Share

Bab 6 |

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 22:42:23

Damien, pemilik Diamond Rose Hotel, hotel mewah dengan cabang internasional, terbangun dengan kaget. Jantungnya berdegup kencang saat dia menyadari keberadaan seorang wanita di sampingnya. Lily, seorang resepsionis dari cabang Amerika hotel tersebut, tengah tertidur pulas. Damien mengingatkan dirinya pada malam sebelumnya yang membingungkan, ketika nafsu mengambil alih saat wanita cantik itu mengatur hidangan di meja.

Dengan hati-hati, Damien berdiri, berusaha tidak membangunkan Lily, dan bergerak menuju handuk kimononya di seberang ruangan. Dia merasa bersalah karena mencampuradukkan urusan bisnis dengan kesenangan pribadinya, terutama dengan seorang karyawan. Damien memeriksa ponselnya, mengetahui bahwa sudah pukul 8 malam. Dia harus bertemu dengan Tyler, tetapi pertama, dia merasa perlu meminta maaf kepada Lily.

Damien menarik napas panjang, siap untuk menghadapi kemarahan dari karwayannya itu. Dengan hati-hati, dia membangunkan Lily. Wanita itu membuka mata dengan bingung, menyambut Damien dengan senyum lembut. "Selamat malam, Pak Damien" gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Damien tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Rasa bersalah, malu, dan kebingungan memenuhi dirinya. Lily duduk di tempat tidur, bertanya-tanya apa yang terjadi. "Ada apa, Pak Damien?" tanya Lily, kekhawatiran terdengar di suaranya.

Damien ingin meminta maaf, menjelaskan bahwa tindakan mereka salah, tetapi sebelum dia bicara, Lily tertawa. "Pak Damien, tidak perlu minta maaf. Seharusnya aku yang minta maaf. Aku tak seharusnya..." wanita itu terhenti, memalingkan wajahnya.

Reaksi Lily membuat Damien terkejut. Dia mengharapkan rasa malu atau kemarahan, bukan tawa. "Lily," ucap Damie pelan, "aku tidak percaya kita melakukannya."

Lily tersenyum, berdiri, dan mendekati Damien. "Pak Damien, aku sangat menikmati malam kita. Itu sesuatu yang membuat aku bahagia," katanya dengan suara mendayu-dayu. Dia menahan kata-katanya sejenak, mencari ekspresi yang tepat. "Aku tidak pernah bayangkan bahwa Pak Damien bisa begitu manis dan polos." Tambahnya dengan wajah merona.

Damien merasa hangat mendengar kata-katanya. "Lily," kata Damien dengan susah payah, "aku tidak bisa memperlakukanmu seperti ini."tambahnya dengan masih perasaan bersalah.

Lily tersenyum, matanya berkilau. "Oh, tapi kamu bisa," godanya lalu mengedipkan satu matanya dengan centil. "Dan mungkin Pak Damien harus terbiasa." Dia mendekat, mencium Damien dengan lembut. "Tahu tidak, Pak Damien, kamu tidak seburuk yang kamu kira."

Meskipun terkejut, Damien tidak bisa membantah kebenaran di balik kata-katanya. Dia selalu menganggap dirinya sebagai pria yang selalu fokus pada bisnis, tanpa waktu untuk hubungan pribadi. Tapi malam ini, dengan Lily, dia merasakan sesuatu yang tidak pernah dia alami sejak lama yaitu menumpahkan kepuasan gairah bagi seorang pria.

Lily menarik lembut tangan Damien, menuntun sang Presdir menuju meja yang telah di penuhi berbagai hidangan.

Damien hanya mengenakan bathrobe, sedangkan Lily masih tidak mengenakan apapun, terlihat sangat santai, dan tidak malu dengan kondisinya yang seperti itu.

Mereka duduk di kursi, tanpa perasaan canggung. Damien terpukau oleh kecantikan wanita di hadapannya. Kulit Lily bersinar di bawah terpaan cahaya lampu kristal, dan rambutnya mengalir di atas bahunya seperti air terjun. Dengan mahir, Lily menyajikan sepiring makanan untuk Damien, gerakannya anggun dan lembut. Meskipun tanpa busana, tindakan mereka tidak cabul atau provokatif, semuanya terasa alami, seakan mereka sudah terbiasa dalam situasi saat ini.

Damien mengambil piring dari tangan Lily, ujung jari mereka saling menyentuh, Damien terdiam memikirkan bagaimana dia bisa kelepasan seperti ini. Dia selalu menjadi pria yang menjaga kehidupan pribadi dan profesionalnya terpisah, tetapi tadi, dengan Lily di tempat tidurnya, dia merasakan sesuatu yang sudah lama dia lupakan, hasrat liar dan gairah yang meluap-luap.

Setelah selesai makan, keduanya membersihkan diri dan kembali mengenakan pakaian mereka. Lily memberikan ciuman hangat sebagai perpisahan, lalu meninggalkan kamar Damien sambil mendorong troli makanan yang tadi dia bawa. Damien mengantar Lily sampai di depan pintu kamarnya.

Damien menatap punggung Lily yang semakin menjauh, perasaannya campur aduk. Sebagian dari dirinya ingin Lily tetap tinggal, sementara bagian lainnya tahu bahwa ini seharusnya hanya terjadi satu kali saja.

Tyler yang baru kembali dari mengantar Miranda pulang terlihat muncul dari lift, memberikan senyuman ramah pada Lily saat mereka bertemu. Tangannya melambai ke arah Damien di depan pintu kamar. Senyum nakal terukir di wajah Tyler, menandakan bahwa dia bisa menebak apa yang telah terjadi antara Damien dan Lily di dalam kamar yang tadi terkunci.

Damien terlihat agak malu-malu dan sedikit terganggu ketika Tyler mendekatinya. Mereka bertukar sapaan, lalu Damien berbalik, memandang ke arah kamarnya. Rona merah samar melintas di pipinya.

“Jadi, Damien," kata Tyler dengan nada menggoda, mendekati sahabatnya. "Aku lihat pintumu terkunci tadi. Dan Lily keluar dari kamarmu. Jadi tolong jelaskan kedua hal itu?"

Damien bergeser tak nyaman di bawah tatapan tajam Tyler. "Um, dia cuma bawa makanan. Aku lapar," kilah Damien, menghindari kontak mata dengan Tyler.

Mata Tyler menyipit, dan ia tertawa. "Oh, come on, Bro. Aku kamu pikir aku bodoh dan percaya dengan alasanmu itu?" Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan senyum nakal, "Satu jam setengah kamarmu terkunci, dan kamu mengatakan jika dia hanya mengantar makanan?"

Damien tersipu malu, dia semakin sulit mencari alasan. "Yah... Maksudku... kami memang berciuman dan sebagainya," akunya dengan suara yang hampir tak terdengar. "Tapi kami tidak..."

Tyler tertawa lepas, “Aku nggak akan menghakimi,” ucapnya. Dia Ialu menepuk punggung Damien. "Jadi, bagaimana rasa resepsionis cantik itu?" tanya Tyler dengan tatapan nakalnya.

Damien ragu sejenak sebelum akhirnya menceritakan semuanya pada Tyler. "Itu... luar biasa," gumamnya, pipinya kembali merona.

"Dia sangat lihai, bentuk tubuhnya sangat Indah, dan…." Damien tidak melanjutkan ucapannya, dia melirik Tyler yang wajahnya kini bagai serigala kelaparan.

“Ah… sudahlah, ayo kita minum di kamarmu,” sambung Damien yang sontak membuat Tyler memohon agar Damien melanjutkan penjelasan.

“Bro, ceritakan lebih banyak! Ceritakan lebih banyak!” pinta Tyler.

“Sudah berengsek! Baru dua hari kita bertemu, aku sudah mulai gila sepertimu,” tukas Damien tajam kepada sahabatnya itu yang di sambut gelak tawa oleh Tyler.

Mereka berdua masuk ke kamar Tyler, menikmati beberapa botol wine mahal yang tadi Miranda bawa.

Pembicaraan tak lagi seputar aktivitas seks, di balkon teras kamar itu, mereka lebih banyak mengenang masa lalu, sambil menikmati wine di temani indahnya pemandangan pantai malam itu.

***

Esok harinya...

Pagi tiba, Damien perlahan membuka matanya, ingatannya dipenuhi oleh kenangan bersama Lily semalam. Ingatan itu membuatnya merasa bersalah dan kembali bergairah. Dia cepat-cepat melempar selimut dan bergegas ke kamar mandi, berusaha membersihkan pikirannya. Setelah mandi, dia mengenakan setelan jas mewahnya, hari ini dia sudah membuat janji bertemu dengan beberapa investor.

Saat berjalan menuju kantornya, dia tak bisa menghindari tatapan penuh antusias dari karyawan wanitanya. Dia memberi senyuman sopan, namun tatapan mereka membuatnya sedikit salah tingkah. Meskipun selalu sadar akan pesona dan ketampanannya, hari ini terasa lebih intens. Cara mereka menatap terasa sangat berbeda.

Pertemuan pertamanya hari itu dengan seorang calon investor paruh baya yang cerdas. Mereka berdiskusi tentang strategi bisnis dan proyeksi keuangan, dan Damien senang dengan kelancaran pertemuan tersebut. Saat hampir berakhir, sang investor menatap Damien dengan penuh perhatian.

"Anda kelihatan agak terganggu hari ini, Pak Damien," ucapnya dengan senyuman penuh pengertian. "Apa ada yang mengganggu pikiran anda?”

Damien tersentak kaget, pipinya sedikit memerah. Dia tidak mengira investor itu akan memperhatikan dirinya, "Um... tidak, Aku hanya fokus untuk memastikan kesepakatan ini berjalan lancar," ucapnya tergagap, berharap bisa meyakinkan pria tersebut.

Investor itu tertawa kecil. "Yah, bisa dimaklumi kalau ada beberapa hal yang bisa membuat kita terganggu." Dia berdiri, mengulurkan tangannya. "Aku akan segera menghubungi Anda dengan keputusan yang aku buat."

Damien mengantar pria itu ke pintu lobi, Damien menghela napas lega saat pria itu pergi.

Saat dia berjalan kembali ke hotel, matanya tertuju pada dua resepsionis cantik yang sedang bertugas. Tidak ada Lily di antara mereka, “Sepertinya Lily masuk shift sore hari ini,” gumam Damien dalam hati. Entah mengapa dia merasa sedikit kecewa karena bukan Lily yang berdiri di meja resepsionis.

Dan tiba-tiba jantung Damien berdegup kencang, dia seolah melihat dua resepsionis cantik di depannya berdiri tanpa busana. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba menjernihkan penglihatannya, begitu membuka mata, kedua resepsionis itu kembali berpakaian lengkap mengenakan seragam kerja mereka. Ilusi itu hanya berlangsung singkat, namun membuatnya merasa kebingungan.

“Ah… sial… apa yang terjadi kepadaku,” gumam Damien pelan.

Salah satu resepsionis hotel berjalan menghampirinya, “Pak Damien, apa anda baik-baik saja?” tanya resepsionis bermata biru itu, yang khawatir melihat gelagat aneh Damien tadi.

“Ah… aku baik-baik saja, mungkin aku hanya sedikit lelah,” balas Damien tersenyum lembut sambil memijat keningnya sendiri.

Pzztt!

Bayangan serupa kembali muncul, resepsionis yang sedang berbicara dengannya sekilas terlihat tanpa busana, Damien menutup matanya, mengusap kedua kelopak matanya.

Resepsionis cantik itu memegang lengan Damien, menatap Damien dengan penuh perhatian, “Pak Damien, biar aku antar ke ruangan anda,” ucap resepsionis itu yang semakin mengkhawatirkan kondisi Damien.

Resepsionis cantik yang satunya datang menghampiri, ikut memegang lengan Damien.

“Terima kasih, mungkin aku sedikit lelah… umm… bisakah kita menggunakan lift yang berada di bagian belakang?” ucap Damien. Meminta agar menggunakan lift yang jarang di gunakan karyawan apalagi tamu hotel.

Kedua resepsionis cantik itu mengangguk pelan, mereka mengantar Damien menuju lift yang berada di bagian belakang hotel itu.

Damien mengucap terima kasih ke salah satu resepsionis yang harus kembali berjaga, dia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift bersama resepsionis yang pertama menghampiri dirinya.

Pintu lift perlahan tertutup, ketika sang resepsionis hendak menekan tombol lantai area presidential suite dimana merupakan lantai kamar Damien, Damien tiba-tiba menahan tangannya.

“Tolong ke rooftop saja dulu,” pinta Damien.

Resepsionis itu tentu sedikit terkejut dengan permintaan Damien, namun dia tetap melaksanakan perintah Damien, berpikir jika sang Presdir mungkin ingin mencari udara segar.

Lift mereka perlahan bergerak naik, melewati lantai dua… tiga… dan tiba-tiba…

“Pa… Pak Damien?” sang resepsionis tersentak begitu Damien tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 7 | Yang Baru (21+)

    “Pa… Pak Damien?” sang resepsionis tersentak begitu Damien tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.Damien tersenyum dan berkata dengan lembut, "Ya, itu aku." Dia mencium leher resepsionis itu, memberi kecupan-kecupan kecil manja di leher sang resepsionis. "Aku sangat senang kamu ada di sini bersamaku." Damien berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya, "Siapa namamu cantik?"Resepsionis itu tersipu malu, jantungnya berdegup kencang karena keintiman yang tak terduga. "Ruby... Pak... nama saya Ruby." Suaranya sedikit bergetar.Damien tersenyum, merasakan tubuh Ruby merespons sentuhannya. Dia merapatkan tubuhnya di punggung Ruby, merasakan bongkahan pantat Ruby yang sekal.Bongkahan da da Ruby yang indah terdesak ke dinding lift, didorong oleh Damien yang memeluknya lebih erat dari belakang"Ruby... kamu sangat cantik," bisiknya sebelum mencium leher Ruby sekali lagi. Membuat sang resepsionis mengeluarkan desahan erotis.“Pak….” Desah wanita cantik bermata biru itu.D

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 8 | Pilihan

    Ruby mengangguk pelan, merasakan kehangatan sentuhan Damien menyebar ke seluruh tubuhnya. "Lily bilang itu adalah seks terbaik yang pernah dia lakukan," jawabnya sambil menatap mata Damien. "Dan sekarang aku bisa mengerti mengapa Lily berkata seperti itu.”Tatapan mereka saling bertaut, nafsu Damien kembali berada di puncak, penjelasan Ruby membuat sang presdir sangat berga irah, dia mendekat, bibirnya menempel pada bibir Ruby, udara di dalam ruangan itu semakin kental dengan hasrat saat mereka saling menjelajahi mulut satu sama lain.Ga irah yang telah tersulut di lift tadi berkobar kembali, Damien membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, meminta Ruby melepas segala sesuatu yang menutupi bagian bawah resepsionis itu, bersamaan dengan itu, dia melepas celana dan dalamannya sendiri, lalu menarik Ruby ke atasnya. Sang resepsionis yang mengerti mengikuti setiap instruksi tak terucap dari sang presdir, desahan tipis terdengar begitu bibir bawahnya menempel di bagian bawah batang sang pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 9 | Hadiah dari Presdir

    Satu jam kemudian, Damien sudah berada di dalam mobil menuju bandara, dia menghela nafas lega karena sebentar lagi sudah bisa kembali ke negaranya. Meninggalkan Tyler, bayangan Miranda, dan semua kegilaan yang terjadi bersama resepsionis hotelnya selama dua hari ini.Dia bahkan sengaja lewat pintu bagian samping hotel, untuk menghidari Ruby yang sedang bekerja.Di sampingnya, Henry, GM Manager hotel itu terlihat menemani, dia terlihat sibuk mencatat beberapa nama penting yang harus dia temui besok menggantikan Damien.“Oh Iya, bagaimana dengan permintaanku tadi?” Tanya Damien ke Henry.“Aku sudah memerintahkan Rita, manager marketing untuk menyiapkannya Pak, tapi… aku penasaran, mengapa Pak Damien sampai harus repot-repot membeli dua unit apartemen mewah untuk Lily dan Ruby?” jawab Henry yang sedikit terkejut dengan permintaan Damien.“Hmm… itu…. Itu karena mereka sangat baik kepadaku,” ucap Damien terbata-bata, “Tidak usah memikirkan itu lebih jauh, bagaimana dengan nama-nama yang ku

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Skandal Panas Presdir Tampan   10 | Perjodohan

    Satu minggu kemudian di Kanada, Damien D'Arcy kembali melakukan tugasnya seperti biasa di hotel cabang Kanada. Damien memutuskan tidak melakukan perjalanan dinas sampai bulan depan, dia melakukan itu karena masih khawatir dengan kemampuannya untuk mengendalikan lonjakan gairah tiba-tiba terhadap wanita cantik yang bekerja di hotelnya . Langkah ini terbukti menjadi keputusan yang bijaksana, karena memungkinkannya untuk fokus menjalankan perusahaan tanpa harus terus menerus bertarung melawan nafsunya.Di hotel Diamond Rose Kanada sendiri sebenarnya hampir semua karyawan wanitanya sangat cantik. Damien bisa menekan gairahnya agar tidak sampai lepas kontrol karena ini adalah hotel Damien yang berdiri pertama kali, jadi dia sudah sangat mengenal semua wanita cantik yang bekerja di hotel ini. Berkat itu pula Damien bisa mengontrol diri dengan baik.Setibanya di kantor, Damien menyapa sekretarisnya, Tessa, seorang wanita muda yang cantik dan kompeten yang telah bekerja di perusahaan tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Skandal Panas Presdir Tampan   11 | Kandidat Calon Istri

    Tepat pukul 8 malam, Damien bersiap-siap untuk menuju ke tempat acara ulang tahun.Damien mengenakan setelan jas hitam yang rapi dan berdiri di depan cermin besar, memastikan dasinya tersimpul dengan sempurna. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kegelisahannya saat dia mempersiapkan diri. Omelan orang tuanya yang terus menerus tentang mencari istri sangat membebaninya, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindari topik itu selamanya. Sambil menghela napas, ia mengambil jaketnya dan berjalan keluar kamar, menuju limusin yang sudah menunggu.Sudah beberapa kali Damien menghadiri acara seperti ini, dan kejadian yang sama selalu terulang, beberapa wanita cantik akan datang kepadanya, berusaha mendekatinya atau meminta nomor teleponnya. Dan bagi Damien, itu sangat merepotkan.Namun kali ini dia sudah menyiapkan beberapa rencana, yang menurutnya mampu membuat dirinya melewati pesta ulang tahun ini tanpa gangguan. Dengan begitu dia tetap bisa menjalankan perintah ayahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Skandal Panas Presdir Tampan   12 | Taman Yang Panas (21+)

    “Sekarang lihat sendiri dengan mata kepalamu, sosok Aria yang ingin kamu jadikan kandidat calon istrimu,” bisik Nathalie.Deg!Jantung Damien berdetak cepat, tak jauh di depan mereka, Aria sedang mengulum batang kejantanan seorang pria."Ini... ini," Damien menghela napas pelan, matanya terus tertuju ke Aria. "Aku tidak pernah tahu dia... Maksudku, aku tidak menyangka dia akan...""Tentu saja tidak, Damien," sahut Nathalie."Dan siapa pria-" Damien hendak bertanya identitas pria yang bersama Aria, tapi Nathalie memotong ucapannya dengan sikutan tajam mengenai rusuknya."Ssst! Jangan terlalu keras bodoh," desisnya. "Kita bisa ketahuan.""Aduh, maafkan aku... tapi siapa pria itu?" Damien bertanya."Itu Jayson," bisik Nathalie. "Dia Kakak Aria."Damien berbalik menghadap Nathalie, ekspresinya campur aduk antara kaget dan bingung. "Kakak?"Nathalie menyeringai, menikmati ekspresi tidak percaya di wajah Damien. "Mereka saudara angkat, jadi tidak bisa disebut hubungan inses-saudara," Terang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Skandal Panas Presdir Tampan   13 | Untuk Kali Ini Saja (21+)

    Nathalie mengerang. "Ini luar biasa..."Tatapan mereka saling bertaut saat jari-jari Damien terus menjelajahinya, mengitari klitnya, menggodanya tanpa ampun. Pinggul Nathalie bergoyang mengikuti irama jari-jari Damien. Sensasi itu tidak seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya, dan jelas bahwa menonton pertandingan Aira dan Jayson berpengaruh padanya. Nafasnya terengah-engah, dadanya berdebar-debar setiap kali menghirup udara.Nathalie menarik wajah Damien dan mencium pria tampan itu dengan kasar, lidahnya menari-nari dengan lidah Damien, gairah mereka berada di titik yang sama dengan Aria dan Jayson di depan mereka.Pergumulan Jayson dan Aria semakin intens, nafas mereka bercampur aduk saat mereka saling menatap mata satu sama lain. Hujaman Jayson semakin dalam, semakin keras menekan tubuh Aria, kulit mereka basah oleh keringat. Aria melingkarkan kakinya di pinggang Jayson, mendesaknya, pinggul mereka bergerak dalam harmoni yang sempurna.Nafas Jayson semakin memburu saat ia merasak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Skandal Panas Presdir Tampan   14 | Perapian

    Mobil Audi hitam milik Nathalie yang di kemudikan Damien, perlahan memasuki pekarangan rumah Nathalie. Damien tampak gugup, dan bergairah di saat yang bersamaan. Dia segera memarkir mobil yang dia kemudikan dan berbalik menatap Nathalie. "Nathalie, apa kamu yakin ingin melakukan ini?" tanya Damien dengan suara pelan dan sedikit serak.Nathalie ragu sejenak, menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab, "Ya ... karena aku sudah berjanji, untuk membalas apa yang kamu lakukan di taman tadi untukku ..."Kata-kata Nathalie mengirimkan gelombang panas ke seluruh tubuh Damien. Dia meraih tangan Nathalie, menarik tubuh wanita cantik itu ke dalam pelukannya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman penuh gairah yang seperti akan berlangsung selamanya. Nathalie mendesah pelan , lidahnya meliuk ke dalam mulut Damien, dengan kedua lengan melingkar di leher Damien.Mereka mengakhiri ciuman panas mereka, saling bertukar tatapan nakal dengan nafas sedikit memburu.Damien membuka pintu mobil dan melangkah kelu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26

Bab terbaru

  • Skandal Panas Presdir Tampan   15 | Bos Sayang

    Nathalie dengan mahir menurunkan celana Damien dan dalaman Damien bersamaan. Menikmati pemandangan paha berbulu Damien, saat mulutnya terus memainkan milik Damien, salah satu tangannya bergerak menuju dua bola Damien, memberikan pijatan lembut, yang membuat Damien kembali mengerang kenikmatan.Sensasi bibir dan lidah Nathalie membuat Damien hampir kehilangan kendali. Ia memegang rambut Nathalie, untuk menstabilkan dirinya. Saat Nathalie memasukkan milik Damien semakin dalam ke mulutnya, wanita cantik itu bisa merasakan rambut tipis milik Damien menyentuh hidungnya. Dia pun sedikit tersedak saat kepala jamur itu menyentuh tenggorokannya.Damien membimbing gerakan kepala Nathalie dengan sentuhan yang lebih kasar. Ia ingin menikmati mulut Nathalie yang hangat dan basah."Fu*k, kamu sangat hebat, Nathalie," Damien mendesis kenikmatan, mendorong pinggulnya ke depan hingga kejantanannya masuk lebih dalam ke tenggorokan Nathalie.Nathalie tersedak, dia mempercepat gerakan kepalanya, membuat

  • Skandal Panas Presdir Tampan   14 | Perapian

    Mobil Audi hitam milik Nathalie yang di kemudikan Damien, perlahan memasuki pekarangan rumah Nathalie. Damien tampak gugup, dan bergairah di saat yang bersamaan. Dia segera memarkir mobil yang dia kemudikan dan berbalik menatap Nathalie. "Nathalie, apa kamu yakin ingin melakukan ini?" tanya Damien dengan suara pelan dan sedikit serak.Nathalie ragu sejenak, menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab, "Ya ... karena aku sudah berjanji, untuk membalas apa yang kamu lakukan di taman tadi untukku ..."Kata-kata Nathalie mengirimkan gelombang panas ke seluruh tubuh Damien. Dia meraih tangan Nathalie, menarik tubuh wanita cantik itu ke dalam pelukannya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman penuh gairah yang seperti akan berlangsung selamanya. Nathalie mendesah pelan , lidahnya meliuk ke dalam mulut Damien, dengan kedua lengan melingkar di leher Damien.Mereka mengakhiri ciuman panas mereka, saling bertukar tatapan nakal dengan nafas sedikit memburu.Damien membuka pintu mobil dan melangkah kelu

  • Skandal Panas Presdir Tampan   13 | Untuk Kali Ini Saja (21+)

    Nathalie mengerang. "Ini luar biasa..."Tatapan mereka saling bertaut saat jari-jari Damien terus menjelajahinya, mengitari klitnya, menggodanya tanpa ampun. Pinggul Nathalie bergoyang mengikuti irama jari-jari Damien. Sensasi itu tidak seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya, dan jelas bahwa menonton pertandingan Aira dan Jayson berpengaruh padanya. Nafasnya terengah-engah, dadanya berdebar-debar setiap kali menghirup udara.Nathalie menarik wajah Damien dan mencium pria tampan itu dengan kasar, lidahnya menari-nari dengan lidah Damien, gairah mereka berada di titik yang sama dengan Aria dan Jayson di depan mereka.Pergumulan Jayson dan Aria semakin intens, nafas mereka bercampur aduk saat mereka saling menatap mata satu sama lain. Hujaman Jayson semakin dalam, semakin keras menekan tubuh Aria, kulit mereka basah oleh keringat. Aria melingkarkan kakinya di pinggang Jayson, mendesaknya, pinggul mereka bergerak dalam harmoni yang sempurna.Nafas Jayson semakin memburu saat ia merasak

  • Skandal Panas Presdir Tampan   12 | Taman Yang Panas (21+)

    “Sekarang lihat sendiri dengan mata kepalamu, sosok Aria yang ingin kamu jadikan kandidat calon istrimu,” bisik Nathalie.Deg!Jantung Damien berdetak cepat, tak jauh di depan mereka, Aria sedang mengulum batang kejantanan seorang pria."Ini... ini," Damien menghela napas pelan, matanya terus tertuju ke Aria. "Aku tidak pernah tahu dia... Maksudku, aku tidak menyangka dia akan...""Tentu saja tidak, Damien," sahut Nathalie."Dan siapa pria-" Damien hendak bertanya identitas pria yang bersama Aria, tapi Nathalie memotong ucapannya dengan sikutan tajam mengenai rusuknya."Ssst! Jangan terlalu keras bodoh," desisnya. "Kita bisa ketahuan.""Aduh, maafkan aku... tapi siapa pria itu?" Damien bertanya."Itu Jayson," bisik Nathalie. "Dia Kakak Aria."Damien berbalik menghadap Nathalie, ekspresinya campur aduk antara kaget dan bingung. "Kakak?"Nathalie menyeringai, menikmati ekspresi tidak percaya di wajah Damien. "Mereka saudara angkat, jadi tidak bisa disebut hubungan inses-saudara," Terang

  • Skandal Panas Presdir Tampan   11 | Kandidat Calon Istri

    Tepat pukul 8 malam, Damien bersiap-siap untuk menuju ke tempat acara ulang tahun.Damien mengenakan setelan jas hitam yang rapi dan berdiri di depan cermin besar, memastikan dasinya tersimpul dengan sempurna. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kegelisahannya saat dia mempersiapkan diri. Omelan orang tuanya yang terus menerus tentang mencari istri sangat membebaninya, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindari topik itu selamanya. Sambil menghela napas, ia mengambil jaketnya dan berjalan keluar kamar, menuju limusin yang sudah menunggu.Sudah beberapa kali Damien menghadiri acara seperti ini, dan kejadian yang sama selalu terulang, beberapa wanita cantik akan datang kepadanya, berusaha mendekatinya atau meminta nomor teleponnya. Dan bagi Damien, itu sangat merepotkan.Namun kali ini dia sudah menyiapkan beberapa rencana, yang menurutnya mampu membuat dirinya melewati pesta ulang tahun ini tanpa gangguan. Dengan begitu dia tetap bisa menjalankan perintah ayahnya,

  • Skandal Panas Presdir Tampan   10 | Perjodohan

    Satu minggu kemudian di Kanada, Damien D'Arcy kembali melakukan tugasnya seperti biasa di hotel cabang Kanada. Damien memutuskan tidak melakukan perjalanan dinas sampai bulan depan, dia melakukan itu karena masih khawatir dengan kemampuannya untuk mengendalikan lonjakan gairah tiba-tiba terhadap wanita cantik yang bekerja di hotelnya . Langkah ini terbukti menjadi keputusan yang bijaksana, karena memungkinkannya untuk fokus menjalankan perusahaan tanpa harus terus menerus bertarung melawan nafsunya.Di hotel Diamond Rose Kanada sendiri sebenarnya hampir semua karyawan wanitanya sangat cantik. Damien bisa menekan gairahnya agar tidak sampai lepas kontrol karena ini adalah hotel Damien yang berdiri pertama kali, jadi dia sudah sangat mengenal semua wanita cantik yang bekerja di hotel ini. Berkat itu pula Damien bisa mengontrol diri dengan baik.Setibanya di kantor, Damien menyapa sekretarisnya, Tessa, seorang wanita muda yang cantik dan kompeten yang telah bekerja di perusahaan tersebut

  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 9 | Hadiah dari Presdir

    Satu jam kemudian, Damien sudah berada di dalam mobil menuju bandara, dia menghela nafas lega karena sebentar lagi sudah bisa kembali ke negaranya. Meninggalkan Tyler, bayangan Miranda, dan semua kegilaan yang terjadi bersama resepsionis hotelnya selama dua hari ini.Dia bahkan sengaja lewat pintu bagian samping hotel, untuk menghidari Ruby yang sedang bekerja.Di sampingnya, Henry, GM Manager hotel itu terlihat menemani, dia terlihat sibuk mencatat beberapa nama penting yang harus dia temui besok menggantikan Damien.“Oh Iya, bagaimana dengan permintaanku tadi?” Tanya Damien ke Henry.“Aku sudah memerintahkan Rita, manager marketing untuk menyiapkannya Pak, tapi… aku penasaran, mengapa Pak Damien sampai harus repot-repot membeli dua unit apartemen mewah untuk Lily dan Ruby?” jawab Henry yang sedikit terkejut dengan permintaan Damien.“Hmm… itu…. Itu karena mereka sangat baik kepadaku,” ucap Damien terbata-bata, “Tidak usah memikirkan itu lebih jauh, bagaimana dengan nama-nama yang ku

  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 8 | Pilihan

    Ruby mengangguk pelan, merasakan kehangatan sentuhan Damien menyebar ke seluruh tubuhnya. "Lily bilang itu adalah seks terbaik yang pernah dia lakukan," jawabnya sambil menatap mata Damien. "Dan sekarang aku bisa mengerti mengapa Lily berkata seperti itu.”Tatapan mereka saling bertaut, nafsu Damien kembali berada di puncak, penjelasan Ruby membuat sang presdir sangat berga irah, dia mendekat, bibirnya menempel pada bibir Ruby, udara di dalam ruangan itu semakin kental dengan hasrat saat mereka saling menjelajahi mulut satu sama lain.Ga irah yang telah tersulut di lift tadi berkobar kembali, Damien membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, meminta Ruby melepas segala sesuatu yang menutupi bagian bawah resepsionis itu, bersamaan dengan itu, dia melepas celana dan dalamannya sendiri, lalu menarik Ruby ke atasnya. Sang resepsionis yang mengerti mengikuti setiap instruksi tak terucap dari sang presdir, desahan tipis terdengar begitu bibir bawahnya menempel di bagian bawah batang sang pr

  • Skandal Panas Presdir Tampan   Bab 7 | Yang Baru (21+)

    “Pa… Pak Damien?” sang resepsionis tersentak begitu Damien tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.Damien tersenyum dan berkata dengan lembut, "Ya, itu aku." Dia mencium leher resepsionis itu, memberi kecupan-kecupan kecil manja di leher sang resepsionis. "Aku sangat senang kamu ada di sini bersamaku." Damien berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya, "Siapa namamu cantik?"Resepsionis itu tersipu malu, jantungnya berdegup kencang karena keintiman yang tak terduga. "Ruby... Pak... nama saya Ruby." Suaranya sedikit bergetar.Damien tersenyum, merasakan tubuh Ruby merespons sentuhannya. Dia merapatkan tubuhnya di punggung Ruby, merasakan bongkahan pantat Ruby yang sekal.Bongkahan da da Ruby yang indah terdesak ke dinding lift, didorong oleh Damien yang memeluknya lebih erat dari belakang"Ruby... kamu sangat cantik," bisiknya sebelum mencium leher Ruby sekali lagi. Membuat sang resepsionis mengeluarkan desahan erotis.“Pak….” Desah wanita cantik bermata biru itu.D

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status