Starlee sarapan sendiri di meja makan. Ia hanya memakan satu sandwich dan segelas susu hangat. Stancy yang biasanya menyiapkan sarapan pagi ini membiarkan meja makan kosong.Bukannya marah, Starlee malah senang. Stancy memberinya alasan untuk membuat jiwa wanita tua itu berdarah karena marah. Lagipula jika Stancy membuatkannya makanan, ia tak akan menyentuh makanan itu. Setiap pagi Starlee membuang sarapannya ke tong sampah. Ia tak akan memakan apapun yang dimasak oleh Stancy. Bukan paranoid, Starlee hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya hanya karena ia tidak waspada.Ketika Starlee sedang makan dengan tenang. Angel datang dengan muka sinis. Tanpa aba-aba ia mencengkram rambut Starlee yang sudah rapi."Jalang sialan! Karena ulahmu Reagan mengakhiri hubungan kami! Aku akan membunuhmu!" geramnya seperti kerasukan setan. Ia menarik rambut Starlee makin kuat.Starlee mengepalkan kedua tangannya. Berani-beraninya Angel menyentuh rambutnya dengan tangan kotor wanita itu. Star
Grey menelan liurnya susah payah saat ia harus memotret Starlee yang hanya mengenakan bra dan celana dalam berenda berwarna ungu muda. Ia telah memotret banyak model wanita dengan pakaian dalam saja, tapi kali ini ia merasa kesulitan mengatur diri sendiri karena tubuh dan wajah Starlee yang menghipnotisnya.Keringat dingin bahkan muncul di pori-pori kulit Grey. Jarinya terus membidik Starlee yang terperangkap dalam lensanya. Di depan layar putih Starlee bergaya dengan bebas. Wanita itu tidak tahu efek gerakan tubuhnya yang sensual begitu mengusik ketenangan orang lain.Starlee berlutut di atas alas bulu berwarna putih. Ia meletakan satu tangannya di paha, dan mengangkat tangan lainnya ke atas, matanya tidak melihat ke kamera, dengan wajah yang dibuat dingin.Grey tidak melepaskan Starlee dari bidikannya. Ia mengambil gambar Starlee yang terlihat begitu sexy dan menggairahkan.Kemudian Starlee melihat ke kamera, Grey mengambil gambarnya lagi. Lalu ia mengubah posisinya, duduk bersimpuh
Sebelumnya Arshaka tak pernah segila ini. Ia mendapatkan wanita semudah menjentikan jari. Dan tak pernah ada wanita yang menolaknya.Wanita di depannya memberikannya banyak rasa untuk yang pertama kalinya. Rasa tubuh wanita yang sudah bersuami, rasa ditolak, rasa ingin memiliki yang terlalu besar dan masih banyak lagi.Florence Starlee, wanita cantik dengan iris biru tenang itu sangat berbeda. Ia seperti memiliki magnet yang membuat Arshaka terus memikirkannya meski Arshaka sudah berusaha keras mengalihkan pikirannya.Arshaka tak ingin gila karena obsesinya sendiri. Memiliki Starlee adalah jalan bagi mempertahankan kewarasannya."Jika Anda sudah selesai, aku akan pergi," seru Starlee dengan wajah kesal. Wanita itu tak menunggu jawaban. Ia membalik tubuhnya dan bersiap melangkah.Tangan Arshaka menggapai pergelangan tangan Starlee. Ia menyentaknya sedikit hingga tubuh Starlee berbalik dan kini menabrak dadanya. Tangan Arshaka yang lain meraih tengkuh Starlee. Ia melumat bibir Starlee y
"Brengsek! Jadi dia meninggalkanku karena sudah ada wanita lain?! Ckck, Asher! Kau memang bajingan!" Olivia menatap Starlee dan Asher geram. Ia sudah berpikir dengan seksama, tidak mungkin bagi Asher memutuskannya hanya karena ingin setia pada Starlee. Semua hanyalah bualan Asher yang ingin membuangnya.Sejak satu minggu lalu, Olivia memutuskan untuk mengikuti Asher untuk membuktikan tentang pemikirannya. Dan hari ini semuanya terlihat jelas. Olivia tidak bisa menerima apa yang Asher lakukan padanya. Pria itu tidak boleh bahagia setelah mencampakannya seperti sampah.Oliv berdiri dari tempat duduknya saat ia melihat Starlee bangkit dari tempat duduk dan melangkah menuju ke toilet.Starlee selesai buang air kecil. Ia keluar dari bilik toilet dan menemukan Olivia yang tengah mencuci tangan di westafel. Starlee mendekat ke kaca, ia merapikan anak rambutnya yang berantakan."Jadi kau simpanan Asher yang baru." Olivia melirik Starlee tajam dari kaca di depannya.Starlee tersenyum kecil. "S
Kedua tangan Asher mendekap Starlee yang saat ini belum terlelap sepenuhnya. Ia menciumi pundak Starlee yang ditutupi gaun tidur sutra tipis. "Starlee, kau sudah tidur?" tanyanya dengan nada serak.Starlee merasa jijik dengan sentuhan Asher. Ia melepaskan pelukan pria itu dari tubuhnya. "Ada apa?""Izinkan aku menyentuhmu."Starlee tersenyum kecil. "Bagaimana jika kita minum terlebih dahulu?"Asher merasa senang. Starlee akhirnya mau disentuh olehnya. "Baiklah."Kaki Starlee turun dari ranjang. Ia memakai sendal dengan tulisan namanya. "Aku akan menyiapkannya dahulu.""Ya, Sayang." Asher memberikan senyuman terbaiknya.Starlee meraih sesuatu di nakas. Ia kemudian pergi menuju ke mini bar. Mengambil wine dan dua gelas. Ia kembali ke kamar dan meletakan wine di atas meja yang ada di sana."Biar aku yang tuangkan." Asher meraih botol wine dari tangan Starlee. Ia menuangkannya ke dua gelas kosong di meja.Starlee meraih salah satu gelas, kemudian ia menyesapnya begitu juga dengan Asher."
Kediaman Starlee menjadi sangat tenang bagi wanita itu setelah Stancy, Angel dan Valen pergi. Suasana seperti inilah yang Starlee butuhkan ketika mood-nya sedang buruk. Hanya satu hal yang masih mengganggunya di sana, belum menendang Asher keluar dari rumah itu.Ponsel Starlee berdering. Wanita yang baru saja hendak menikmati secangkir wine itu meraih benda canggih di meja mini bar kediamannya. Nomor itu baru di ponsel Starlee, tapi ia sangat mengebali angka-angka yang tertera di sana.Arshaka! Mau apa pria itu menghubunginya? Mau menghina lagi? Apakah Arshaka tidak memiliki pekerjaan lain?Starlee sangat malas menjawab panggilan Arshaka. Jika dahulu ia yang suka menghubungi Arshaka dan diabaikan, kini ia yang mengabaikan Arshaka. Bukan untuk balas dendam, ia hanya tidak ingin bicara saja dengan Arshaka. Hatinya masih sakit jika memikirkan ucapan Arshaka.Satu panggilan tidak terjawab. Layar ponsel Starlee kembali menggelap, tidak lama kemudian layarnya kembali terang. Sebuah pesan ma
Mobil Starlee sampai di parkiran kediamannya. Ia keluar dari sana kemudian melangkah ke bangunan utama.Saat ia sudah sampai di ruang tengah kediamannya, ia melihat Asher yang duduk di sofa. Jangan katakan pria itu menunggu dirinya pulang.Asher mendengar suara ketukan heels Starlee. Ia segera bangkit dari sofa dan menghampiri Starlee. "Ke mana saja kau, Starlee?" Ia terlihat sedikit cemas."Makan malam."Asher mengernyitkan dahinya. "Dengan siapa? Laki-laki?""Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, Asher. Jadi jangan campuri urusanku juga.""Kau hanya perlu menjawabnya, Starlee.""Rekan kerjaku. Laki-laki. Puas?"Asher cemburu ketika mendengar yang makan malam dengan Starlee adalah seorang laki-laki. "Kau seharusnya memberitahuku dahulu sebelum pergi.""Sejak kapan aku harus minta izin padamu? Bukannya dulu kau tidak peduli aku mau pergi ke mana?" Suasana hati Starlee sedang buruk karena Arshaka, dan sekarang ia me
Aroma khas rumah sakit menyapa Asher. Pria itu tersadar dari kondisi tidak sadarkan diri. Ia menemukan ibunya berada di sana sembari memegangi tangannya."Ibu." Asher memanggil Stancy pelan.Stancy terjaga. Ia terlihat lega karena Asher sudah siuman. "Apa yang kau butuhkan, Nak? Kau haus? Atau kau ingin pergi ke toilet?"Asher menggelengkan kepalanya. Ia tidak membutuhkan apapun. "Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya."Semalam kau mabuk. Kemudian berkelahi dengan seseorang." Stancy hanya mengetahui kejadian singkatnya saja. "Tapi kau tenang saja, Angel sudah mengurusnya untukmu. Saat ini orang yang menghajarmu sudah berada di kantor polisi."Asher sedikit ingat sekarang. Semalam ia terlalu banyak minum hingga mabuk. "Di mana Starlee?""Tidak usah menanyakan wanita itu. Dia bahkan tidak peduli padamu." Stancy menjawab dengan nada kesal.Asher diam. Sebegitu tidak peduli kah Starlee padanya?"Asher, dengarkan Ibu baik-baik. Tin