrab.Laura menatapnya, lalu mengangguk pelan. “Pagi. Apa kau sudah sarapan?” tanyanya lembut, pandangannya menelusuri garis-garis kelelahan samar di wajah pria itu.Smith menggeleng sambil menyisir rambutnya dengan jari. “Kau ingin keluar s

    Last Updated : 2025-01-06
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Drama Boneka yang Melelahkan

    "Keinginan yang sangat di luar nalar. Bisa-bisanya dia meminta boneka sebesar manusia," gumam Smith dengan nada jengkel, langkahnya terdengar berat menghentak lantai keramik mall yang berkilauan seperti kaca yang membingkai langit.Mall itu terletak tak jauh dari rumah sakit, tempat ia menghabiskan sebagian besar waktunya belakangan ini.Vicky—asisten pribadinya yang baru, menggantikan Laura yang telah pergi meninggalkan dirinya seperti angin yang enggan singgah—akhirnya tiba untuk membantunya mengangkat boneka jumbo itu.Wanita muda itu mengenakan blazer hitam yang rapi, langkahnya cepat namun penuh kehati-hatian, seperti seseorang yang meniti tali di atas jurang.“Warna apa yang diinginkan Nyonya, Tuan?” tanyanya dengan nada sopan, matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang halus.Smith berhenti sejenak, keningnya berkerut. Ia lupa menanyakan hal sepenting warna boneka itu. Dalam pikirannya, Laura, yang dulu selalu begitu detil, kini terasa jauh seperti mimpi yang memudar saat pagi me

    Last Updated : 2025-01-07
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Permohonan Smith

    Brugh!Suara berat menggema di ruang tamu saat Smith meletakkan boneka sebesar tubuh manusia dewasa di atas sofa. Laura tersentak, matanya membulat, tubuhnya seolah membeku sesaat.“Astaga, Smith,” gumamnya dengan napas tercekat. Tatapannya terpaku pada boneka itu, sebuah mahakarya berbulu lembut yang tampak terlalu besar untuk ruangan mereka, seperti raksasa yang salah tempat.“Aku pikir kau bercanda akan membeli boneka sebesar ini,” ucap Laura akhirnya, suaranya terdengar antara tak percaya dan terhibur. Mulutnya menganga lebar, seolah tak mampu menampung kejutan yang baru saja terjadi.Smith menaikkan satu alis dengan gaya khasnya, ekspresinya mencampurkan keangkuhan dan kebanggaan.“Apa maksudmu, Laura? Bahkan aku bisa memberimu yang lebih besar dari ini. Hanya saja, di toko itu hanya ini yang paling besar,” ujarnya sambil mengusap pelan ujung jaketnya, seolah ingin menegaskan bahwa ini hanyalah hal kecil yang bisa ia lakukan.Laura mendesah pelan, namun hatinya tersentuh. Ada ras

    Last Updated : 2025-01-08
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Tidur dalam Satu Kamar

    “Aku harus berpamitan terlebih dahulu pada Rafael dan karyawan di sana. Walau bagaimanapun, aku sudah bekerja di sana selama dua bulan lamanya,” ucap Laura, memecah keheningan yang telah menggantung di antara mereka selama hampir lima menit.Suaranya terdengar lembut, tetapi ada sesuatu di baliknya—sebuah kenangan yang enggan ia lepaskan begitu saja.Smith menerbitkan senyum, kali ini lebih lebar dari biasanya, seperti matahari yang menembus awan tebal.Kata-kata Laura barusan membangkitkan harapan dalam dirinya, membuat dadanya terasa penuh oleh sesuatu yang hangat.Itu berarti Laura mau kembali padanya. Tanpa ragu, ia mengangguk cepat, penuh semangat yang sulit disembunyikan.“Ya. Aku akan menemanimu ke sana untuk berpamitan,” ucapnya, nadanya mengandung kegembiraan yang hampir seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.“Huh?” Laura menoleh dengan alis terangkat, wajahnya dipenuhi kebingungan. “Bukankah kau tidak ingin orang lain tahu tentang pernikahan kita?” tanyanya dengan

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Si Kembar Telah Lahir

    "Lakukan apa pun yang terbaik bagi istri dan anak-anak saya, Dok. Lagi pula, istri saya sudah sangat kesakitan, saya tidak tega melihatnya."Smith berbicara seraya menatap dokter kandungan tersebut dengan seksama. Dokter pun mengangguk, siap melaksanakan prosedur operasi caesar.Namun, sebelum nya Smith mesti menandatangani dulu surat persetujuan karena prosedur ini bisa dibilang sakral, tidak boleh dilakukan sembarangan.Setelah selesai semua persyaratan, Smith langsung menemui Laura yang sedang kesakitan di ruang bersalin. Smith mengabarkan kalau Laura akan dioperasi demi keselamatan buah hati mereka."Gak papa, kan, kalau operasi? Kondisi kamu tidak memungkinkan, Sayang. Plasentanya menghalangi jalan lahir dan itu akan membahayakan anak-anak kita. Begitu kata dokter," tanya Smith seraya menjelaskan.Laura sudah pasrah, apa pun tindakan yang akan diambil terhadapnya, Laura tidak akan mencegah apalagi melawan. Melahirkan secara normal maupun caesar baginya sama saja, sama-sama memerl

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Menjelang Persalinan

    Setelah mendengar kabar bahwa Laura kemungkinan akan melahirkan dalam waktu dua minggu ke depan, Smith mempersiapkan segalanya salah satunya yakni dengan mengambil cuti dari kantornya.Meskipun dia adalah seorang CEO, pemilik perusahaan yang tentu memiliki kuasa, Smith tetap bersikap profesional dengan mengajukan cuti secara resmi. Untuk sementara, posisi dan pekerjaannya akan ditangani oleh Louis, adiknya."Smith, sebenarnya tanpa ada yang menggantikanmu pun sepertinya bukan masalah besar, pekerjaan CEO, kan, tinggal ongkang-ongkang kaki saja," ujar Louis membuat sang kakak sontak mendelikkan matanya."Jadi, begitu yang kamu pikirkan selama ini, aku hanya ongkang-ongkang kaki saja?" Smith menatap Louis dengan seksama."Hehehe, aku hanya bercanda, Smith. Jangan melotot begitu lah, serius amat!" sahut Louis menggaruk kepalanya yang tak gatal."Lihat saja, kamu nanti akan merasakan apa yang aku rasakan. Kamu akan sangat sibuk bahkan melebihi kesibukanku dulu. Kamu akan kewalahan dan men

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Kemungkinan Minggu Depan

    Smith sangat sigap menuntun Laura yang merasakan sakit seperti kram di perutnya. Dengan tertatih, Laura berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan."Jangan-jangan kamu kecapean, Sayang," tebak Smith. "Kalau melahirkan, kan, waktunya belum genap."Smith terus berbicara dengan perasaa resah dan gelisah. Sementara itu, Laura hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Aktifitas itu cukup mengurangi rasa sakitnya.Saat ini, Laura dan Smith sudah berada di perjalanan ke rumah sakit demi memeriksa keadaan Laura yang sempat merasakan sakit di perutnya.Namun, baru juga setengah perjalanan, sakit yang dirasakan Laura sudah reda bahkan menghilang. Laura yang belum memiliki pengalaman sebelumnya merasa heran, dia ingin mengatakan hal itu pada suaminya tapi merasa enggan."Sayang, apa kamu baik-baik saja? Sakitnya masih terasa?" tanya Smith mengelus perut istrinya. Laura sedikit meringis. "Sepertinya perutku sudah lebih baik, Sayang. Aku juga gak paham kenapa. Apa kita pu

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Mendadak Mulas

    Semenjak makan malam di luar itu, Laura sudah tidak pernah lagi bepergia ke luar rumah demi menjaga kehamilannya yang sangat rentan.Namun, Smith tidak mau membuat Laura jadi jenuh berada di rumah. Dia selalu mengadakan kegiatan apa pun supaya Laura tetap merasa senang berada di rumah.Hari ini, Smith sengaja menyuruh para asisten rumah tangga di rumahnya untuk membersihkan satu ruangan yang lama tidak terpakai. Ruangan itu cukup luas, tapi Smith belum pernah menggunakannya sehingga hanya menjadi gudang barang tak terpakai."Kamu mau menggunakannya jadi ruangan apa, Sayang? Ruang kerja baru kah?" tanya Laura pada suaminya.Smith mengulum senyum, dia masih ingin merahasiakan apa yang akan dibuatnya sekarang."Kok malah senyum-senyum, sih? Nyebelih banget ih." Laura mencubit lengan suaminya.Tak lama kemudian, suara klakson yang cukup keras terdengar dari luar. Smith menarik tangan Laura untuk membawanya ke luar sambil melihat apa yang telah dia beli.Saat keluar dari rumah, Laura langs

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ucapan Terima Kasih Smith

    Hari beganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa satu bulan lagi Laura diperkirakan akan melahirkan anak pertama sekaligus kedua dia dan Smith.Semakin tua kehamilannya, perut Laura semakin membesar dan hal itu membuat Laura jarang bergerak karena berat. Namun, Laura tidak terbiasa jika harus duduk saja, dia meminta Smith untuk mengajaknya jalan-jalan.Setiap pagi, Smith meluangkan waktu untuk menemani Laura jalan-jalan di sekitar area perumahan. Hal tersebut dilakukan supaya persalinan Laura berjalan dengan lancar."Kamu capek?" tanya Smith ketika Laura berhenti sejenak."Tidak, hanya merasa sedikit sakit di pinggang. Tapi tak apa, kata dokter itu hal yang biasa," jawab Laura."Jangan berlagak baik-baik saja, mau sekuat apa pun seorang ibu hamil, sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Banyak rasa sakit dan derita yang dipikulnya," ujar Smith.Smith lalu mengajak Laura untuk istirahat di salah satu kursi yang ada di pinggir jalan, keduanya minum demi melepas dahaga dan mengganti c

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Dia akan Gila

    Ucapan Stella yang mengatakan bahwa Smith juga akan masuk penjara dan dirinya akan melahirkan tanpa kehadiran Smith masih terngiang di pikiran Laura. Dia takut kalau ucapan itu akan menjadi kenyataan.Ketika sampai di dalam mobil, Laura langsung mengatakan apa yang menjadi beban pikirannya. Laura sangat cemas karena tahu kalau Stella adalah orang yang licik dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya sekalipun Smith tidak memiliki salah."Sayang, lupakan saja, apa yang dia katakan hanya bentuk ungkapan dari segala kekalahannya. Jangan khawatir, aku akan selalu berada di sisimu. Do'akan aku selalu," ucap Smith dengan tegas."Tentu saja, tapi bagaimana kalau Stella nekad? Zaman sekarang, penjara bukan menjadi tempat paling aman dari kejahatan. "Justru dari dalam sana banyak orang yang bisa bebas melakukan kejahatan jika mereka memiliki uang dan kuasa," tutur Laura.Dia mengutarakan segala kemungkinan yang ada di pikirannya. Hormon kehamilan membuat Laura jadi mudah sekali b

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Sidang Putusan

    Tok tok tok!Palu diketuk membuat Juan menunduk dengan air mata yang menetes di pipinya. Juan merasa sedih tapi juga sebenarnya lega karena hukumannya tidak terlalu berat.Perasaan itu berbanding terbalik dirasakan oleh Stella yang sebentar lagi mendengar dakwaannya. Stella berpikir kalau Juan saja dijatuhi hukuman selama 5 tahun, bagaimana dengan dirinya yang merupakan otak serta orang yang selama ini tak hentinya melakukan kejahatan kepada Smith."Mana kipas portable milikku? Aku gerah," tanya Stella seraya mengibas-kibaskan tangan ke wajahnya.Belum juga pengacaranya memberikannya, Stella malah sudah dipanggil oleh hakim untuk mengganti Juan duduk di kursi pesakitan. Stella mengambuskan napas berat, dia melangkah maju dengan percaya diri meskipun sebenarnya hatinya sangat takut saat ini."Sayang, aku merasa deg-degan," ucap Smith memegang tangan Laura.Padahal Laura juga sangat gugup sekarang bahkan tangannya mengeluarkan keringat dingin saking gugupnya. Namun, keduanya tetap saling

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Wanita Gila

    Tiba masanya pada moment yang ditunggu-tunggu yakni persidangan Stella setelah Smith, Vincent, dan Louis menlewati banyak sekali proses yang tak luput dari halangan dan rintangan.Pagi-pagi sekali, keluarga Smith sudah siap berangkat menuju ke pengadilan. Laura juga ikut, wanita itu hanya ingin menemani serta mendukung suaminya.Sesampainya di sana, Smith, Laura, Louis, dan Vincent yang sama-sama mengenakan pakaian serba hitam melenggang dengan percaya diri menuju ke ruang persidangan. Tak lama kemudian, datang teman-teman Vincent yang merupakan para pengacara untuk mendukung Smith. Mereka siap membela seandainya putusan hakim tak sesuai dengan harapan."Tenang, Smith, para hakim sudah tahu siapa kami dan pasti tidak akan berani macam-macam mengecoh putusan. Lagi pula, kami lihat lawanmu tidak seberapa, kamu pasti menang," ucap salah satu dari pengacara itu."Terima kasih sebelumnya, sungguh kehormatan bagi kami karena mendapat dukungan dari Anda semua. Semoga para hakim bisa seadil-a

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ditakdirkan untuk Bersatu

    Laura terkejut dengan ucapan Vincent barusan. Dia mengambil foto usang tersebut lalu mengamatinya dengan seksama. Vincent mengatakan bahwa dia dan Ferdy--ayah Laura adalah sahabat karib yang sangat dekat. Mereka bukan hanya teman bermain, tapi juga teman dalam membangun bisnis.Ferdy dan Vincent juga selalu merencanakan banyak hal dalam kehidupan mereka dan berjanji akan selalu bersama meski sudah berumah tangga. Jangan sampai membuat tali persahabatan mereka putus."Apa Ayah sungguh-sungguh dengan cerita itu?" tanya Laura. "Aku hanya khawatir kalau Ayah menceritakan cerita bohong demi mengobati luka hatiku," imbuhnya.Vincent tertawa mendengar celotehan Laura, tapi dia paham karena mungkin menantunya itu hanya merasa trauma. Jadi, Vincent harus memakluminya."Tentu saja tidak, Nak. Ayah dan ayahmu memang sedekat itu bahkan apa yang ayah miliki sekarang semuanya ada campur tangannya Ferdy saat dia masih hidup. Kami membangun banyak hal dalam dunia bisnis dan merencanakan perjodohan a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status