“Jangan dengarkan dia, Sayang. Ayo kembali ke kamar dan bersiap, kita makan di luar saja pagi ini. Bawa baby R bersama kita sekalian, biar dia dijaga oleh pengasuh barunya.”Rayhan berkata dengan tegas dan langsung membawa tubuh Vero menjarak dari dapur dan juga hadapan Esra.Tentu saja Esra tidak senang dengan pemandangan di depannya saat ini dan merasa murka. Saat Vero melangkah tepat di depannya, Esra mengulurkan kakinya ke depan dan hampir saja tubuh Vero tersungkur ke depan. Untung saja dengan sangat cepat kedua tangan kokoh Rayhan berhasil menangkap tubuh itu dan memeluknya dengan sangat erat.“Jangan melampaui batasanmu, Esra!” berang Rayhan pada wanita itu dengan wajah memerah dan kemudian rahangnya mengeras sempurna.Tubuh Esra menegang dan raut ketakutan muncul di wajahnya saat ini. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa melupakan siapa Rayhan yang sebenarnya saat ini. Pria itu adalah yang paling berkuasa di negara ini, meski tidak pernah memperlihatkan kekuaasannya di depan semua
“Jadi, seperti itu semuanya? Ramon datang dan memintamu pulang karena ada pertemuan keluarga yang harus kalian hadiri?”“Sayang, aku sudah menolaknya dan itu tidak mudah untuk kita. Bukannya kita sudah sepakat untuk tidak pulang ke sana? Aku tidak ingin membuatmu menderita berada di lingkungan toxic seperti itu.”“Kau tidak menjelaskan semuanya padaku secara jujur. Kau hanya mengatakan hal yang sederhananya saja!”“Untuk apa aku menjelaskan hal yang tidak seharusnya kita pikirkan itu, Sayang? Ayolah, jangan menjadikan itu sebagai bahan pertengkaran kita. Itu yang mereka mau dan inginkan!”Rayhan dan Vero sudah berada di dalam kamar tidur mereka saat ini dan berdebat tentang semua ucapan yang tadi Esra sampaikan. Semua yang memang diucapkan Ramon pada Rayhan, tapi tidak sepenuhnya dia sampaikan kepada istrinya. Rayhan jelas saja tidak ingin membuat rumah tangga mereka berselisih karena masalah itu.Vero duduk di sisi ranjang dan menatap Richard yang masih tidur dengan sangat nyenyak. T
“Tuan Muda, nona Bella sudah datang.”“Biarkan dia masuk!” titah seorang pria yang duduk dengan kaki tersilang ke atas dan sebuah cerutu di sela jarinya yang panjang dan kurus.“Baik, Tuan Muda.” Wanita muda berpapan nama Maura di bagian dada kanannya itu berkata dengan patuh dan sedikit membungkuk.Wanita yang bekerja sebagai sekretaris Rayhan itu keluar dari dalam ruangan yang luas itu dan tidak berselang lama kemudian, seorang wanita yang cantik dan elegant melenggang dengan pakaian seksi. Wanita yang dipanggil dengan nama Bella itu tampak sangat agresif mendekati Rayhan dan duduk di pangkuannya.“Sayang ... apa yang sedang kau lakukan? Bukankah kita akan pergi? Aku sudah menunggumu sejak tadi,” rengek Bella dan mengalungkan tangannya di leher Rayhan.“Aku tidak mengatakan bahwa aku bisa pergi bukan? Jadi, pergilah kau sendiri ke sana. Aku setuju dengan semua yang kau pilih,” jawab Rayhan tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer kerja.“Tidak bisa seperti itu, Sayang. Yang akan
“William! Kenapa kau di sini, Sayang? Ayo kembali pada ke tempat mami. Dia mencarimu sejak tadi,” ucap seorang pria yang datang menghampiri anak laki-laki itu.Rayhan perlahan mengendurkan pegangan tangannya pada pergelangan tangan anak laki-laki itu. Dia mendengar pria itu dengan jelas memanggil si bocah dengan nama William. “Dia bukan putraku,” lirihnya dengan hati yang terluka.“Maaf, kau berkata apa tadi, Tuan?” tanya pria bernama Marco itu kepada Rayhan.“Tidak. Bukan apa-apa. Dia hanya mirip dengan putraku dan mungkin mereka seumuran.” Rayhan menjawab dengan nada datar tapi pandangannya tetap terfokus pada bocah bernama William.“Oh begitu ternyata. Baiklah, kami harus kembali karena istriku sudah menunggu. Anak ini memang selalu membuat ibunya khawatir dan kesal,” ungkap Marco dan menjewer hidung mancung anak lelaki yang dipanggil dengan nama William itu, lalu keduanya tertawa dengan riang.Mereka mengumbar kemesraan dan kasih sayang antara ayah dan anak di depan Rayhan yang te
“Keluarga Nona Bella!” panggil seorang perawat dari dalam ruangan tempat Bella diperiksa.Seketika keadaan hening dan tidak ada yang menjawab panggilan perawat. Namun, hal itu dimanfaatkan oleh Marco untuk segera membawa William pergi dari hadapan Rayhan. Di sisi lain, Rayhan juga sudah memberikan kode kepada Petrus untuk menyelediki semua itu.Sebagai orang yang sudah lama mengikuti Rayhan, tentu saja Petrus tahu apa yang harus dia lakukan. Dia sangat paham dan mengerti hal yang harus dilakukan saat ini meskipun hanya diberikan kode dari gerakan kepala atau mata saja.“Apa yang terjadi padanya, Dok?” tanya Rayhan di depan ranjang pasien dan di atasnya ada Bella terbaring masih tak sadarkan diri.“Sepertinya dia tidak mengkonsumsi obatnya sudah beberapa lama ini. Kemudian, dia juga melewatkan beberapa kali jadwal terapi dan pengobatan lainnya,” jelas dokter paruh baya yang di depan dadanya bertuliskan nama dr. Harvin Fernandes SpKJ dan itu artinya dia adalah dokter ahli kejiwaan yang
Sejujurnya, berat rasa hati Petrus untuk menerima titah dari Rayhan yang memintanya mengambil cuti selama seminggu. Namun, dia tidak kuasa membantah karena juga memikirkan perasaan majikannya itu. Rayhan mungkin benar-benar ingin sendiri dan butuh keheningan untuk beberapa hari ini. Jadi, Petrus meminta istrinya untuk berkemas dan mereka akan pergi liburan.“Sayang, apa kau yakin meninggalkan Rayhan di sini?” tanya Alesha yang jelas tidak biasa memanggil Rayhan dengan panggilan tuan seperti suaminya.“Aku sebenarnya tidak yakin, tapi juga tidak punya pilihan lain,” jawab Petrus dengan helaan napas yang berat, lalu berbaring di tempat tidurnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba saja dia meminta kita pergi berlibur dan menyuruhmu cuti selama seminggu? Apa yang wanita itu lakukan padanya?” tanya Alesha yang mencecar Petrus dengan tidak sabar.“Ceritanya panjang, Sayang. Aku kasihan padanya selama lima tahun belakangan ini. Tapi, semuanya tidak bisa diubah dan nyonya Vero tet
“Sayang! Di mana kau bertemu dengannya dan apa yang dia lakukan padamu? Dia tidak menyakitimu bukan?” tanya wanita itu dengan sangat agresif dan tampak begitu ketakutan.“Vero! Jangan terlalu keras! Kau menyakiti William.” Marco menegur sikap dan tindakan wanita yang ternyata memang adalah Veronica Sweet – istri yang selama ini dicari dan ditunggu kepulangannya oleh Rayhan.Vero tidak sadar sudah mencengkram lengan William dan mengguncang tubuh mungil di sampingnya itu dengan kuat saat melontarkan pertanyaan tadi. Hal itu membuat putranya meringis menahan sakit walaupun dia tidak menangis sama sekali. William terlihat seperti pria dewasa yang tidak memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain.Walaupun Vero adalah ibu kandungnya sendiri, dia tidak mau terlihat sebagai lelaki yang cengeng. William yang tak lain adalah Richard, tumbuh menjadi anak yang dingin dan juga tidak banyak bicara. Dia yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah sampai usia dua tahun, membentuk dir
Marco memberikan isyarat kepada Vero untuk mengalah dan tidak lagi berdebat dengan William. Selama ini pun bisa dikatakan jika Vero memang terlalu protektif dan juga sangat mengawasi semua yang dilakukan William. Hingga bocah lima tahun itu tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, kalau tidak bertemu dengan Rayhan siang ini.Selama apapun dan serapi apapun Vero menyimpan rahasia itu, akhirnya pasti tetap akan terbongkar juga. Selain William yang memang memiliki IQ di atas rata-rata, pertemuan dengan Rayhan tadi pun membuatnya yakin jika sosok pria yang sempat dipanggilnya dengan sebutan paman itu adalah ayah kandungnya. Namun, William masih tidak punya bukti untuk hal itu dan tidak bisa langsung memanggilnya dengan sebutan ayah atau daddy.“Baiklah, Nak. Kau bisa memilih kamar ini sebagai kamar tidurmu. Tapi, aku akan membobol dinding ini untuk bisa terhubung dengan kamarku. Aku ingin bisa terus mengawasimu tanpa lengah,” ungkap Vero yang mengalah, tapi memberikan persayaratan tidak m
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah