Share

Skandal Panas Sekretaris Seksi
Skandal Panas Sekretaris Seksi
Penulis: Author Receh

Hubungan Terlarang

Olivia Lauren duduk di meja kerjanya yang terletak di sudut kantor, dikelilingi oleh tumpukan berkas yang belum terurus dan layar komputer yang berkilau, menciptakan suasana kontras antara kesibukan yang menuntut dan pikirannya yang melayang jauh. Sambil mengetik email, dia teringat pada pertemuan tak terduga yang mengubah hidupnya—pertemuan dengan Arjun, CEO tampan yang terkenal berkarisma, yang kini menjadi bagian dari hidupnya yang paling gelap dan penuh risiko.

“Olivia, bisa kamu kirimkan laporan itu ke meja saya sebelum rapat?” suara baritone yang dikenal dengan baik itu memecah konsentrasi Olivia. Dia menoleh, menemukan Arjun berdiri di pintu kantornya, wajahnya tampak serius namun ada kilau tajam di matanya yang membuat jantungnya berdegup kencang.

“Tentu, Arjun. Saya akan mengirimkannya sekarang juga,” jawab Olivia dengan senyuman yang sedikit dipaksakan, berusaha menutupi kegugupan yang menghimpit dadanya. Dalam hati, ia merasa bingung—apakah dia harus terus terjebak dalam skandal yang bisa menghancurkan kariernya atau berani mengambil langkah untuk mengakhiri semuanya?

Arjun melangkah masuk dan menutup pintu, membuat suasana di dalam ruangan itu terasa lebih intim dan tegang. “Olivia, kita perlu bicara,” katanya, suaranya rendah dan penuh intensi. “Kita tidak bisa terus menyembunyikan ini selamanya. Orang-orang mulai mencurigai ada yang aneh.”

“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Olivia, suaranya bergetar. Dia tahu skandal ini bisa menghancurkan tidak hanya reputasinya, tetapi juga bisa menimbulkan dampak besar bagi Arjun dan perusahaannya. “Apakah kita akan terus hidup dalam bayang-bayang kebohongan ini, atau apakah kita harus memberanikan diri untuk mengakui segalanya?”

Arjun menarik napas panjang, mengerutkan keningnya. “Kita bisa mengubah semuanya. Mungkin kita bisa memulai dari awal, menjelaskan situasinya dengan cara yang benar. Tapi…,” dia terdiam sejenak, matanya memandang Olivia dengan serius, “aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu di sisiku.”

Olivia merasakan rasa hangat menyelimuti pipinya. Di satu sisi, keinginan untuk melarikan diri dari skandal ini begitu kuat, namun di sisi lain, dia tidak bisa menahan rasa ketertarikan yang mendalam terhadap Arjun, yang terus memikatnya meskipun konsekuensi dari hubungan mereka. “Dan jika itu berarti kita harus menghadapi semua ini? Apakah kamu siap untuk menghadapi kemarahan dan cacian orang lain?” tanyanya, menantang.

Arjun mengangguk, keteguhan di wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah siap mengambil risiko. “Aku lebih memilih menghadapi kemarahan dunia luar daripada terus hidup dalam kebohongan ini, Olivia. Bagaimana denganmu?”

“Jika aku terus bersembunyi, aku hanya akan semakin tenggelam dalam penyesalan,” ujar Olivia dengan mantap, akhirnya menemukan kekuatan dalam dirinya. “Mungkin ini saatnya aku mengendalikan takdirku sendiri.”

Ketika mereka saling menatap, waktu seakan berhenti, dan Olivia menyadari bahwa keputusan yang diambilnya bukan hanya tentang skandal mereka, tetapi tentang keberaniannya untuk menghadapi dunia dengan semua keindahan dan cacian yang menyertainya. Akankah mereka benar-benar berani melangkah maju, atau akankah skandal itu menenggelamkan mereka berdua?

Dengan langkah penuh keyakinan, Olivia mengambil keputusan untuk menghadapi tantangan ini, meninggalkan kecemasan yang menghantuinya dan meraih masa depan yang lebih cerah, meskipun tak ada yang bisa memprediksi arah cerita cinta dan skandal mereka.

Beberapa hari setelah keputusan itu, suasana di kantor terasa lebih tegang dari biasanya. Olivia merasakan ketidakpastian yang menggantung di udara, seakan setiap orang menyimpan rahasia yang lebih dalam. Saat dia duduk di mejanya, meneliti berkas-berkas yang harus disiapkan untuk presentasi, pikirannya melayang kembali kepada pertemuan yang telah mengubah segalanya. Rasa takut dan harapan bercampur, menunggu saat yang tepat untuk menyampaikan keputusan mereka kepada dunia.

“Olivia!” seru Mia, rekan kerjanya, sambil berlari menghampiri meja Olivia. Wajah Mia terlihat khawatir, dan Olivia dapat merasakan gelombang emosi dari sahabatnya. “Kau sudah mendengar kabar terbaru tentang Arjun?”

“Tidak, apa yang terjadi?” tanya Olivia, merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Dalam sekejap, suasana di sekelilingnya terasa hening, semua perhatian tertuju padanya.

“Mereka bilang ada rumor bahwa dia akan mundur dari posisinya sebagai CEO! Orang-orang percaya ini ada hubungannya dengan skandal yang melibatkan dia,” jawab Mia dengan nada berbisik. “Olivia, ini bisa menjadi bencana besar bagi perusahaan.”

Olivia merasa dunia seakan runtuh. “Apa? Dia tidak mungkin….” suaranya terputus. Dia tahu betapa kerasnya Arjun bekerja dan seberapa besar pengorbanan yang telah dia lakukan untuk mencapai posisi tersebut. “Kita harus berbicara dengannya.”

Mia menggeleng. “Dia sedang dalam pertemuan penting, dan semua orang tampak ingin mencari tahu siapa yang terlibat. Kau harus hati-hati, Olivia. Semua mata tertuju padamu.”

Dengan detak jantung yang semakin cepat, Olivia merasa seperti berada di atas panggung dengan sorotan lampu yang menyilaukan. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk memilih—apakah dia akan terus menyembunyikan hubungan mereka atau maju ke depan dan menghadapi konsekuensinya?

Satu jam kemudian, ketika Olivia sedang berjuang mengumpulkan keberanian untuk mendatangi ruang rapat, pintu terbuka dan Arjun muncul, terlihat lebih lelah dari biasanya, tetapi ada tekad di matanya. “Olivia,” panggilnya, suara serak, “kita perlu bicara.”

Dia mengangguk, lalu mengikuti Arjun ke ruang kecil di belakang kantor, tempat yang jarang dikunjungi. Saat pintu tertutup, Arjun langsung menatapnya. “Aku mendengar rumor itu. Mereka sedang mencari-cari alasan untuk menjatuhkan kita,” katanya dengan nada serius.

“Arjun, kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Kita harus bersikap terbuka tentang hubungan kita. Jika tidak, semua ini hanya akan semakin memburuk,” Olivia mengeluarkan kata-kata dengan penuh keberanian, meskipun hatinya berdebar.

“Dan apakah kamu siap untuk menghadapi semua tuduhan itu?” tanya Arjun, matanya meneliti wajah Olivia, seolah ingin melihat kedalaman keberaniannya.

“Aku siap. Aku sudah lelah bersembunyi di balik bayang-bayang. Jika orang-orang ingin tahu, biarkan mereka tahu. Tapi aku tidak akan melakukan ini tanpa dukunganmu,” balas Olivia, menatap Arjun dengan penuh keyakinan. “Kita menghadapi ini bersama.”

Arjun terdiam, lalu mengangguk pelan, seolah menyadari betapa pentingnya keputusan ini. “Baiklah, jika ini yang kamu inginkan. Kita akan menghadapinya bersama. Tapi kau harus siap—ini akan sulit.”

“Tidak ada yang mudah dalam hidup ini, Arjun. Kita harus mengambil risiko,” jawab Olivia, merasa semangatnya mulai membara.

Dengan langkah mantap, mereka keluar dari ruang kecil itu, siap menghadapi apa pun yang datang. Saat mereka melangkah kembali ke ruangan kerja, Olivia merasakan keberanian yang mengalir dalam dirinya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama menuju kebebasan, dan terlepas dari apa yang orang lain katakan, dia akan memperjuangkan cintanya.

Di luar, semua orang di kantor menatap mereka dengan tatapan curiga. Olivia merasakan hawa dingin melintas di punggungnya, tetapi kali ini dia tidak merasa takut. Dia tahu, apapun yang terjadi, dia tidak akan berdiri sendirian—Arjun ada di sisinya. Dengan penuh tekad, mereka berdua melangkah maju menuju ruang rapat, siap untuk mengumumkan kebenaran yang selama ini disembunyikan, dan menghadapi setiap konsekuensinya.

Ruang rapat terasa lebih padat dari biasanya, dipenuhi oleh rekan-rekan kerja dan beberapa anggota dewan yang menantikan pengumuman penting dari Arjun dan Olivia. Saat mereka melangkah masuk, suasana tegang mengalir di antara semua yang hadir. Olivia dapat merasakan tatapan tajam dari setiap orang, beberapa di antaranya terlihat skeptis, sementara yang lain tampak penasaran.

“Terima kasih telah datang,” Arjun mulai berbicara, suaranya mantap namun Olivia bisa mendeteksi sedikit ketegangan di balik nada tersebut. “Kami di sini untuk membahas situasi yang sedang berkembang di perusahaan dan cara kita akan melanjutkan.”

Olivia merasa napasnya tersengal, bersiap untuk menyampaikan apa yang telah mereka diskusikan. Namun, Arjun tiba-tiba memberi isyarat untuk menghentikannya. “Olivia, tunggu,” katanya, pandangan matanya mengisyaratkan ketidaksetujuan.

“Huh?” Olivia menatapnya bingung, merasa gelisah. “Apa maksudmu, Arjun? Kita harus membicarakan hubungan kita dan bagaimana ini mempengaruhi perusahaan.”

Arjun menegakkan punggungnya, wajahnya serius. “Tapi tidak di sini, di depan mereka,” jawabnya dengan nada tegas. “Ini bukan tempat yang tepat untuk itu. Kita tidak bisa memberi mereka alasan untuk menjatuhkan kita. Kita harus menunjukkan bahwa kita tetap profesional.”

“Profesional?” seru Olivia, suaranya sedikit meninggi, terkejut oleh ketidakberaniannya. “Kita sudah terjebak dalam skandal ini, Arjun! Tidak ada cara untuk kembali ke kehidupan normal tanpa menghadapi kenyataan.”

“Dan apa yang terjadi jika kita berbicara sekarang? Kamu tahu betapa cepatnya rumor bisa menyebar,” Arjun menjelaskan, tangannya bergerak ekspresif. “Kita harus menjaga citra perusahaan agar tetap utuh. Jika kita mengumumkan hubungan kita di sini, itu hanya akan membuat situasi semakin buruk.”

Olivia merasakan amarah dan frustrasi memuncak di dalam dirinya. “Tapi kita tidak bisa terus bersembunyi! Ini bukan hanya tentang perusahaan, ini tentang kita! Tentang apa yang kita rasakan satu sama lain!”

Satu demi satu, mata di dalam ruangan itu beralih ke Olivia dan Arjun, semua orang jelas memperhatikan ketegangan di antara mereka. Olivia bisa merasakan deru jantungnya, tidak ingin menunjukkan kerentanan di depan publik.

“Olivia, mendengarkan aku,” kata Arjun dengan lembut, tetapi nada suaranya tetap tegas. “Kita akan menemukan waktu yang tepat untuk berbicara. Saat ini, kita perlu berfokus pada pekerjaan dan memecahkan masalah ini dari dalam. Kita tidak bisa memberi mereka kesempatan untuk menyerang kita. Ini adalah langkah strategis.”

Olivia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Dia tahu ada kebenaran dalam apa yang Arjun katakan, tetapi hatinya menolak untuk terus berdiam diri, terperangkap dalam kebohongan. “Jadi, apa yang harus kita lakukan? Berpura-pura tidak terjadi apa-apa?” tanyanya, suara hatinya bergetar.

Arjun mengalihkan pandangannya sejenak, seolah mempertimbangkan semua kemungkinan. “Kita harus memperkuat posisi kita di perusahaan. Aku akan berbicara dengan dewan tentang langkah-langkah untuk memperbaiki situasi ini. Kita harus menjaga hubungan kita dan karier kita tetap utuh sebelum mengambil langkah lebih jauh.”

Olivia merasa seolah jiwanya terombang-ambing, antara keinginan untuk mengakui cintanya dan rasa tanggung jawab terhadap perusahaan. “Jika itu yang kamu inginkan, aku akan mengikutinya. Tapi, aku berharap kita tidak akan terlambat,” jawabnya, suaranya kini lebih tenang, tetapi hatinya tetap penuh kekhawatiran.

“Tidak, kita tidak akan terlambat,” balas Arjun, tersenyum dengan lembut, meskipun ada kerisauan di matanya. “Kami akan melewati ini bersama.”

Dengan keputusan yang diambil, mereka melanjutkan presentasi, tetapi di dalam hati Olivia, rasa takut dan harapan saling berkelindan. Saat dia menyampaikan laporan, semua orang memperhatikan, tetapi dia merasa ada beban berat yang menghimpit di dalam dirinya—skandal yang masih menggantung dan rasa cinta yang terlarang yang belum bisa diungkapkan.

Ketika rapat berakhir, Arjun menarik Olivia ke sisi, jauh dari perhatian orang lain. “Kita akan berbicara lebih lanjut tentang ini nanti, Olivia. Kita perlu memiliki rencana yang solid sebelum mengambil langkah berikutnya,” katanya, menatapnya dengan serius.

Olivia hanya mengangguk, menerima keputusan itu, tetapi dalam hatinya, dia berdoa agar keputusan mereka tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Saat mereka meninggalkan ruangan, satu pertanyaan tetap membara di pikirannya: Akankah mereka mampu menghadapi dunia dengan keberanian untuk mengakui hubungan terlarang ini, atau akankah mereka terjebak selamanya dalam bayang-bayang kebohongan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status