"Jadi, bule ganteng yang kemarin itu ayahnya Zayn, Nab?" tanya Pipit, sahabat baru Nabila semenjak ia tinggal di daerah Mega Mendung ini. Gadis berusia 25 tahun itu juga mengontrak rumah tidak jauh dari kontrakan Nabila. Malam ini ia bertandang karena mengantarkan semangkuk bubur kacang hijau yang baru saja matang kepada sang teman.
Sebenarnya Pipit adalah sepupu dari Metta. Ya, Metta-lah yang mengarahkan Nabila untuk tinggal di daerah Bogor. Gadis itu akhirnya menghubungi Nabila dengan meminjam ponsel temannya yang lain karena Nabila memblokir nomor kontaknya.Semenjak kedatangan Zack dan Veronica ke rumahnya, Metta menjadi gusar. Hatinya bertanya-tanya, Nabila ada di mana. Ia merasa begitu khawatir. Namun, ia berusaha berbaik sangka kepada sahabatnya itu.Metta berhasil membujuk Nabila menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi, sehingga wanita manis itu melarikan diri dari rumah keluarga Robinson. Metta juga teringat sikap Veronica yang menurutnya"Oh, iya. Aku lupa minta, Mom. Nanti saja Mommy lihat sendiri." Zack melebarkan senyumannya."Baiklah ...," jawab Jennifer pasrah.***"Nab ... Nabila ...," bisik Selly seraya menyentuh siku teman yang sedang sibuk mengadon roti di dapur tempat mereka bekerja."Hmm," sahut Nabila hanya dengan gumaman."Om bule ganteng yang waktu itu datang, tuh!" seru Selly dengan suara pelan."Ha?" Nabila langsung menoleh ke arah para tetamu yang datang. Sejurus kemudian matanya berserobok dengan sepasang mata biru di sana. Pria bule tampan itu melemparkan senyuman yang sangat manis ke arahnya. Entah mengapa jantungnya tiba-tiba saja berdebar-debar.Namun, alis wanita muda itu seketika saja bertautan. Ya, hal itu karena Zack tidaklah sendiri berkunjung ke sana, melainkan bersama seorang wanita tua dengan ras yang sama dengan pria itu. Melihat tampilan wanita paruh baya berbadan tambun dengan rambut yang telah memutih ters
'Ah, Nabila. Wajahmu semakin cantik. Tubuhmu juga semakin berisi sekarang, dan ... semakin menarik di mataku.' Sadar ia tengah mengendarai, Zack kembali memfokuskan diri ke jalanan. 'Sebentar lagi sampai ... sebentar lagi sampai,' rapalnya di dalam hati untuk mengusir gelisah karena denyar-denyar gairah yang tiba-tiba hadir begitu saja.Akhirnya mereka sampai juga di halaman sebuah villa yang memang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat Nabila bekerja, hanya 35 menit saja.Karena mereka sudah sampai tujuan, acara menyusui pun tertunda. Padahal Zayn masih belum merasa kenyang. Bayi itu kembali merengek ketika sang ibu melepaskan 'makanan' dari mulut kecilnya. "Nanti lagi ya, Sayang ...," bujuk Nabila kepada putra kecilnya itu. "Nanti lanjut di dalam ya, Tampan," ucap Jennifer seraya membelai sayang punggung cucu laki-lakinya itu.Nabila tersenyum melihat perhatian sang ibu mertua terhadap bayi kecilnya. Entah mengapa yang pada awalnya ia merasa curiga kepada sang mertua, kini perasa
Nabila terdiam kaku. Ia sadar telah keceplosan bicara di hadapan Jennifer Robinson. Selama ini orang-orang yang pernah ia ceritakan perihal perselingkuhan Veronica itu, hanya Zack dan akhirnya, waktu itu ia ceritakan juga kepada Metta. Di dalam hati Nabila merutuki diri sendiri, bagaimana bisa kelepasan bicara di hadapan orang lain lagi, bahkan itu adalah ibu mertua dari Veronica?"Mmm ... boleh aku memindahkan Zayn ke tempat tidur?" Nabila berusaha mengalihkan pembicaraan. Zack yang tadi juga ikut terdiam karena perkataan Nabila yang mencela Veronica di hadapan sang ibu, akhirnya bangkit. Ia juga berharap ibunya tidak memikirkan omongan itu. "Ayo, ke kamar sebelah sini saja ...," ujarnya seraya menggiring Nabila untuk mengikutinya. Ada sebuah kamar kosong di lantai bawah di villa itu. Sementara Zack dan ibunya memilih kamar di atas sebab ingin melihat pemandangan lebih luas dari balkon di sana.Nabila pun mengikuti arah langkah kaki Zack. Ketik
"Aku bilang, aku tidak akan menceraikan kamu," jawab Zack dengan nada rendah tapi penuh penekanan.Nabila mendesah lelah. "Ayolah, Zack ... apa yang kamu harapkan dengan pernikahan tanpa makna ini? Kamu 'kan, sangat mencintai Veronica. Sudahlah, lepaskan aku. Toh, dari awal ini sudah salah," imbuh Nabila dengan sorot memohon kepada pria di hadapannya. Ia ingin bebas dari belenggu ikatan yang sebenarnya tadinya sempat ia harapkan keberlangsungannya, tetapi ternyata hanyalah harapan kosong untuk menciptakan kebahagiaan untuknya itu."Tapi aku ... aku mencintaimu, Nabila." Zack menatap lekat ke arah Nabila.Deg!Sorot mata Nabila berubah. Hatinya menelisik. 'Benarkah? Benarkah apa yang aku dengar ini?' Batinnya bertanya-tanya.Zack memindah posisi duduknya. Ia yang tadi ada di sofa single kini berada di satu sofa yang sama dengan istri mudanya itu. Tangan pria tersebut meraih jemari lentik Nabila.Nabila terlihat heran dengan hal it
"Tap–tapi, alasannya apa sampai kamu berniat untuk membunuhnya?" Zack tidak tahan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang seketika saja memenuhi isi kepalanya."Sudahlah, Zack. Itu masa laluku. Tidak perlu kamu ungkit lagi. Aku juga sudah malas untuk mengingat-ingat anak setan itu!" tegas Nabila.Zack menurunkan kecepatan mobilnya, kemudian tiba-tiba ia menghentikan kendaraan roda empat itu di pinggir jalan di bawah sebuah pohon rindang. Dan hal itu membuat Nabila menjadi heran. "Kenapa berhenti di sini?" Alisnya bertaut."Please, Nabila ... jawab aku. Tentu ada alasan kuat sampai kamu berniat menghabisi nyawa adikmu itu?!" desak Zack masih terus menuntut jawaban.Nabila mendesah bosan. Mengapa Zack begitu penasaran? "Kamu takut sama aku? Kamu takut aku mau bunuh kamu?" Wanita muda itu terkekeh.Zack mendengkus kasar. "Mengapa kamu tidak mau bicara? Tinggal bilang apa alasannya, apa susahnya?" cetus pria itu kesal. Nabila benar-benar meman
Pagi ini terasa sejuk. Nabila tidak bekerja, karena ini weekend. Semalaman ia hampir-hampir tidak bisa memejamkan mata. Mungkin hanya dua jam saja tubuhnya terlelap. Itu pun karena benar-benar sudah kelelahan.Otaknya tak henti memikirkan ancaman dari Zack. Ya, dia lelaki yang kaya raya. Pria itu bisa saja membayar orang untuk memata-matainya. Zack tidak akan melakukan kesalahan yang sama, yaitu membiarkan dia pergi untuk ketiga kalinya. Begitu pikir wanita muda itu."Pagi, Nabila!" sapa Jennifer sambil menyiapkan sarapan pagi di dapur.Nabila tersenyum tipis. "Pagi," sahutnya lirih."Zayn belum bangun?" tanya Jennifer lagi."Iya, dia tidur lagi setelah aku mandikan.""Wah, dia sudah kamu mandikan?""Hu umm." Nabila hanya bergumam menjawab ibu mertuanya.Melihat wajah pucat Nabila, Jennifer mengernyitkan dahinya. "Kamu sehat?" tanyanya khawatir."Kepalaku sedikit pusing," jawab Nabila. Ia tidak sepenuhnya berbohong, memang kepalanya saat ini terasa cukup berat akibat kurang tidur."Ma
"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba kamu bisa membujuk Nabila untuk setuju dengan ide melanjutkan pernikahan kalian?" tanya Jennifer penasaran kepada sang putra di dalam kamarnya di lantai atas villa.Saat ini mereka sudah selesai makan siang bersama. Nabila tadi meminta izin untuk menidurkan Zayn. Jadi, Jennifer mengungkapkan rasa penasaran yang ia simpan sejak tadi pagi.Bagaimana tidak, hal itu karena dengan melihat gelagat Nabila dari tadi, ia yakin wanita muda itu belum ikhlas menerima keputusan tersebut."Aku mengancam akan mengambil bayiku darinya," jawab Zack to the point.Kedua alis beruban Jennifer bertaut kencang. "Tapi memang kamu lebih berhak darinya untuk itu. Tidak mungkin jika bercerai, Zayn akan terus-menerus bersama Nabila yang sebenarnya hanya ibu pengganti. Anak itu anakmu dengan Veronica," ungkapnya heran."Itu menurut kita, Mom. Tapi ego seorang ibu sudah merasuk dalam diri Nabila. Dia merasa dia yang ham
Zack mendekatkan wajahnya ke wajah Nabila karena berniat mencium bibir wanita itu. Ia merasa hatinya sangat rindu terhadap istri mudanya tersebut.Akan tetapi, Nabila justru mengeraskan dorongan tangannya di dada Zack, hingga menggagalkan niat sang pria mencium bibirnya. Setelah terlepas dari rangkulan pria itu, Nabila lekas bangkit dan berdiri. Matanya nanar melihat ke arah sang suami. Degup jantungnya bertalu dengan begitu kencang. Napasnya pun seketika saja memburu. Dadanya naik turun menahan emosi.Zack lalu ikut berdiri. Kemudian ia melangkah ke arah pintu dan menutupnya dengan perlahan."Kamu jangan macam-macam, Zack!" Nabila menatap sang pria dengan waspada.Namun, tanpa diduga-duga, dengan gerakan cepat pria itu menangkap Nabila kembali dan memeluknya dengan lebih erat lagi.Nabila berusaha berontak, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. Entah mengapa dia merasa dilecehkan kali ini oleh perbuatan Zack. Lelaki itu men
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka