“Tentu saja aku sangat yakin. Hanya Mami dan Daddy saja yang akan pergi bersama. Aku menunggu di rumah tidak masalah, asalkan nanti dibawakan makanan dan es krim yang lezat,” ungkap William menjawab pertanyaan Vero dengan penuh keyakinan dan juga semangat yang tinggi.“Apakah kau keberatan jika kita pergi berdua saja?” tanya Marco kepada Vero di depan William.Hal itu tentu saja membuat Vero merasa tidak sampai hati dan merasa canggung. Dia tidak ingin menolak permintaan William dan dia tidak bisa mengatakan hal itu secara langsung saat ini. Ingin rasanya Vero meminta maaf kepada Marco karena tidak ingin pergi berdua saja. Hanya saja, harapan William sudah sangat tinggi padanya malam ini dan tentu sebagai seorang ibu dia tidak ingin membuat anaknya tercinta merasa kecewa dan sedih.“Tentu saja tidak, Marc. Aku tidak mungkin keberatan makan malam bersama dengan suamiku sendiri. Bukan begitu, Sayang?” tanya Vero melemparkannya pada William untuk membuang rasa canggung dalam menjawab per
“Jangan terlalu dipikirkan yang William tanyakan tadi,” ucap Marco menenangkan Vero yang tampak tidak nyaman dan hanya melamun saja selama perjalanan.“Tidak. Aku hanya tidak mengerti bagaimana anak seusia dia bisa bertanya hal sedetail itu,” sahut Vero dengan senyum yang tampak dipaksakan.“Mungkin ... dia memang memiliki pemikiran dewasa, atau memang karena memiliki IQ tinggi seperti ayah kandungnya.”Mata Vero langsung beralih pada Marco yang sedang fokus menyetir. Dia cukup terkejut saat Marco membahas tentang ayah kandung William. Selama ini, dia tidak pernah mendengar Marco sekali pun membahas ataupun bertanya tentang ayah biologis William. Itu sebabnya dia merasa Marco agak berbeda hari ini dan Vero tidak tahu apa yang membuatnya berubah seperti itu.Menyadari bahwa tatapan Vero sedang tertuju padanya, tentu saja membuat Marco merasa sedikit tidak nyaman. “Sorry, aku tidak ada maksud untuk menyinggung perasaanmu,” sesal Marco sungguh-sungguh dan merasa bersalah karena sudah ber
“Sayang ... kau ingin pesan makan apa?” tanya Bella dengan lembut pada Rayhan yang duduk di seberangnya.“Pesan saja apa yang ingin kau makan. Aku tidak lapar!” jawab Rayhan dan matanya tetap tidak beranjak dari sosok wanita cantik di meja depannya.“Kau harus makan yang banyak, Sayang. Aku tidak mau kau sakit lagi, karena dokter mengatakan kalau kau masih dalam proses pemulihan.”“Aku sudah bilang kalau aku tidak lapar. Kalau kau juga tidak tahu akan memesan apa, sebaiknya kita pulang saja!”“Jangan pulang, Rayhan sayang. Ini adalah restoran baru temanku, jadi kita harus coba dan nanti dia akan datang karena tahu aku datang bersamamu malam ini,” ungkap Bella dengan sedikit cemberut dan berusaha membujuk Rayhan untuk tidak mengajaknya pulang.Mereka memang sengaja datang ke restoran ini, dan lebih tepatnya Rayhan terpaksa atas desakan dan rengekan Bella. Dia sudah keluar dari rumah sakit siang tadi dan langsung pulang ke rumahnya. Namun, Bella bersikeras ingin datang ke rumahnya untuk
Sementara itu, Vero berjalan di lorong yang menuju ke toilet wanita. Sudah terlihat jelas di depannya dua arah yang berbeda antara toilet wanita dan toilet pria. Vero bersiap mengambil langkah ke karna toilet wanita berada di sebelah kiri. Namun, tiba-tiba saja tangannya yang sedang memegang dada yang terasa sesak itu dicekal dengan sangat erat.Vero terkejut dan langsung memilin tangan yang memegangnya dengan sangat lihai. Ternyata, Rayhan adalah orang yang memegang tangan wanita itu dengan erat tadi. dia juga merasa syok dengan perlawanan yang diberikan oleh Vero kepadanya secara responsif.“Ka-kau? Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Vero tergugu.“Aku? Aku tentu saja ingin memberimu hukuman, Nyonya Sweet,” jawab Rayhan dengan seringai lebar di sudut bibirnya.“Hukuman apa yang sedang kau maksud, Tuan Muda?” tanya Vero berusaha untuk tetap tenang, meski jantungnya sudah tidak bisa lagi dikondisikan saat ini.“Kau masih bertanya tentang hal itu? Aku yakin, dan sangat yakin seratus p
“Tapi, aku tidak bisa lagi bersamamu sekarang. Aku ... aku sudah menikah dengan sah dan ini sudah berjalan tiga tahun.” Vero melepaskan pelukannya dari Rayhan dan mengatakan kejujuran itu dengan hati pedih.Tentu saja dengan sangat terpaksa sambil terus melihat reaski pria yang dicintainya itu. Vero tak bisa berbohong dan tidak ingin memberikan harapan palsu pada Rayhan dengan hubungan yang tidak lagi sama seperti dulu.Rayhan tertegun mendengar pengakuan Vero kepadanya itu dan sungguh tidak menyangka sama sekali dengan semua itu. Awalnya, dia mengira semua info yang dia dapatkan dari Petrus hanyalah khayalan belaka atau manipulatif. Namun, Rayhan tahu bahwa Vero bukanlah seorang wanita yang pandai berbohong. Dia mengatakan kebenaran saat ini dan jujur saja itu melukai hati Rayhan.“Aku ingin untuk tidak mendengar semua itu,” ucap Rayhan dan membelai wajah Vero lembut.“Tapi, itu kenyataannya dan semua tidak bisa diubah.” Vero berusaha meyakinkan Rayhan lagi.“Apa yang sebenarnya ingi
Belum sempat Vero menjawab pertanyaan Rayhan, terdengar suara ketukan pintu di luar bilik itu. Wajah Vero menjadi sangat tegang saat ini, tapi jelas tidak begitu dengan Rayhan. Pri itu terlihat sangat tenang dan tidak khawatir pada apapun atau siapapun di luar sana.“Bagaimana sekarang?” tanya Vero berbisik pelan dan mengarahkan telunjuknya ke pintu.“Duh ... kenapa semua toilet ini penuh? Aku sudah tidak sabar ingin buang air kecil,” ucap sebuah suara di luar bilik toilet yang kini dihuni oleh Vero dan Rayhan.Vero semakin cemas saat mendengar suara wanita yang ada di luar sana. Itu adalah suara Bella – wanita yang datang bersama Rayhan malam ini. Wanita yang kabarnya akan menjadi istri Rayhan tidak lama lagi dan gaunnya sedang dalam pengerjaan oleh Arabella – teman sekantor Vero yang baru. Meski tidak akrab, jelas Vero sangat mengenali ciri khas suara wanita itu dengan baik.“Aku akan keluar sekarang,” ucap Rayhan yang membisikkan kalimat itu tepat di telinga Vero. Lalu menggigitnya
“Kau dari mana saja, Ray? Aku menunggumu sampai lemas karna menahan lapar,” ucap Bella saat melihat Rayhan duduk kembali di kursinya.“Aku tadi bertemu teman lama saat di toilet dan kemudian bercerita panjang di lorong,” jelas Rayhan yang tentu saja adalah kebohongan belaka.“Oh begitu. Kenapa kau tidak mengajaknya duduk bersama kita di sini? Kita bisa makan bersama dengan teman lamamu itu, Ray. Pasti sangat menyenangkan bukan?” tanya Bella dengan wajah sumringah dan terlihat sangat penuh dengan harap.Jelas saja bahwa semua hanya sandiwara belaka, karena Bella sudah tahu yang sebenarnya. Rayhan bertemu dan berkurung di dalam bilik toilet wanita. Bukan bersama teman lamanya, tapi bersama mantan istrinya yang masih sangat dicintainya saat ini.Bella menyadari bahwa selama ini tidak pernah dianggap dan dipandang oleh Rayhan. Bagaimana dan seperti apa Rayhan, dia sudah tahu sedikit banyaknya. Namun, saat Rayhan kini sudah bertemu lagi dengan Vero, Bella bisa melihat ada cinta dan harapan
“Apa yang baru saja kau katakan, Sayang?” tanya Bella seperti baru saja mendengar Rayhan berbicara.“Tidak. Bukan apa-apa. Lanjutkan saja makanmu,” jawab Rayhan mengelak.“Aku mendengar kau berkata sesuatu tentang kekasih. Apa itu tentang aku atau kita?” tanyanya yang masih saja penasaran.“Tidak ada. Kau hanya salah dengar. Ayo cepat habiskan makananmu dan kita pulang!” jawab Rayhan sekali lagi tak ingin membuat Bella terus bertanya padanya.Sejujurnya, Bella merasa kesal karena diperlakukan seperti itu oleh Rayhan. Namun, dia tidak menunjukkan rasa kesal dan marahnya saat ini karena ada Vero yang pasti mendengarkan mereka berbicara. Selain itu, Bella juga tidak ingin membuat Vero menganggap bahwa Rayhan memperlakukannya dengan sangat buruk.Bella jelas ingin menjaga harga diri dan juga martabatnya di depan wanita mantan istri Rayhan itu. Baginya saat ini yang harus dilihat dan didengar oleh Vero adalah semua hal yang indah dan juga romantis. Bella ingin Vero juga berhenti berharap p
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah