Kedua tangan Asher mendekap Starlee yang saat ini belum terlelap sepenuhnya. Ia menciumi pundak Starlee yang ditutupi gaun tidur sutra tipis. "Starlee, kau sudah tidur?" tanyanya dengan nada serak.Starlee merasa jijik dengan sentuhan Asher. Ia melepaskan pelukan pria itu dari tubuhnya. "Ada apa?""Izinkan aku menyentuhmu."Starlee tersenyum kecil. "Bagaimana jika kita minum terlebih dahulu?"Asher merasa senang. Starlee akhirnya mau disentuh olehnya. "Baiklah."Kaki Starlee turun dari ranjang. Ia memakai sendal dengan tulisan namanya. "Aku akan menyiapkannya dahulu.""Ya, Sayang." Asher memberikan senyuman terbaiknya.Starlee meraih sesuatu di nakas. Ia kemudian pergi menuju ke mini bar. Mengambil wine dan dua gelas. Ia kembali ke kamar dan meletakan wine di atas meja yang ada di sana."Biar aku yang tuangkan." Asher meraih botol wine dari tangan Starlee. Ia menuangkannya ke dua gelas kosong di meja.Starlee meraih salah satu gelas, kemudian ia menyesapnya begitu juga dengan Asher."
Kediaman Starlee menjadi sangat tenang bagi wanita itu setelah Stancy, Angel dan Valen pergi. Suasana seperti inilah yang Starlee butuhkan ketika mood-nya sedang buruk. Hanya satu hal yang masih mengganggunya di sana, belum menendang Asher keluar dari rumah itu.Ponsel Starlee berdering. Wanita yang baru saja hendak menikmati secangkir wine itu meraih benda canggih di meja mini bar kediamannya. Nomor itu baru di ponsel Starlee, tapi ia sangat mengebali angka-angka yang tertera di sana.Arshaka! Mau apa pria itu menghubunginya? Mau menghina lagi? Apakah Arshaka tidak memiliki pekerjaan lain?Starlee sangat malas menjawab panggilan Arshaka. Jika dahulu ia yang suka menghubungi Arshaka dan diabaikan, kini ia yang mengabaikan Arshaka. Bukan untuk balas dendam, ia hanya tidak ingin bicara saja dengan Arshaka. Hatinya masih sakit jika memikirkan ucapan Arshaka.Satu panggilan tidak terjawab. Layar ponsel Starlee kembali menggelap, tidak lama kemudian layarnya kembali terang. Sebuah pesan ma
Mobil Starlee sampai di parkiran kediamannya. Ia keluar dari sana kemudian melangkah ke bangunan utama.Saat ia sudah sampai di ruang tengah kediamannya, ia melihat Asher yang duduk di sofa. Jangan katakan pria itu menunggu dirinya pulang.Asher mendengar suara ketukan heels Starlee. Ia segera bangkit dari sofa dan menghampiri Starlee. "Ke mana saja kau, Starlee?" Ia terlihat sedikit cemas."Makan malam."Asher mengernyitkan dahinya. "Dengan siapa? Laki-laki?""Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, Asher. Jadi jangan campuri urusanku juga.""Kau hanya perlu menjawabnya, Starlee.""Rekan kerjaku. Laki-laki. Puas?"Asher cemburu ketika mendengar yang makan malam dengan Starlee adalah seorang laki-laki. "Kau seharusnya memberitahuku dahulu sebelum pergi.""Sejak kapan aku harus minta izin padamu? Bukannya dulu kau tidak peduli aku mau pergi ke mana?" Suasana hati Starlee sedang buruk karena Arshaka, dan sekarang ia me
Aroma khas rumah sakit menyapa Asher. Pria itu tersadar dari kondisi tidak sadarkan diri. Ia menemukan ibunya berada di sana sembari memegangi tangannya."Ibu." Asher memanggil Stancy pelan.Stancy terjaga. Ia terlihat lega karena Asher sudah siuman. "Apa yang kau butuhkan, Nak? Kau haus? Atau kau ingin pergi ke toilet?"Asher menggelengkan kepalanya. Ia tidak membutuhkan apapun. "Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya."Semalam kau mabuk. Kemudian berkelahi dengan seseorang." Stancy hanya mengetahui kejadian singkatnya saja. "Tapi kau tenang saja, Angel sudah mengurusnya untukmu. Saat ini orang yang menghajarmu sudah berada di kantor polisi."Asher sedikit ingat sekarang. Semalam ia terlalu banyak minum hingga mabuk. "Di mana Starlee?""Tidak usah menanyakan wanita itu. Dia bahkan tidak peduli padamu." Stancy menjawab dengan nada kesal.Asher diam. Sebegitu tidak peduli kah Starlee padanya?"Asher, dengarkan Ibu baik-baik. Tin
Seperti yang Starlee inginkan. Valen menjadi terkenal hanya dalam hitungan jam. Adik iparnya itu menjadi bahan perbincangan di web resmi kampus tempat Vallen mengenyam pendidikan. Foto dan video mesranya dengan Presdir Jeremy Huang terpampang jelas di sana.Berbagai komentar bermunculan. Keseluruhan dari komentar itu mengejek dan merendahkan Valen. Beberapa teman kampus yang membenci membalas Valen melalui komentar jahat mereka.Tidak hanya di situs resmi kampus. Foto dan video Valen juga dimuat di sebuah website gosip yang paling diminati di negara itu. Judul yang memprovokasi semakin membuat netizen berkomentar pedas.Valen sudah membaca berita itu. Kini wajahnya sekaku tembok dan sepucat mayat. Ia seperti kehilangan udara untuk bernapas. Merasa begitu tercekik dengan komentar-komentar orang lain mengenai dirinya.Tidak hanya Valen. Angel dan Stancy juga sudah mengetahui tentang skandal Valen dengan Presdir Jeremy Huang. Mereka berdua kini tengah menggedor pintu kamar Valen yang t
Setelah beberapa jam perjalanan di udara, pesawat pribadi milik Arshaka telah mendarat. Kini Arshaka dan Starlee sudah berada di dalam sebuah limousine hitam yang akan menjadi kendaraan Arshaka selama ia berada di Roma."Aku memiliki pertemuan penting setengah jam lagi. Kau bisa melakukan apapun selama aku pergi." Arshaka bicara pada Starlee yang duduk sembari menatap ke luar jendela.Starlee tidak menjawab, tapi ia mendengarkan ucapan Arshaka."Starlee, kau punya mulut, kan? Jawab aku.""Aku mengerti." Starlee menjawab singkat."Sopir akan mengantarmu.""Tidak perlu. Aku bisa sendiri.""Kau mungkin akan tersesat, Starlee. Jangan merepotkanku dengan mencari dirimu.""Siapa yang memintamu untuk mengajakku?!" Starlee membalas acuh tak acuh.Arshaka bangkit dari tempat duduknya. Ia memenjarakan Starlee dengan kedua tangannya yang kini berada di sandaran kursi.Starlee terkejut, ia mendongak menatap wajah Arshaka yang dingin. Nyalinya sedikit menciut. Ah, ia sangat tidak suka aura mengeri
Di tengah kerumunan, Starlee sedang menari dengan beberapa orang yang ia tidak kenali diiringi dengan irama musik Despacito. Wajah Starlee terlihat riang. Inilah Starlee yang sebenarnya, mudah berbaur dengan orang lain.Ia menari tanpa beban, seperti ia tidak memiliki masalah hidup sama sekali, padahal beberapa waktu lalu ia kehilangan dompet dan ponselnya. Ia bahkan tidak memikirkan bagaimana ia akan pulang nanti.Di sisi lain tempat itu, Arshaka dan Nicole serta beberapa orangnya berpencar mencari Starlee.Arshaka melihat ke kerumunan orang di sebelah kirinya. Ia melangkah mendekat, matanya tertuju pada sosok cantik yang kini sedang tersenyum dengan lebar. Kaki Arshaka berhenti melangkah, matanya tak bisa beralih dari wanita yang tak lain adalah Starlee.Senyuman itu begitu menawan, Arshaka harus mengakui ia menyukai senyum Starlee. Senyum yang tidak pernah diarahkan wanita itu padanya.Arshaka tak menghampiri Starlee, ia masih berdiam diri dengan wajah kaku seperti biasa.Alunan m
Mata Starlee memandangi sosok serius yang kini sedang mengolesi obat pada sudut bibirnya yang pecah. "Terima kasih sudah menyelamatkanku." Starlee mengucapkannya dengan tulus. Ia bersyukur Arshaka mencarinya, karena jika tidak maka hidupnya akan berakhir di tangan dua pria bajingan.Arshaka mengangkat pandangannya, ia menatap lurus ke iris biru Starlee. "Jika kau benar-benar ingin berterima kasih, maka jangan membantahku lagi.""Aku bisa menjadi simpanan sesuai yang kau mau, tapi aku ingin kau tidak merendahkanku lagi."Arshaka tidak menjawab, ia kembali mengobati bibir Starlee. "Sudah selesai."Arshaka berdiri, ia hendak mengembalikan kotak obat ke tempatnya, tapi tangan Starlee menahannya. "Kau terluka, biar aku obati," seru Starlee.Jika tadi Starlee yang diobati oleh Arshaka kini gantian Arshaka yang diobati Starlee. Tangan Starlee melepaskan jas dan kemeja yang Arshaka kenakan. Ia melihat luka di lengan Arshaka, membersihkannya kemudian mengolesi obat. Tak ada pembicaraan di anta