“Jangan lancang kau, Tuan Ramon!” hardik Tommy dengan suara yang dalam dan terkesan sangat marah.Dia jelas tidak suka mendengar seorang pria berbicara terlalu lancang seperti itu kepada istrinya. Tommy sangat memanjakan istrinya itu dan terlalu percaya pada wanita yang sudah memberikannya seorang anak perempuan berusia tiga tahunan.“Aku hanya bercanda, Tuan Tommy. Kenapa kau sangat marah?” tanya Ramon dengan suara yang hampir saja menyerupai tawa.“Aku tidak suka berbaur dengan pria berotak mesum dan juga tidak punya sopan santun sepertimu,” ucap Jenny dengan suara yang tegas dan tatapan mata yang nyalang.“Aku berotak mesum? Mungkin, kita bisa melihat siapa yang lebih mesum,” kata Ramon dan bersiap menekan layar ponsel di tangannya.“Tidak. Tolong jangan lakukan itu! A-aku tidak bisa membuat diriku malu di sini. Di depan orang banyak seperti ini, kau tidak bisa membuat harga diri seorang wanita hancur dan tercemar!” ungkap Jenny yang langsung panik dan juga memohon kepada Ramon.Ha
Di rumah sakit, Vero masih belum sadarkan diri meski sudah semalaman Rayhan menjaganya di sana. Alesha dan Catrine juga tidak meninggalkan rumah sakit itu dan mereka sudah pasrah jika harus berhenti bekerja. Apalagi, bagi Catrine sudah tidak ada gunanya lagi bekerja di sana. Dia sudah terlalu kecewa pada tunangannya itu dan tak mau lagi bertemu.“Sudah semalaman dan sekarang sudah siang, tapi dia masih belum bangun. Menurutmu, apa yang mungkin terjadi pada Vero? Aku sangat takut, Catrine!” ucap Alesha dengan suara bergetar kepada Catrine.“Aku masih tetap berdoa dan berharap kalau dia akan baik-baik saja, Sayang.” Catrine berkata dengan suara yang pelan.Terus terang saja, dia juga sangat lelah sejak kemarin mengalami hal yang tidak terbayangkan dalam hidupnya itu. Saat ini, Catrine sudah sangat lelah hati dan juga lelah pikiran. Apalagi badannya yang juga lelah karena kurang istirahat sejak kejadian kecelakaan Vero kemarin.“Iya. Aku juga berharap dan berdoa seperti itu tentunya. Kau
“Apa Vero benar-benar sudah sadar? Bagaimana keadaannya saat ini? Apa Rayhan mengatakan sesuatu padamu?” tanya Catrine beruntun pada Alesha.Gadis yang diberondongi dengan banyak pertanyaan itu menatap sahabatnya dengan sangat heran. Dia seperti tidak mengerti sama sekali dengan yang ditanyakan oleh Catrine. Namun, belum sempat dia menjawah pertanyaan Catrine, seorang dokter muda datang dengan langkah tergesa-gesa dan langsung masuk ke dalam ruangan Vero.“Apa terjadi sesuatu pada Vero? Apa benar dia sudah sadar? Kenapa dokter itu masuk dengan tergesa gesa ke dalam ruangan Vero? Apa mungkin terjadi hal yang buruk pada Vero?”Kali ini gantian Alesha yang melempar pertanyaan bertubi-tubi pada Catrine. Akan tetapi, tentu saja Catrine tidak tahu harus menjawab apa karena dia juga merasa butuh jawaban dari Alesha yang dari tadi standby menunggu di depan ruangan perawatan Vero.“Aku tidak tahu tentang itu dan aku sama sekali belum mendapatkan info apapun dari dalam sana,” ucap Alesha yang k
Catrine dan Alesha saling berpandangan dengan senyum yang menggoda. Vero yang diberikan kata-kata manis seperti itu, tapi mereka berdua yang terbawa perasaan dan langsung merasa senang. Tentu saja itu semua karena mereka ikut bahagia dengan yang diterima oleh temannya itu.“Ehem ... apa kau tidak berbunga-bunga mendengar ucapan suamimu itu, Sayang?” tanya Alesha pada Vero dan saat ini wajah pucat Vero tampak bersemu merah muda.Ekor mata Rayhan tentu saja juga menangkap perubahan rona wajah wanita yang dicintainya itu. Namun, Rayhan tidak sebegitu senang karena dia tahu sampai saat ini di dalam hati Vero masih ada Ramon – kakak tirinya itu. Rayhan tidak bisa dan tidak ingin egois karena memang Ramon lah yang pertama hadir dalam hidup dan hati Vero.Dia hanyalah seorang figuran yang kini datang menyelematkan Vero secara suka rela karena tidak ingin melihat wanita itu terluka lebih dalam. Rayhan tentu tahu jika Ramon selalu mencari keberadaan Vero. Dia sudah yakin jika kakaknya itu meny
“Akhirnya, semua terungkap jelas juga bukan? Kau memang ada main dengannya selama ini. Ternyata, kalian sangat pandai berakting!”“Diamlah! Aku ingin ketenangan.”“Seharusnya aku yang berkata seperti itu. Aku sedang mengandung anakmu, Ramon!”“Lalu, apa masalahnya denganku? Yang hamil kau, bukan aku!” bentak Ramon yang membuat Miana terkejut.Pertengkaran dua orang yang berstatus suami istri itu terjadi di dalam kamar pribadi. Ramon pulang ke rumah dengan perasaan yang kesal dan tidak menentu, karena berita sudah menyebar tentang skandal Ramon dan Veronica itu.Entah siapa yang sudah menyebarkan video itu ke publik dan skandal yang selama ini tidak pernah diketahui oleh orang lain. Padahal, semua sudah selesai saat masih di perusahaan Tommy tadi. Ramon mengamuk kepada Tommy dan dia bersumpah bahwa tidak pernah menyebarkan video syur itu ke publik. Begitu pula dengan Thomas yang sudah bersumpah tidak menyebarkan file yang di tangannya itu ke siapapun.Saat ini, Ramon duduk di sudut sof
Percakapan Alesha dan Catrine yang jelas sangat abstrak dan candaan biasa itu membuat Vero teringat tentang tawaran dari Ramon untuknya beberapa bulan yang lalu. Akan tetapi, kini semuanya tidak lagi perlu disesali. Bagi Vero, tidak ada masa sekarang dan masa depan tanpa adanya masa lalu. Cukup baginya membawa bayi dalam kandungan itu sebagai bukti dia pernah mencintai Ramon di masa lalunya.Vero yakin, Rayhan sudah menepati janjinya dengan merahasiakan semuanya dari Ramon. Baik itu tentang dirinya yang kini ada bersama Rayhan di negara ini, maupun tentang kehamilan Vero. Vero sangat yakin jika itu adalah anak Ramon, karena terakhir kali mereka melakukannya sebelum malam pernikahan Ramon, pria itu tidak mengenakan pengaman sama sekali.“Sayang ... kau baik-baik saja? Kenapa kau melamun? Apa yang terjadi, hem?” tanya Alesha yang memang lebih keibuan dibandingkan dengan Catrine.“Aku rasa, mungkin Vero merindukan ayah dari bayinya itu,” sahut Catrine dengan maksud bercanda. Yang wanita
“Sayang, tidak ada kehidupan yang lebih baik di awalnya. Jika pun ada, tidak akan selalu baik pada akhirnya. Jadi, jangan pernah merasa dan menganggap bahwa hidupmu yang lebih berat dan juga buruk,” sambung Alesha yang kemudian menggenggam tangan Vero dengan erat.“A-aku ... aku jatuh cinta padanya dan memberikan semua padanya. Aku bahkan rela menjadi kekasih rahasianya. Tidak! Itu bukan kekasih namanya, karena aku dan dia hanya sebatas rekan ranjang,” jelas Vero pada akhirnya kepada Alesha dan Catrine.“Tidak masalah dengan itu, Sayang. Banyak yang menjalani kehidupan seperti itu, apalagi jika kau dan dia adalah pasangan di tempat kerja,” ucap Catrine lembut.“Seperti si brengsek itu!” lanjutnya saat teringat pada tunangan yang baru saja kepergok selingkuh dengan sekretaris pribadi.“Dia memintaku untuk jadi istri pertamanya dan kemudian dia menikah dengan istrinya sekarang. Aku menolak, karena aku tidak ingin selamanya hidup sebagai wanita yang disembunyikan. Aku juga ingin hidup be
“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Apakah aku adalah pria yang seperti itu menurutmu?” tanya Rayhan yang baru saja masuk ke dalam ruangan dengan membawa banyak box makanan di kedua tangannya.“Ray-Rayhan ...,” ucap Vero tergugu ketika menyadari bahwa ucapannya tadi didengar oleh Rayhan.Dia tampak gugup dan sangat tidak enak hati saat Rayhan berjalan perlahan mendekati ranjangnya. Sementara Alesha dan Catrine memberikan ruang untuk Rayhan agar bisa duduk di sebelah Vero. Mereka sangat pengertian dan bisa melihat jika ternyata Rayhan memang sangat mencintai Vero. Mana ada seorang pria yang rela berkorban banyak untuk seorang wanita kalau dia tidak mencintainya. Begitu pula dengan yang Rayhan lakukan kepada Vero selama ini.“Aku keluar dulu, kalian silakan lanjutkan pembicaraannya,” ucap Alesha dengan sangat pengertian.“Kalau begitu, aku ikut denganmu, Al. Aku juga ada urusan di luar,” kata Catrine yang ikut-ikutan.“Kalian mau ke mana? Apa kalian akan membiarkan makanan ini dingin
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah