"Kamu sudah setahun di sini baru menemui aku?"
Zack tertawa kecil mendengar sindiran temannya, Maximus Setiawan. Padahal dirinya baru dua pekan di Indonesia, malah dikatakan setahun."Gimana kabar istri cantikmu?" tanya Max setelah menyeruput kopinya, kemudian meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja kafe."Baik," jawab Zack singkat.Max tersenyum miring. "Tumben kamu nggak bersemangat membicarakan istrimu? Biasanya kalau ditanya tentang dia, kamu langsung saja bercerita panjang lebar tentang ini dan itu. Tentang cita-citanyalah, pencapaiannya," sahut pria itu mengingat sikap Zack selama ini."Aku memang lagi nggak bersemangat, Max," jawab Zack terlihat lesu."Sebenarnya ada apa? Lagi pula kamu ke sini sampai lama begini ini, ada proyek apa?" tanya Maximus penasaran. Hal itu karena ia tahu, sangatlah jarang Zack berkunjung ke Indonesia sampai lebih dari sepekan, kecuali ada keperluan bisnis yang membutuhkan waktu yang cukupSemenjak pembicaraan tentang pencarian solusi bersama sang istri, Zack pun kembali ke negeri asalnya, Negeri Paman Sam. Walaupun ia mempunyai orang yang kompeten di dalam mengatur berjalannya perusahaan, tetapi ia tidak bisa begitu saja berlama-lama meninggalkan mereka. Beberapa waktu di Indonesia, Zack juga sempat membahas urusan bisnis bersama Maximus, temannya itu. Max mengajaknya bekerja sama di Indonesia. Pria berjanggut tebal itu menyarankan agar Zack mau membuka cabang juga di Indonesia, sekaligus bekerja sama dengan Antony.Saat ini Max menjalankan bisnis property. Semakin hari, permintaan dari kliennya semakin berkembang. Antony yang diberikan kepercayaan untuk meng-handle soal perlengkapan rumah dan desain interior, belum cukup berpengalaman. Ia butuh orang yang lebih kompeten lagi. Ya yaitu Zack. Zack pun berpikir mungkin ini peluang baginya juga untuk melebarkan sayap. Waktu itu, ia pernah bekerja sama dengan Mr. Lee, pengusaha dari Singapura
Degup jantung Zack kini bertalu kencang. Ia bingung, bagaimana sang ibu bisa tahu? Padahal selama ini ia pun biasa melakukan video call dengan Jennifer. Selama ini Veronica menggunakan perut silikon di balik bajunya, biar terlihat hamil. Dan selama ini pula mereka berhasil mengelabui semua orang."Jawab, Zaack ...!" geram Jennifer kepada sang putra. Ia berusaha menahan emosinya agar tidak meledak di tempat umum seperti itu. Dari tadi ia sudah menahan gejolak di dalam hatinya sampai mereka semua selesai berbelanja, bahkan sampai selesai makan. Jennifer selama ini memang dikenal oleh anak-anaknya sebagai orang tua yang bijaksana. Ia tidak pernah menuntut ini dan itu kepada kedua anaknya, Zack dan juga Katharina—adik perempuan dari Zack—yang kini sudah tinggal di Inggris bersama suaminya. Bahkan wanita paruh baya itu sama seperti sang putra, tidak mau memburu-buru Veronica untuk segera hamil. Toh, ia sendiri sudah punya dua cucu yang lucu dari putrinya, Kat
Jennifer menatap lekat ke arah sang putra. Ia memahami apa yang menjadi kegundahan Zack. Ya, walau memang selama ini putranya itu terkesan sabar untuk menanti kehadiran seorang anak di dalam rumah tangganya. Akan tetapi, wajar ... karena ia tahu bayinya masih ada kemungkinan hidup, tentu saja ia harus terus berusaha mencari. Walau sampai di ujung dunia sekalipun.Ya, bukan hanya sekadar persoalan cinta dengan perempuan muda itu. Akan tetapi, lebih kepada darah daging pria itu yang ada bersamanya.***Satu tahun berlalu. Saat ini Zack sudah mempunyai kantor cabang yang berada di Indonesia. Tepatnya di daerah Bekasi.Zack sudah memberikan kepercayaan kepada Harold Joshua untuk memegang peranan penting di kantor pusat di Los Angeles. Sementara Zack sendiri dalam sebulan sekali ia akan kembali melepas rindu bersama sang istri dan juga sekadar mengunjungi kantor pusat dalam beberapa hari, setelah itu ia akan kembali lagi ke Indonesia. Bahkan ia lebih b
"Sorry, aku telat! Entah kenapa bayiku agak rewel dari kemarin," keluh seorang wanita berkerudung merah muda yang dengan gerakan cepat meraih sebuah apron dan mengenakan benda itu ke badannya."Oke, Nabila. Untung saja hari ini toko kita belum ramai jam segini, dan masih ada Selly yang santai," ujar Vivi, manajer yang bertanggungjawab di bakery shop itu seraya mengulas senyuman.Nabila pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas membalas senyuman Vivi. Sang manajer, wanita berusia 30 tahunan itu memang sangat baik. Ia tidak pernah marah kepada para pekerja, asalkan semua pekerjaan mereka beres. Dan selama ini ia belum pernah merasa kecewa karena mereka semua bekerja dengan giat dan cekatan.Di bakery shop itu terdapat enam orang pekerja. Tiga orang bekerja di bagian dapur, dua orang melayani tamu, dan satu orang sebagai petugas keamanan. Matahari merangkak naik semakin tinggi, menyebarkan cahaya hangatnya ke muka bumi. Hari ini terlihat cu
Namun kini, Zack tidak tahu apakah perasaan yang Nabila rasakan masih sama? Apakah wanita itu masih mencintai dirinya? Entah mengapa pertanyaan itu muncul begitu saja dengan melihat reaksi wanita muda itu saat ini."Kamu apa kabar?" Nabila merasa bosan dengan pertanyaan basa-basi dari sang pria. Ia menatap dengan sorot yang dingin. "Anda lihat sendiri. Aku ... baik-baik saja selama ini. Dan hari ini sepertinya adalah hari buruk bagiku karena bertemu Anda lagi," cetusnya tanpa perasaan.Hati Zack terasa terjentik keras mendengar penuturan sang kekasih hatinya. Tidak tahukah kalau selama setahun ini ia merasa hampa? Ia merasa merana semenjak wanita itu pergi dari hidupnya."Hmm, bagaimana kabar bayiku?" lirih Zack ragu-ragu.Rahang Nabila seketika saja mengeras. "Anda tidak perlu tahu tentang bayiku. Dan jangan sebut dia adalah bayi Anda. Anda paham?!""Tapi ... dia bayiku dengan Veronica." Zack berusaha menahan suaranya. Ia melih
Nabila terus saja mendorong pintu tersebut dengan segenap kekuatannya. Namun, dia heran, mengapa pintu itu tidak juga mau rapat. "Aaarrgh ... Nabil–laaa." Zack menahan sakit di telapak tangannya yang terjepit di sela-sela pintu.Mata Nabila tiba-tiba terarah ke tangan Zack yang ternyata terjepit. Ia refleks menghentikan dorongan ke pintu itu. "Ta–tangan kamu nggak apa-apa?" tanya perempuan muda itu gugup seraya memegang tangan Zack yang kini berbekas dan memerah itu. Ia seolah lupa kalau ia tidak ingin kembali bertemu dengan pria tersebut. Nabila meniup-niupkan udara dari mulutnya ke arah tangan Zack yang terluka.Zack meringis kesakitan sembari memegang tangan kirinya itu dengan tangan lainnya. Namun, tanpa sadar ia menikmati perhatian yang tak terduga dari Nabila. Darahnya berdesir hangat karena wanita muda itu memegang dan meniupkan udara ke kulit telapak tangannya.Tanpa sadar Nabila menggiring Zack untuk masuk ke dalam ruang tamu kecilnya. Z
Pria itu lalu melenggang pergi dan menjauh. Zack benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan Nabila. Kalau sekadar rangkulan dan kecup pipi itu biasa di negerinya. Memang pria itu tidak suka, tetapi ia berusaha memahami pergaulan Veronica. Begitulah kehidupan di dunia fashion dan modelling.Akan tetapi—meski di akhiri dengan ketidaknyamanan—, Zack tidak memungkiri kalau ia begitu bahagia bisa bertemu, bahkan memeluk bayi mungilnya, Zayn. Selama ini pria itu selalu terbayang akan Nabila dan juga bayi kecilnya itu. Ia sangat rindu.Bibir pria itu kini terus tersenyum. Rasanya hati Zack kini berubah menjadi taman bunga yang mana bunga-bunga itu bermekaran dengan indahnya. Ia membayangkan seandainya bisa hidup berbahagia dengan sang putra, bahkan dengan istri sirinya tersebut.Ya, di palung hati terdalamnya, pria itu berharap bisa berhubungan baik dengan Nabila. Kalau boleh, ia ingin menjalankan pernikahan poligami yang bahagia. Namun, apakah itu mungk
"Jadi, bule ganteng yang kemarin itu ayahnya Zayn, Nab?" tanya Pipit, sahabat baru Nabila semenjak ia tinggal di daerah Mega Mendung ini. Gadis berusia 25 tahun itu juga mengontrak rumah tidak jauh dari kontrakan Nabila. Malam ini ia bertandang karena mengantarkan semangkuk bubur kacang hijau yang baru saja matang kepada sang teman.Sebenarnya Pipit adalah sepupu dari Metta. Ya, Metta-lah yang mengarahkan Nabila untuk tinggal di daerah Bogor. Gadis itu akhirnya menghubungi Nabila dengan meminjam ponsel temannya yang lain karena Nabila memblokir nomor kontaknya.Semenjak kedatangan Zack dan Veronica ke rumahnya, Metta menjadi gusar. Hatinya bertanya-tanya, Nabila ada di mana. Ia merasa begitu khawatir. Namun, ia berusaha berbaik sangka kepada sahabatnya itu. Metta berhasil membujuk Nabila menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi, sehingga wanita manis itu melarikan diri dari rumah keluarga Robinson. Metta juga teringat sikap Veronica yang menurutnya