“Tuan Muda, nona Bella sudah datang.”“Biarkan dia masuk!” titah seorang pria yang duduk dengan kaki tersilang ke atas dan sebuah cerutu di sela jarinya yang panjang dan kurus.“Baik, Tuan Muda.” Wanita muda berpapan nama Maura di bagian dada kanannya itu berkata dengan patuh dan sedikit membungkuk.Wanita yang bekerja sebagai sekretaris Rayhan itu keluar dari dalam ruangan yang luas itu dan tidak berselang lama kemudian, seorang wanita yang cantik dan elegant melenggang dengan pakaian seksi. Wanita yang dipanggil dengan nama Bella itu tampak sangat agresif mendekati Rayhan dan duduk di pangkuannya.“Sayang ... apa yang sedang kau lakukan? Bukankah kita akan pergi? Aku sudah menunggumu sejak tadi,” rengek Bella dan mengalungkan tangannya di leher Rayhan.“Aku tidak mengatakan bahwa aku bisa pergi bukan? Jadi, pergilah kau sendiri ke sana. Aku setuju dengan semua yang kau pilih,” jawab Rayhan tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer kerja.“Tidak bisa seperti itu, Sayang. Yang akan
“William! Kenapa kau di sini, Sayang? Ayo kembali pada ke tempat mami. Dia mencarimu sejak tadi,” ucap seorang pria yang datang menghampiri anak laki-laki itu.Rayhan perlahan mengendurkan pegangan tangannya pada pergelangan tangan anak laki-laki itu. Dia mendengar pria itu dengan jelas memanggil si bocah dengan nama William. “Dia bukan putraku,” lirihnya dengan hati yang terluka.“Maaf, kau berkata apa tadi, Tuan?” tanya pria bernama Marco itu kepada Rayhan.“Tidak. Bukan apa-apa. Dia hanya mirip dengan putraku dan mungkin mereka seumuran.” Rayhan menjawab dengan nada datar tapi pandangannya tetap terfokus pada bocah bernama William.“Oh begitu ternyata. Baiklah, kami harus kembali karena istriku sudah menunggu. Anak ini memang selalu membuat ibunya khawatir dan kesal,” ungkap Marco dan menjewer hidung mancung anak lelaki yang dipanggil dengan nama William itu, lalu keduanya tertawa dengan riang.Mereka mengumbar kemesraan dan kasih sayang antara ayah dan anak di depan Rayhan yang te
“Keluarga Nona Bella!” panggil seorang perawat dari dalam ruangan tempat Bella diperiksa.Seketika keadaan hening dan tidak ada yang menjawab panggilan perawat. Namun, hal itu dimanfaatkan oleh Marco untuk segera membawa William pergi dari hadapan Rayhan. Di sisi lain, Rayhan juga sudah memberikan kode kepada Petrus untuk menyelediki semua itu.Sebagai orang yang sudah lama mengikuti Rayhan, tentu saja Petrus tahu apa yang harus dia lakukan. Dia sangat paham dan mengerti hal yang harus dilakukan saat ini meskipun hanya diberikan kode dari gerakan kepala atau mata saja.“Apa yang terjadi padanya, Dok?” tanya Rayhan di depan ranjang pasien dan di atasnya ada Bella terbaring masih tak sadarkan diri.“Sepertinya dia tidak mengkonsumsi obatnya sudah beberapa lama ini. Kemudian, dia juga melewatkan beberapa kali jadwal terapi dan pengobatan lainnya,” jelas dokter paruh baya yang di depan dadanya bertuliskan nama dr. Harvin Fernandes SpKJ dan itu artinya dia adalah dokter ahli kejiwaan yang
Sejujurnya, berat rasa hati Petrus untuk menerima titah dari Rayhan yang memintanya mengambil cuti selama seminggu. Namun, dia tidak kuasa membantah karena juga memikirkan perasaan majikannya itu. Rayhan mungkin benar-benar ingin sendiri dan butuh keheningan untuk beberapa hari ini. Jadi, Petrus meminta istrinya untuk berkemas dan mereka akan pergi liburan.“Sayang, apa kau yakin meninggalkan Rayhan di sini?” tanya Alesha yang jelas tidak biasa memanggil Rayhan dengan panggilan tuan seperti suaminya.“Aku sebenarnya tidak yakin, tapi juga tidak punya pilihan lain,” jawab Petrus dengan helaan napas yang berat, lalu berbaring di tempat tidurnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba saja dia meminta kita pergi berlibur dan menyuruhmu cuti selama seminggu? Apa yang wanita itu lakukan padanya?” tanya Alesha yang mencecar Petrus dengan tidak sabar.“Ceritanya panjang, Sayang. Aku kasihan padanya selama lima tahun belakangan ini. Tapi, semuanya tidak bisa diubah dan nyonya Vero tet
“Sayang! Di mana kau bertemu dengannya dan apa yang dia lakukan padamu? Dia tidak menyakitimu bukan?” tanya wanita itu dengan sangat agresif dan tampak begitu ketakutan.“Vero! Jangan terlalu keras! Kau menyakiti William.” Marco menegur sikap dan tindakan wanita yang ternyata memang adalah Veronica Sweet – istri yang selama ini dicari dan ditunggu kepulangannya oleh Rayhan.Vero tidak sadar sudah mencengkram lengan William dan mengguncang tubuh mungil di sampingnya itu dengan kuat saat melontarkan pertanyaan tadi. Hal itu membuat putranya meringis menahan sakit walaupun dia tidak menangis sama sekali. William terlihat seperti pria dewasa yang tidak memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain.Walaupun Vero adalah ibu kandungnya sendiri, dia tidak mau terlihat sebagai lelaki yang cengeng. William yang tak lain adalah Richard, tumbuh menjadi anak yang dingin dan juga tidak banyak bicara. Dia yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah sampai usia dua tahun, membentuk dir
Marco memberikan isyarat kepada Vero untuk mengalah dan tidak lagi berdebat dengan William. Selama ini pun bisa dikatakan jika Vero memang terlalu protektif dan juga sangat mengawasi semua yang dilakukan William. Hingga bocah lima tahun itu tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, kalau tidak bertemu dengan Rayhan siang ini.Selama apapun dan serapi apapun Vero menyimpan rahasia itu, akhirnya pasti tetap akan terbongkar juga. Selain William yang memang memiliki IQ di atas rata-rata, pertemuan dengan Rayhan tadi pun membuatnya yakin jika sosok pria yang sempat dipanggilnya dengan sebutan paman itu adalah ayah kandungnya. Namun, William masih tidak punya bukti untuk hal itu dan tidak bisa langsung memanggilnya dengan sebutan ayah atau daddy.“Baiklah, Nak. Kau bisa memilih kamar ini sebagai kamar tidurmu. Tapi, aku akan membobol dinding ini untuk bisa terhubung dengan kamarku. Aku ingin bisa terus mengawasimu tanpa lengah,” ungkap Vero yang mengalah, tapi memberikan persayaratan tidak m
Vero menangis tersedu di dalam kamarnya yang sudah dia kunci dan tak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk Marco – pria yang sudah menikahinya tiga tahun lalu dan sudah memberikan kehidupan baru untuknya dan juga William selama lima tahun belakangan.“Apa yang sudah kau gariskan pada takdirku, Tuhan? Kenapa kau mengirimku kembali ke negara ini dan mempertemukan anakku dengan dia lagi? Setelah lima tahun aku pergi meninggalkannya, sekarang kau mengirimku lagi ke sini,” isak Vero yang teringat pada masa-masa perjuangannya meninggalkan Rayhan.Siang itu, saat Rayhan bekerja di kantornya dan Petrus sibuk dengan Alesha yang berada di antara hidup dan matinya, Vero pergi membawa Richard tanpa ada seorang pun yang tahu. Jika pun ada yang tahu dia pergi siang itu hanyalah Esra. Gadis itu tentu saja semakin senang saat melihat Vero pergi meninggalkan rumah.“Aku tidak akan membiarkan kau merebut anakku, Ray! Dia hanya milikku dan kalian tidak berhak mengambilnya dariku. Aku bisa membunuh kali
Rayhan tersenyum penuh arti sambil menenggak lagi minuman di tangannya. Dia tahu bahwa Vero tidak akan datang dan sengaja mengatakan semua itu. Bukan berarti semuanya hanya sebuah ancaman karena Rayhan bukan pria yang suka memberikan gertak sambal pada orang lain. Apalagi yang menjadi lawan bicaranya saat ini adalah Vero – istri yang sudah teramat sangat dirindukannya selama ini.“Aku akan tetap menunggumu walau kau tidak akan datang,” gumam Rayhan setelah satu jam berlalu dan sudah menghabiskan dua botol besar minuman beralkohol lagi.“Siapa yang bilang kalau aku tidak akan datang?” tanya Vero yang entah sejak kapan ada di depan mata kepalanya.Rayhan tertawa dengan suara yang tertahan dan masih ada nada mabuk di sana. Jelas saja jika saat ini Rayhan tidak percaya dengan penglihatannya itu. Dia merasa berhalusinasi karena sudah dalam keadaan mabuk berat. Menurutnya tidak mungkin Vero datang ke rumah ini, karena dia tahu betul keras kepalanya Vero seperti apa.Dia mengambil satu botol
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget