Share

Bab 3

Penulis: Celine Shifa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 10:37:16
Pada hari keberangkatanku, aku berulang kali mengingatkan anakku.

"Jangan bermain terlalu larut. Suruh teman-temanmu pulang lebih awal."

"Tenang saja, Bu!"

Anakku meyakinkanku sambil tersenyum, lalu mengantarku ke pintu keberangkatan.

Di pesawat, aku meninjau kembali jadwal kerja di tempat tujuan, lalu tertidur sebentar.

Keesokan paginya, saat langit masih agak gelap, pesawat akhirnya mendarat.

Saat sedang menunggu untuk mengambil koper di tempat pengambilan bagasi, aku mematikan mode pesawat di ponsel.

Belasan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan tiba-tiba muncul bersamaan.

Semuanya dari anakku.

Hatiku tiba-tiba merasa panik.

Perasaan tidak enak langsung muncul di benakku.

Aku mengabaikan koperku, mencari sudut yang sepi, dan segera menelepon balik.

Baru tersambung sekali, telepon langsung diangkat.

Namun, tidak ada yang berbicara. Hanya keheningan yang menyapa.

Kalau bukan karena suara napas terengah-engah anakku, aku hampir mengira tidak ada siapa-siapa di ujung telepon.

Setelah beberapa saat, dia berkata dengan suara gemetar, "Bu ... apa yang harus aku lakukan?"

Aku menggenggam ponsel dengan erat dan merasa panik.

"Ada apa? Kenapa? Kenapa kamu menelepon Ibu berkali-kali!"

Apakah dia menyesal karena tidak pergi bersamaku?

Kalau benar begitu, aku pasti akan memberi pelajaran pada bocah tidak tahu diri ini saat aku pulang nanti.

"Ibu ... aku ... aku ...."

Dia tergagap lama tanpa ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya.

Aku sangat cemas hingga aku ingin sekali masuk ke dalam ponsel dan menarik lehernya untuk memaksanya bicara.

"Apa yang terjadi? Cepat katakan! Ibu harus pergi rapat sebentar lagi!"

Anak ini benar-benar suka membuat masalah.

Aku melihat waktu di ponsel, sementara dia masih tergagap.

Aku sudah tidak tahan lagi. Saat aku hendak memarahinya, suara familiar tiba-tiba terdengar dari sana.

"Tuan Muda! Kenapa kamu melakukan ini? Kehormatanku! Harga diriku! Aku ... aku nggak mau hidup lagi!"

Diiringi suara isak tangis Bi Tati, anakku berkata dengan suara lemah dan penuh penyesalan, "Bu ... aku tidur ... aku tidur di ranjang yang sama dengan Bi Tati!"

Aku sangat terkejut.

Aku terdiam di tempat sambil menggenggam erat ponselku yang terasa seperti batu bata panas.

Dalam sekejap, pikiranku kosong.

Aku tampak kebingungan.

Lalu, aku berteriak tak percaya, "Apa kamu bilang? Nichol! Ulangi sekali lagi!"

Biasanya, anak ini memang suka bercanda.

Dia sering mengerjaiku.

Sebelumnya, aku tidak pernah menghiraukannya. Namun sekarang, dia berani bercanda seperti ini.

Dengan tangan gemetar, aku membuka halaman pembelian tiket penerbangan pulang sambil mendengarkan anakku yang mencoba menjelaskan di telepon.

"Bu! Aku benar-benar nggak tahu apa yang terjadi!"

"Kemarin aku hanya minum sedikit dengan teman-teman, lalu ... setelah mereka pulang, aku kembali ke kamar tidur."

"Pagi ini, saat aku bangun, aku ...."

Dia gemetar tanpa melanjutkan kata-katanya.

Belum sempat aku bicara, telepon itu sudah direbut.

"Nyonya! Nyonya harus menjadi penengah! Aku sudah setua ini, tapi dia masih ... masih ... aduh!"

"Apa yang kamu katakan! Aku sama sekali nggak menyentuhmu!"

"Tuan Muda, kenapa kamu masih berbohong? Kamu ...."

Telepon di sana tampaknya tak sengaja terputus.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik koper di sampingku dan bergegas kembali ke ruang tunggu.

Saat ini, aku sangat menyesal telah membiarkan Bi Tati tetap bekerja di rumahku hanya karena dorongan sesaat.

Dan juga membiarkan anakku mengadakan pesta di rumah.

Kalau saja aku memaksanya ikut, semua masalah ini tidak akan terjadi.

Aku menutup mata yang penuh dengan garis-garis merah karena kelelahan, lalu membuka ponsel untuk memberi tahu bahwa rapat dibatalkan.

Semua urusan ditunda sementara.

Yang paling penting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini.

Sejak panggilan telepon itu, anakku tidak mengirim pesan lagi.

Aku juga mencoba meneleponnya, tetapi ponselnya sudah dimatikan.

Awalnya, aku panik seperti cacing kepanasan.

Namun, setelah ketakutanku mereda, aku mulai kembali tenang.

Aku menatap ponsel yang kugenggam erat dan tiba-tiba teringat sesuatu.

Aku buru-buru membuka ponsel dan mulai menghubungkannya ke kamera pengawas di rumah.

Setelah beberapa saat, aku tersenyum dan menghela napas lega.

Lalu, aku menyimpan rekaman video kamera pengawas dengan tatapan penuh tekad.

Aku paling benci trik-trik kecil yang dibuat-buat seperti ini.

Kalau berani mengusikku, mari kita lihat siapa yang menang.

Saat sampai di rumah, aku melihat sebuah van tua parkir di luar rumah.

Dan juga ...

Aku menyipitkan mata saat melihat nomor plat mobil yang tidak asing.

Pintu rumah setengah terbuka.

Dari dalam, terdengar suara orang marah-marah.

Para tetangga berkumpul di sekitar dan menonton dengan penuh minat.

Para wanita yang biasanya minum teh sore bersamaku sekarang berkumpul dan mulai berbisik satu sama lain.

Mereka semua adalah orang-orang yang aku kenal.

Saat melihatku, mereka tersenyum canggung dan menyapaku.

Tiba-tiba, terdengar suara tangisan dari dalam rumah.

Ekspresiku langsung berubah, dan aku segera berlari masuk.

Bab terkait

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 4

    Yang pertama kali kulihat adalah seorang pria yang tampak garang dan menakutkan.Alisnya berkerut dalam dan matanya melotot marah.Dia menunjuk ke arah anakku yang duduk di sofa dengan kepala tertunduk, sambil terus mengumpat.Bi Tati yang matanya sudah bengkak karena menangis menarik lengan pria itu dan mencegahnya memukul anakku.Sementara itu, Ina duduk di ujung sofa lainnya dengan wajah muram, seperti sedang memikirkan sesuatu.Kedatanganku membuat suasana seketika hening.Anakku menangis sambil mengangkat kepala, tampak terkejut dan senang. "Ibu!""Ibu?" Candra, putra Bi Tati, menoleh dan mengamati aku, lalu berkata, 'Oke, orang yang berwenang sudah datang!'""Kalau begitu, mari kita bicarakan bagaimana menyelesaikan masalah ini! Anakmu tidur dengan ibuku. Apa kamu akan membayar ganti rugi atau bagaimana? Jelaskan!"Dia berbicara dengan suara yang sangat keras agar orang-orang di luar dapat mendengarnya.Kemudian, dia menepis genggaman Bi Tati pada lengannya.“Ya, Anita! Bagaimana

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 5

    Sejak aku menikah, aku tidak pernah bersikap buruk pada kakak iparku ini.Lambat laun, hal ini membuatnya berpikir bahwa aku terlalu patuh padanya.Aku bersikap baik padanya karena kami masih 'keluarga'.Namun sekarang, dia malah ingin mengendalikanku.Di tengah tatapannya yang semakin ketakutan, aku dengan cepat berjalan mendekat.Kemudian, terdengar suara tamparan keras.Ina yang tak sempat menghindar kini memiliki bekas tamparan di wajahnya.Aku menamparnya dengan sekuat tenaga.Dalam sekejap, wajahnya langsung bengkak parah."Ibu ...."Anaknya yang ketakutan hanya berdiri di samping dan tidak berani bicara."Kamu ...!"Aku menarik kerah bajunya dengan wajah yang tetap tenang."Ina, selama ini aku menahan diri dan menghormatimu hanya karena kamu adalah istri kakak suamiku. Apa kamu pikir aku takut padamu?"Setelah berkata begitu, aku mengangkat tangan satunya lagi dan siap untuk menamparnya lagi.Namun, dia buru-buru melepaskan diri dari cengkeramanku dan menghindar ke samping.Samb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 6

    Orang pertama yang mulai menunjukkan ketidakpuasan adalah kakak tertua suamiku, Damar.Sebenarnya, Grup Anggara ini seharusnya diwariskan ke Damar. Hanya saja dia terjerumus pada kesenangan dunia dan dikeluarkan dari daftar penerus oleh kepala Keluarga Anggara, yaitu ayah suamiku.Akhirnya, semua itu jatuh ke tangan suamiku yang hanya pandai dalam seni.Dia tidak bisa mengelola perusahaan, jadi aku yang berlatar belakang keuangan membantunya mengelola perusahaan.Sampai akhirnya, dia mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia.Ayahnya langsung melewati Damar dan menunjukku sebagai penerus yang baru.Sekarang, Damar membenciku dan merasa tidak senang karena orang luar seperti aku menguasai perusahaan keluarga mereka. Dia selalu mencari masalah serta mengganggu hidupku."Anita, beberapa waktu lalu, Ina sudah memberitahuku soal masalah Nichol! Dia juga bilang kamu ingin melindungi anakmu dan langsung mengusir orang tersebut!""Sekarang, kamu juga sudah nggak mau memberiku bagian atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 7

    Setelah berpikir sejenak, aku membuka blokir kontak Ina.Sejak aku mengusirnya terakhir kali, dia sering mengirim pesan padaku untuk merendahkan dan menghinaku.Akhirnya, aku memutuskan untuk memblokirnya.Dengan begitu aku bisa sedikit tenang.Setelah aku membuka blokirnya, aku melihat kembali percakapan kami sebelumnya.Ina pernah memberiku salinan KTP-nya.Setelah membandingkannya dengan alamat itu, aku tersenyum.Bukankah ini kampung halaman Ina?Aku mengemudi sendirian menuju Desa Bakti Nusa.Jalanan tanah yang rusak beberapa tahun lalu, sekarang sudah dilapisi dengan semen.Sama sekali berbeda dari sebelumnya.Ina adalah istri kedua Damar.Meskipun dia kakak iparku, sebenarnya usianya lebih muda dari aku.Keluarga kami tidak suka Damar menikahi wanita dari desa. Jadi, ketika mereka menikah, hanya aku dan suamiku yang menghadirinya.Kemudian, untuk menyenangkan Ina, Damar membiayai pembangunan jalan di desa ini.Jalan semen yang indah dan rata tampak berkilauan di bawah sinar mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 8

    Dia mengecap bibirnya, lalu menghela napas."Aku menceritakan semua ini bukan karena rokok ini, ya!""Kita semua tahu siapa Tati itu. Kalau dia bilang mau menemui kerabat, pasti tujuannya ke Ina.""Kalau kamu ketemu Tati, sampaikan pesanku. Anak itu menderita! Bagaimanapun juga, Tati sudah merawatnya selama tujuh tahun. Nggak seharusnya dia berbuat begitu!"Akhirnya, aku bilang padanya bahwa aku adalah adik ipar Ina.Pria tua itu langsung bersemangat dan bersikeras mengajakku ke rumah Tati.Untuk bertemu dengan anak itu.Anak itu bernama Zayyan. Meskipun usianya sudah delapan tahun, dia masih terlihat seperti anak berusia lima tahun.Dia mengenakan pakaian yang tidak pas. Ketika dia melihat pria tua itu, dia dengan suara lantang memanggilnya 'Kakek Anwar'.Aku memperhatikan anak itu. Dia memang memiliki kemiripan dengan Ina.Kemudian, aku bertanya sambil tersenyum, "Apa kamu ingin bertemu dengan ibumu?"Tidak ada anak yang tidak merindukan ibunya.Awalnya Zayyan tampak takut padaku, te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 9

    Kabarnya, keduanya sudah sampai bertengkar di kantor.Akibat kelelahan yang luar biasa, Damar tanpa sengaja kehilangan proyek besar yang telah lama dinegosiasikan perusahaan.Alhasil, mereka mengalami kerugian puluhan miliar.Seiring berjalannya waktu, masalah Damar tampaknya semakin besar.Tekanan internal perusahaan membuatnya terpojok, ditambah lagi dengan opini publik mulai berbalik melawannya.Keluarga Anggara adalah target empuk yang selalu diincar oleh para pesaing di luar sana.Setelah aku mundur, kemampuan Damar yang setengah-setengah tidak layak ditakuti.Seperti yang sudah diperkirakan, baik yang disengaja maupun tidak, media mulai menggali masa lalu Damar.Rahasia-rahasia yang tak diketahui orang mulai meledak satu per satu seperti bom waktu.Mulai dari gadis-gadis yang dipermainkan di masa lalu, berbagai skandal, dan banyak yang mengaku sebagai anak haramnya.Keluarga Anggara langsung jatuh ke dalam masalah besar.Aku membaca berita di ponselku dengan penuh semangat.Tiba-

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 10

    Setelah bercerai, Ina hidup mewah dengan uang yang diberikan Damar.Setelah bertahun-tahun menjadi istri di keluarga kaya, dia sudah tidak bisa lagi hidup hemat.Dia menggunakan uang dengan boros dan menghabiskan semuanya hanya dalam beberapa bulan.Akhirnya, dia tinggal sendiri di apartemen sempit dan berusaha bertahan hidup.Ekstra:Aku membawa Zayyan ke apartemen sewaan Ina yang terletak di bangunan tua.Dinding luar bangunan itu penuh retakan, sampah berserakan di mana-mana, dan lorong-lorong bangunan tempat tinggalnya sangat sempit dan berantakan. Hampir tidak ada ruang untuk melangkah.Setelah beberapa ketukan, Ina membuka pintu sambil mengomel.Saat melihatku, dia tampak marah dan langsung menyerang.Aku dengan cepat menarik tangannya dan membuatnya menjerit kesakitan."Ibu ...?"Terdengar suara Zayyan yang polos dan sedikit ragu namun gembira.Ina baru menyadari anak yang ada di sampingku, dan ekspresinya sedikit terkejut."Ina, kamu belum pernah melihatnya? Tapi kamu pasti ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 1

    Pembantu rumah tangga di rumahku diam-diam membawa seluruh keluarganya datang untuk makan kerang dan lobster saat aku tidak ada.Ketika aku memergokinya, dia langsung berlutut memohon ampun dan bersumpah tidak akan mengulanginya lagi.Bahkan mantan majikannya, yaitu kakak iparku, juga membujukku untuk memaafkannya.Akhirnya, demi menjaga hubungan kekerabatan, aku hanya menurunkan gajinya sebagai hukuman.Namun tak disangka, pada hari kedua setelah aku pergi ke luar negeri, anakku yang baru lulus dan sedang mengadakan pesta perayaan di rumah meneleponku sambil menangis."Bu, apa yang harus aku lakukan ....""Aku ... aku tidur dengan Bi Tati."..."A ... aku nggak akan mengulanginya lagi, Nyonya."Seorang wanita paruh baya berlutut di hadapanku.Dengan rambut acak-acakan, dia memohon sambil membenturkan dahinya ke lantai."Aku mohon, kasihanilah aku, seluruh keluargaku bergantung pada gajiku!"Aku tetap tenang, tetapi kakak iparku menjadi cemas."Anita! Bi Tati pasti nggak sengaja! Waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 10

    Setelah bercerai, Ina hidup mewah dengan uang yang diberikan Damar.Setelah bertahun-tahun menjadi istri di keluarga kaya, dia sudah tidak bisa lagi hidup hemat.Dia menggunakan uang dengan boros dan menghabiskan semuanya hanya dalam beberapa bulan.Akhirnya, dia tinggal sendiri di apartemen sempit dan berusaha bertahan hidup.Ekstra:Aku membawa Zayyan ke apartemen sewaan Ina yang terletak di bangunan tua.Dinding luar bangunan itu penuh retakan, sampah berserakan di mana-mana, dan lorong-lorong bangunan tempat tinggalnya sangat sempit dan berantakan. Hampir tidak ada ruang untuk melangkah.Setelah beberapa ketukan, Ina membuka pintu sambil mengomel.Saat melihatku, dia tampak marah dan langsung menyerang.Aku dengan cepat menarik tangannya dan membuatnya menjerit kesakitan."Ibu ...?"Terdengar suara Zayyan yang polos dan sedikit ragu namun gembira.Ina baru menyadari anak yang ada di sampingku, dan ekspresinya sedikit terkejut."Ina, kamu belum pernah melihatnya? Tapi kamu pasti ing

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 9

    Kabarnya, keduanya sudah sampai bertengkar di kantor.Akibat kelelahan yang luar biasa, Damar tanpa sengaja kehilangan proyek besar yang telah lama dinegosiasikan perusahaan.Alhasil, mereka mengalami kerugian puluhan miliar.Seiring berjalannya waktu, masalah Damar tampaknya semakin besar.Tekanan internal perusahaan membuatnya terpojok, ditambah lagi dengan opini publik mulai berbalik melawannya.Keluarga Anggara adalah target empuk yang selalu diincar oleh para pesaing di luar sana.Setelah aku mundur, kemampuan Damar yang setengah-setengah tidak layak ditakuti.Seperti yang sudah diperkirakan, baik yang disengaja maupun tidak, media mulai menggali masa lalu Damar.Rahasia-rahasia yang tak diketahui orang mulai meledak satu per satu seperti bom waktu.Mulai dari gadis-gadis yang dipermainkan di masa lalu, berbagai skandal, dan banyak yang mengaku sebagai anak haramnya.Keluarga Anggara langsung jatuh ke dalam masalah besar.Aku membaca berita di ponselku dengan penuh semangat.Tiba-

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 8

    Dia mengecap bibirnya, lalu menghela napas."Aku menceritakan semua ini bukan karena rokok ini, ya!""Kita semua tahu siapa Tati itu. Kalau dia bilang mau menemui kerabat, pasti tujuannya ke Ina.""Kalau kamu ketemu Tati, sampaikan pesanku. Anak itu menderita! Bagaimanapun juga, Tati sudah merawatnya selama tujuh tahun. Nggak seharusnya dia berbuat begitu!"Akhirnya, aku bilang padanya bahwa aku adalah adik ipar Ina.Pria tua itu langsung bersemangat dan bersikeras mengajakku ke rumah Tati.Untuk bertemu dengan anak itu.Anak itu bernama Zayyan. Meskipun usianya sudah delapan tahun, dia masih terlihat seperti anak berusia lima tahun.Dia mengenakan pakaian yang tidak pas. Ketika dia melihat pria tua itu, dia dengan suara lantang memanggilnya 'Kakek Anwar'.Aku memperhatikan anak itu. Dia memang memiliki kemiripan dengan Ina.Kemudian, aku bertanya sambil tersenyum, "Apa kamu ingin bertemu dengan ibumu?"Tidak ada anak yang tidak merindukan ibunya.Awalnya Zayyan tampak takut padaku, te

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 7

    Setelah berpikir sejenak, aku membuka blokir kontak Ina.Sejak aku mengusirnya terakhir kali, dia sering mengirim pesan padaku untuk merendahkan dan menghinaku.Akhirnya, aku memutuskan untuk memblokirnya.Dengan begitu aku bisa sedikit tenang.Setelah aku membuka blokirnya, aku melihat kembali percakapan kami sebelumnya.Ina pernah memberiku salinan KTP-nya.Setelah membandingkannya dengan alamat itu, aku tersenyum.Bukankah ini kampung halaman Ina?Aku mengemudi sendirian menuju Desa Bakti Nusa.Jalanan tanah yang rusak beberapa tahun lalu, sekarang sudah dilapisi dengan semen.Sama sekali berbeda dari sebelumnya.Ina adalah istri kedua Damar.Meskipun dia kakak iparku, sebenarnya usianya lebih muda dari aku.Keluarga kami tidak suka Damar menikahi wanita dari desa. Jadi, ketika mereka menikah, hanya aku dan suamiku yang menghadirinya.Kemudian, untuk menyenangkan Ina, Damar membiayai pembangunan jalan di desa ini.Jalan semen yang indah dan rata tampak berkilauan di bawah sinar mata

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 6

    Orang pertama yang mulai menunjukkan ketidakpuasan adalah kakak tertua suamiku, Damar.Sebenarnya, Grup Anggara ini seharusnya diwariskan ke Damar. Hanya saja dia terjerumus pada kesenangan dunia dan dikeluarkan dari daftar penerus oleh kepala Keluarga Anggara, yaitu ayah suamiku.Akhirnya, semua itu jatuh ke tangan suamiku yang hanya pandai dalam seni.Dia tidak bisa mengelola perusahaan, jadi aku yang berlatar belakang keuangan membantunya mengelola perusahaan.Sampai akhirnya, dia mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia.Ayahnya langsung melewati Damar dan menunjukku sebagai penerus yang baru.Sekarang, Damar membenciku dan merasa tidak senang karena orang luar seperti aku menguasai perusahaan keluarga mereka. Dia selalu mencari masalah serta mengganggu hidupku."Anita, beberapa waktu lalu, Ina sudah memberitahuku soal masalah Nichol! Dia juga bilang kamu ingin melindungi anakmu dan langsung mengusir orang tersebut!""Sekarang, kamu juga sudah nggak mau memberiku bagian atau

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 5

    Sejak aku menikah, aku tidak pernah bersikap buruk pada kakak iparku ini.Lambat laun, hal ini membuatnya berpikir bahwa aku terlalu patuh padanya.Aku bersikap baik padanya karena kami masih 'keluarga'.Namun sekarang, dia malah ingin mengendalikanku.Di tengah tatapannya yang semakin ketakutan, aku dengan cepat berjalan mendekat.Kemudian, terdengar suara tamparan keras.Ina yang tak sempat menghindar kini memiliki bekas tamparan di wajahnya.Aku menamparnya dengan sekuat tenaga.Dalam sekejap, wajahnya langsung bengkak parah."Ibu ...."Anaknya yang ketakutan hanya berdiri di samping dan tidak berani bicara."Kamu ...!"Aku menarik kerah bajunya dengan wajah yang tetap tenang."Ina, selama ini aku menahan diri dan menghormatimu hanya karena kamu adalah istri kakak suamiku. Apa kamu pikir aku takut padamu?"Setelah berkata begitu, aku mengangkat tangan satunya lagi dan siap untuk menamparnya lagi.Namun, dia buru-buru melepaskan diri dari cengkeramanku dan menghindar ke samping.Samb

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 4

    Yang pertama kali kulihat adalah seorang pria yang tampak garang dan menakutkan.Alisnya berkerut dalam dan matanya melotot marah.Dia menunjuk ke arah anakku yang duduk di sofa dengan kepala tertunduk, sambil terus mengumpat.Bi Tati yang matanya sudah bengkak karena menangis menarik lengan pria itu dan mencegahnya memukul anakku.Sementara itu, Ina duduk di ujung sofa lainnya dengan wajah muram, seperti sedang memikirkan sesuatu.Kedatanganku membuat suasana seketika hening.Anakku menangis sambil mengangkat kepala, tampak terkejut dan senang. "Ibu!""Ibu?" Candra, putra Bi Tati, menoleh dan mengamati aku, lalu berkata, 'Oke, orang yang berwenang sudah datang!'""Kalau begitu, mari kita bicarakan bagaimana menyelesaikan masalah ini! Anakmu tidur dengan ibuku. Apa kamu akan membayar ganti rugi atau bagaimana? Jelaskan!"Dia berbicara dengan suara yang sangat keras agar orang-orang di luar dapat mendengarnya.Kemudian, dia menepis genggaman Bi Tati pada lengannya.“Ya, Anita! Bagaimana

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 3

    Pada hari keberangkatanku, aku berulang kali mengingatkan anakku."Jangan bermain terlalu larut. Suruh teman-temanmu pulang lebih awal.""Tenang saja, Bu!"Anakku meyakinkanku sambil tersenyum, lalu mengantarku ke pintu keberangkatan.Di pesawat, aku meninjau kembali jadwal kerja di tempat tujuan, lalu tertidur sebentar.Keesokan paginya, saat langit masih agak gelap, pesawat akhirnya mendarat.Saat sedang menunggu untuk mengambil koper di tempat pengambilan bagasi, aku mematikan mode pesawat di ponsel.Belasan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan tiba-tiba muncul bersamaan.Semuanya dari anakku.Hatiku tiba-tiba merasa panik.Perasaan tidak enak langsung muncul di benakku.Aku mengabaikan koperku, mencari sudut yang sepi, dan segera menelepon balik.Baru tersambung sekali, telepon langsung diangkat.Namun, tidak ada yang berbicara. Hanya keheningan yang menyapa.Kalau bukan karena suara napas terengah-engah anakku, aku hampir mengira tidak ada siapa-siapa di ujung telepon.Setelah

  • Skandal Pengasuh Tua dan Putraku   Bab 2

    Aku berbalik dan tersenyum lebar kepada Bi Tati yang sedang duduk di lantai."Baiklah, karena kakak iparku berkata demikian, kamu masih bisa bekerja di sini."Bi Tati terlihat sangat senang dan buru-buru ingin bersujud di kakiku."Tapi ...." Aku berhenti sejenak, "Gajimu akan dikurangi menjadi satu juta dulu."Aku pikir Bi Tati akan terkejut mendengar hal ini karena dia bilang seluruh keluarganya bergantung pada gajinya.Jumlah mereka bahkan cukup banyak.Uang satu juta tidak akan cukup untuk biaya hidup di ibu kota.Namun, dia sangat lega mendengar hal ini dan langsung bersujud dengan senang.Sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, Ina di sampingku berdiri dengan wajah ceria."Anita, kamu benar-benar berhati mulia!""Kalau begitu, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku pergi dulu. Aku ada janji siang ini!"Setelah mengatakan itu, dia meraih tas Hermès-nya dan memberikan peringatan kepada Bi Tati."Bi Tati, kamu sudah lama bekerja untukku, jadi jangan lakukan kesalahan lagi! Jaga sem

DMCA.com Protection Status