Perahu yang ditumpabgi Alice terhanyut hingga ke lautan lepas, terombang-ambing oleh hempasan ombak serta terpaan angin yang tiada henti. Angin laut yang dingin sangat menusuk kulit dan tulang membuat seluruh tubuh Alice menggigil kedinginan, ia hanya bisa merebahkan tubuh ringkihnya di perahu sambil menahan rasa sakit disertai perih di sekujur tubuh bekas siksaan Jonathan yang masih basah terutama luka tembak di lengannya. Darah segar terus merembes keluar dari lengannya dan mulai membentuk genangan di sudut di perahu, wajah Alice berubah pucat dan seluruh tubuhnya kini mati rasa. Perempuan cantik itu hanya bisa menunggu keajaiban datang, nyawanya kembali dihadapkan oleh malaikat maut yang sedang mengintai dirinya, beruntung hari ini lautan tenang karena tidak ada terjangan badai hanya saja suhu di lautan saat ini sangat rendah dan Alice bisa mati terkena hipotermia jika bantuan tak kunjung datang. "Dingin ... Honey, tolong selimuti aku. Aku kedinginan," racau Alice. "Tolong Helena
Daniel, Mark dan Albert masuk ke dalam ruang perawatan Alice. Tangis Daniel pecah melihat kondisi luka di tubuh serta wajah sang istri yang berhasil selamat dari tawanan Jonathan, jari-jari kokoh sang CEO mengusap lembut pipi sang istri yang dipenuhi memar bekas siksaan Jonathan.Pria gagah itu terus menyalahkan dirinya sendiri atas kelalaiannya, rasa penyesalan Daniel akan terus menghantui di sepanjang hidup setiap ia melihat wajah polos Alice yang kini berhiaskan memar serta luka."Baby, maafkan aku karena gagal melindungimu. Aku memang suami yang tidak berguna," lirih Daniel.Mark memegang bahu kokoh Daniel yang sedang bergetar, ia bisa merasakan kesedihan serta rasa hancur sang kakak ketika melihat kondisi sang istri yang menyedihan dan hampir mati di tangan musuh. Sebagai seorang lelaki tentu Mark tidak habis pikir kenapa iblis macam Jonathan bisa terlahir ke dunia, menyakiti seorang wanita yang sedang mengandung benar-benar perbuatan yang keji dan tidak bisa ditoleransi oleh Mar
Beberapa yacht mewah milik Daniel dan Albert berlayar di lautan menuju ke pulau tempat markas tersembunyi Jonathan, berbekal senjata lengkap serta pasukan-pasukan yang memiliki keahlian dalam bertempur, Daniel bertekad untuk menumpas gengster kalajengking tanpa ampun dan juga untuk menyelamatkan Helena yang masih terjebak di pulau. Seorang anak buah Jonathan berlarian menuju ke markas setelah melacak kapal Daniel yang sedang menuju ke pulau. "Tuan Jonathan, gawat!! Ada beberapa kapal sedang berlayar menuju kemari dan salah satu kapal itu adalah milik Daniel Myers, dia membawa puluhan orang atau mungkin ada 100 orang lebih dengan bersenjata lengkap sepertinya mereka akan menyerang markas." "FUCK!! Ini pasti karena Alice, apa kalian sudah menemukan Helena?" Amuk Jonathan."Kami masih mencarinya." "FUCK!! KALIAN SEMUA MEMANG BODOH!! Kalau begitu kita harus pergi meninggalkan pulau ini sebelum si keparat itu datang," maki Jonathan. "Baik Tuan." Jonathan dan semua anak buahnya bersiap
Daniel dan Jonathan berdiri di dua kapal yang berbeda dengan posisi yang saling berhadap-hadapan, dua pasang mata saling menatap dengan penuh kebencian serta kemarahan.Daniel menoleh ke arah sang penembak jitu yang sedang bersiap di atap kapal, manik hijau menatap tajam dan memberi isyarat kepada sang sniper untuk menembak musuh kemudian tatapan mata Daniel tertuju ke arah sang nahkoda kapal. "Rapatkan kapal!!" Serunya.Sang sniper hanya mengangguk pelan lalu kembali membidik musuh, tanpa banyak berkata-kata timah panasnya telah berhasil merenggut dua nyawa anak buah Jonathan yang kini mayatnya telah terjatuh ke lautan lepas."Yes, Boss," ucap Frank penuh semangat.Sang nahkoda mendekatkan kapal ke kapal Jonathan perlahan-lahan agar kedua kapal tidak saling menabrak, saat jarak kedua kapal sudah semakin pendek Daniel melompat ke kapal Jonathan. Tubuh kekarnya mendarat dengan keras ke atas kapal bahkan sempat menghantam pinggiran besi kapal, suara pekikan tertahan meluncur dari mulut
"SHIT!! Helena, apa kau baik-baik saja?" Daniel bergegas menyimpan kembali pistolnya ke belakang baju saat ia berhasil menemukan Helena yang sedang bersembunyi di balik semak-semak, tubuh mulus nan seksi kini dipenuhi luka sehingga membuat Daniel merasa iba. Daniel mengangkat punggung Helena dan membawanya ke dalam pelukannya."Da ... niel? Mataku tidak salah lihat, 'kan? Kamu benar-benar Daniel?" Tangan kanan Helena yang berlumuran darah mengusap lembut pipi sang CEO untuk memastikan kalau yang dilihatnya memang benar-benar Daniel."Ya, aku Daniel. Aku datang ke sini untuk mencarimu," jawab Daniel."Syukurlah akhirnya kau datang juga. Aku takut sekali karena kau tidak kunjung datang, aku ingin sekali melihat wajahmu sebelum aku mati." Helena tersenyum, sudut matanya mengeluarkan air mata kebahagiaan."Dasar bodoh. Aku sudah ada di sini dan aku tidak akan membiarkanmu mati, bertahanlah sedikit lagi. Aku akan membawamu ke rumah sakit," balas Daniel."Maafkan aku, Daniel. Aku ... aku s
"Waktunya untuk membersihkan tubuhmu, Baby." Daniel mengerling nakal pada Alice."Aku tidak mau, kamu pasti akan berbuat aneh-aneh lagi saat memandikanku. Aku ingin cepat pulang ke rumah," tolak Alice."Kenapa ingin cepat-cepat pulang ke rumah? Ah, jangan-jangan kamu sudah tidak sabar ingin berbuat aneh-aneh denganku, 'kan? Aku tahu apa yang kamu pikirkan," goda Daniel sambil menggelitik leher sang istri."Honey, geli. Hentikan," ucap Alice.Daniel terus menggoda Alice, ia berusaha keras menghibur sang istri dan membuat suasana hati wanitanya menjadi bahagia. Hari persalinan Alice semakin hari semakin dekat, dan Daniel tidak ingin membuat sang istri larut dalam rasa trauma setelah disiksa oleh Jonathan.Daniel mengunci pintu dan tak lupa menutup semua jendela dengan gorden kemudian ia mulai melepaskan semua pakaian sang Alice dan hanya menyisakan celana dalam saja, lelaki itu menyeka seluruh tubuh sang istri dengan hati-hati karena ada beberapa luka yang masih basah dan tidak boleh te
"Daniel, izinkan aku untuk tinggal di rumahmu. Aku tidak mau kembali kepada Marco dan aku takut kalau Jonathan kembali menculik lalu menyiksaku," pinta Helena.Daniel mengerutkan kening, kepalanya berdenyut-denyut. Ia tidak menyangka kalau Helena akan meminta hal gila darinya, jangankan untuk tinggal di rumahnya dan bertemu setiap hari bertatap muka dengan mantan istrinya saja Daniel sudah malas."Aku tidak bisa memberimu izin tinggal di rumahku, Helena. Lebih baik kau kembali saja ke rumah orang tuamu, keluargamu adalah keluarga terpandang dan pasti mereka bisa melindungimu," tolak Daniel, keberatan."Kamu menolakku karena Alice? Bagaimana kalau aku meminta izin kepadanya? Apakah kamu akan mengizinkanku tinggal kalau Alice setuju?" Tanya Helena."Jangan libatkan Alice, Helena. Aku adalah kepala rumah tangga dan hanya aku yang berhak menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumahku lagipula aku sudah memberikanmu rumah saat kita bercerai, tinggallah di sana dan aku akan memberikan
"Daniel, bisakah kita bicara berdua? Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu," tanya Helena begitu ia masuk ke dalam kamar Alice dan Daniel.Daniel menatap manik besar bulat sang istri, ia bisa melihat ketidaknyamanan serta sedikit rasa cemburu yang terpancar dari sorot mata wanitanya meski tidak terucap oleh kata-kata. Sang CEO tampan itu tidak ingin mencari masalah dengan istri, ada hati yang harus ia jaga dan karena itulah ia mengambil sebuah jalan tengah yang menurutnya adalah jalan yang terbaik."Masuk dan duduklah, kalau kau ingin bicara denganku maka istriku pun harus tahu apa yang kita bicarakan. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun dari istriku," ujar Daniel, tangannya menggenggam tangan Alice lalu mencium punggung tangan sang istri dengan mesra.Daniel kembali menatap mata sang istri dan kini ia bisa melihat binar cerah di sana. Helena tersenyum getir, ia mau tidak mau harus mengikuti aturan maupun perkataan sang tuan rumah. Bagaimanapun juga ia hanyalah orang asing di mansio