Jennifer menatap lekat ke arah sang putra. Ia memahami apa yang menjadi kegundahan Zack. Ya, walau memang selama ini putranya itu terkesan sabar untuk menanti kehadiran seorang anak di dalam rumah tangganya. Akan tetapi, wajar ... karena ia tahu bayinya masih ada kemungkinan hidup, tentu saja ia harus terus berusaha mencari. Walau sampai di ujung dunia sekalipun.
Ya, bukan hanya sekadar persoalan cinta dengan perempuan muda itu. Akan tetapi, lebih kepada darah daging pria itu yang ada bersamanya.***Satu tahun berlalu. Saat ini Zack sudah mempunyai kantor cabang yang berada di Indonesia. Tepatnya di daerah Bekasi.Zack sudah memberikan kepercayaan kepada Harold Joshua untuk memegang peranan penting di kantor pusat di Los Angeles. Sementara Zack sendiri dalam sebulan sekali ia akan kembali melepas rindu bersama sang istri dan juga sekadar mengunjungi kantor pusat dalam beberapa hari, setelah itu ia akan kembali lagi ke Indonesia. Bahkan ia lebih b"Sorry, aku telat! Entah kenapa bayiku agak rewel dari kemarin," keluh seorang wanita berkerudung merah muda yang dengan gerakan cepat meraih sebuah apron dan mengenakan benda itu ke badannya."Oke, Nabila. Untung saja hari ini toko kita belum ramai jam segini, dan masih ada Selly yang santai," ujar Vivi, manajer yang bertanggungjawab di bakery shop itu seraya mengulas senyuman.Nabila pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas membalas senyuman Vivi. Sang manajer, wanita berusia 30 tahunan itu memang sangat baik. Ia tidak pernah marah kepada para pekerja, asalkan semua pekerjaan mereka beres. Dan selama ini ia belum pernah merasa kecewa karena mereka semua bekerja dengan giat dan cekatan.Di bakery shop itu terdapat enam orang pekerja. Tiga orang bekerja di bagian dapur, dua orang melayani tamu, dan satu orang sebagai petugas keamanan. Matahari merangkak naik semakin tinggi, menyebarkan cahaya hangatnya ke muka bumi. Hari ini terlihat cu
Namun kini, Zack tidak tahu apakah perasaan yang Nabila rasakan masih sama? Apakah wanita itu masih mencintai dirinya? Entah mengapa pertanyaan itu muncul begitu saja dengan melihat reaksi wanita muda itu saat ini."Kamu apa kabar?" Nabila merasa bosan dengan pertanyaan basa-basi dari sang pria. Ia menatap dengan sorot yang dingin. "Anda lihat sendiri. Aku ... baik-baik saja selama ini. Dan hari ini sepertinya adalah hari buruk bagiku karena bertemu Anda lagi," cetusnya tanpa perasaan.Hati Zack terasa terjentik keras mendengar penuturan sang kekasih hatinya. Tidak tahukah kalau selama setahun ini ia merasa hampa? Ia merasa merana semenjak wanita itu pergi dari hidupnya."Hmm, bagaimana kabar bayiku?" lirih Zack ragu-ragu.Rahang Nabila seketika saja mengeras. "Anda tidak perlu tahu tentang bayiku. Dan jangan sebut dia adalah bayi Anda. Anda paham?!""Tapi ... dia bayiku dengan Veronica." Zack berusaha menahan suaranya. Ia melih
Nabila terus saja mendorong pintu tersebut dengan segenap kekuatannya. Namun, dia heran, mengapa pintu itu tidak juga mau rapat. "Aaarrgh ... Nabil–laaa." Zack menahan sakit di telapak tangannya yang terjepit di sela-sela pintu.Mata Nabila tiba-tiba terarah ke tangan Zack yang ternyata terjepit. Ia refleks menghentikan dorongan ke pintu itu. "Ta–tangan kamu nggak apa-apa?" tanya perempuan muda itu gugup seraya memegang tangan Zack yang kini berbekas dan memerah itu. Ia seolah lupa kalau ia tidak ingin kembali bertemu dengan pria tersebut. Nabila meniup-niupkan udara dari mulutnya ke arah tangan Zack yang terluka.Zack meringis kesakitan sembari memegang tangan kirinya itu dengan tangan lainnya. Namun, tanpa sadar ia menikmati perhatian yang tak terduga dari Nabila. Darahnya berdesir hangat karena wanita muda itu memegang dan meniupkan udara ke kulit telapak tangannya.Tanpa sadar Nabila menggiring Zack untuk masuk ke dalam ruang tamu kecilnya. Z
Pria itu lalu melenggang pergi dan menjauh. Zack benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan Nabila. Kalau sekadar rangkulan dan kecup pipi itu biasa di negerinya. Memang pria itu tidak suka, tetapi ia berusaha memahami pergaulan Veronica. Begitulah kehidupan di dunia fashion dan modelling.Akan tetapi—meski di akhiri dengan ketidaknyamanan—, Zack tidak memungkiri kalau ia begitu bahagia bisa bertemu, bahkan memeluk bayi mungilnya, Zayn. Selama ini pria itu selalu terbayang akan Nabila dan juga bayi kecilnya itu. Ia sangat rindu.Bibir pria itu kini terus tersenyum. Rasanya hati Zack kini berubah menjadi taman bunga yang mana bunga-bunga itu bermekaran dengan indahnya. Ia membayangkan seandainya bisa hidup berbahagia dengan sang putra, bahkan dengan istri sirinya tersebut.Ya, di palung hati terdalamnya, pria itu berharap bisa berhubungan baik dengan Nabila. Kalau boleh, ia ingin menjalankan pernikahan poligami yang bahagia. Namun, apakah itu mungk
"Jadi, bule ganteng yang kemarin itu ayahnya Zayn, Nab?" tanya Pipit, sahabat baru Nabila semenjak ia tinggal di daerah Mega Mendung ini. Gadis berusia 25 tahun itu juga mengontrak rumah tidak jauh dari kontrakan Nabila. Malam ini ia bertandang karena mengantarkan semangkuk bubur kacang hijau yang baru saja matang kepada sang teman.Sebenarnya Pipit adalah sepupu dari Metta. Ya, Metta-lah yang mengarahkan Nabila untuk tinggal di daerah Bogor. Gadis itu akhirnya menghubungi Nabila dengan meminjam ponsel temannya yang lain karena Nabila memblokir nomor kontaknya.Semenjak kedatangan Zack dan Veronica ke rumahnya, Metta menjadi gusar. Hatinya bertanya-tanya, Nabila ada di mana. Ia merasa begitu khawatir. Namun, ia berusaha berbaik sangka kepada sahabatnya itu. Metta berhasil membujuk Nabila menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi, sehingga wanita manis itu melarikan diri dari rumah keluarga Robinson. Metta juga teringat sikap Veronica yang menurutnya
"Oh, iya. Aku lupa minta, Mom. Nanti saja Mommy lihat sendiri." Zack melebarkan senyumannya."Baiklah ...," jawab Jennifer pasrah.***"Nab ... Nabila ...," bisik Selly seraya menyentuh siku teman yang sedang sibuk mengadon roti di dapur tempat mereka bekerja."Hmm," sahut Nabila hanya dengan gumaman."Om bule ganteng yang waktu itu datang, tuh!" seru Selly dengan suara pelan."Ha?" Nabila langsung menoleh ke arah para tetamu yang datang. Sejurus kemudian matanya berserobok dengan sepasang mata biru di sana. Pria bule tampan itu melemparkan senyuman yang sangat manis ke arahnya. Entah mengapa jantungnya tiba-tiba saja berdebar-debar.Namun, alis wanita muda itu seketika saja bertautan. Ya, hal itu karena Zack tidaklah sendiri berkunjung ke sana, melainkan bersama seorang wanita tua dengan ras yang sama dengan pria itu. Melihat tampilan wanita paruh baya berbadan tambun dengan rambut yang telah memutih ters
'Ah, Nabila. Wajahmu semakin cantik. Tubuhmu juga semakin berisi sekarang, dan ... semakin menarik di mataku.' Sadar ia tengah mengendarai, Zack kembali memfokuskan diri ke jalanan. 'Sebentar lagi sampai ... sebentar lagi sampai,' rapalnya di dalam hati untuk mengusir gelisah karena denyar-denyar gairah yang tiba-tiba hadir begitu saja.Akhirnya mereka sampai juga di halaman sebuah villa yang memang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat Nabila bekerja, hanya 35 menit saja.Karena mereka sudah sampai tujuan, acara menyusui pun tertunda. Padahal Zayn masih belum merasa kenyang. Bayi itu kembali merengek ketika sang ibu melepaskan 'makanan' dari mulut kecilnya. "Nanti lagi ya, Sayang ...," bujuk Nabila kepada putra kecilnya itu. "Nanti lanjut di dalam ya, Tampan," ucap Jennifer seraya membelai sayang punggung cucu laki-lakinya itu.Nabila tersenyum melihat perhatian sang ibu mertua terhadap bayi kecilnya. Entah mengapa yang pada awalnya ia merasa curiga kepada sang mertua, kini perasa
Nabila terdiam kaku. Ia sadar telah keceplosan bicara di hadapan Jennifer Robinson. Selama ini orang-orang yang pernah ia ceritakan perihal perselingkuhan Veronica itu, hanya Zack dan akhirnya, waktu itu ia ceritakan juga kepada Metta. Di dalam hati Nabila merutuki diri sendiri, bagaimana bisa kelepasan bicara di hadapan orang lain lagi, bahkan itu adalah ibu mertua dari Veronica?"Mmm ... boleh aku memindahkan Zayn ke tempat tidur?" Nabila berusaha mengalihkan pembicaraan. Zack yang tadi juga ikut terdiam karena perkataan Nabila yang mencela Veronica di hadapan sang ibu, akhirnya bangkit. Ia juga berharap ibunya tidak memikirkan omongan itu. "Ayo, ke kamar sebelah sini saja ...," ujarnya seraya menggiring Nabila untuk mengikutinya. Ada sebuah kamar kosong di lantai bawah di villa itu. Sementara Zack dan ibunya memilih kamar di atas sebab ingin melihat pemandangan lebih luas dari balkon di sana.Nabila pun mengikuti arah langkah kaki Zack. Ketik
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka