Seharian ini Joya kabur-kaburan dari Fajar, pokoknya dia nggak mau dekat-dekat dengan Fajar. Dan Joya berhasil melakukannya, Joya seperti bermain petak umpet dengan Fajar ini.
Pokoknya Joya nggak mau ketemu Fajar! Joya membungkuk dan mencoba masuk ke dalam kamarnya. Ini sudah malam dan Joya butuh tidur, makanya Joya harus pulang ke kamar.
Dilihatnya situasi di dalam kamar dan mendapati Fajar yang sudah tertidur di kasur. Dengan cepat Joya menghela napasnya, melihat Fajar tidur membuat dirinya bebas untuk bergerak, dia bisa melakukan apa pun juga. Contohnya mandi dengan tenang.
Selesai mandi dan berbenah, Joya naik ke kasur sepelan mungkin. Dia tidak mau membangunkan Fajar. Saat sudah menyentuh kepalanya di bantal ....
"Darimana kamu?"
Plak ...."Bangsat kamu, Jar," teriak Joya sambil menampar pipi Fajar dengan keras."Joya sakit, kamu kenapa?" tanya Fajar yang kebingungan. Fajar benar-benar tidak sadar dengan apa yang di ucapkan Naomi di telepon, saking menikmati pelepasannya di bagian inti Joya yang nikmat."Kamu kenapa?" tanya Joya kesal sambil mengambil ponsel Fajar dan menyerahkannya."Hai ... masih ada orang?" tanya Naomi."Apa?" Fajar berteriak di depan layar ponselnya.Joya berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari tubuh Fajar. Dia ingin menjauh dari lelaki sinting yang sudah menikmati tubuhnya namun, menghamili orang lain. Tapi, Fajar menekan tubuh Joya, membuat Joya kesusahan untuk terlepas dari Fajar."Hai ... Love, kapan pulang? Udah sama lontenya? Pulang cepet aku hamil," ucap Naomi.Fajar terdiam mendengar perkataan Naomi, pikirannya langsung kabur. Fajar berjuang mengingat kapan terakhir kali mereka berhubungan, seingatnya dia tidak melakukan pel
“Joy ...,” panggil Fajar.Joya menulikan kupingnya, hampir sepanjang perjalanan dari pulau hingga bandara Joya mengunci bibirnya. Dia tidak mau menjawab apa pun pertanyaan yang diajukan oleh Fajar. Fajar berkali-kali mengajaknya berbincang bahkan Fajar beberapa kali mencuri ciuman dan memeluk Joya. Tapi, Joya diam tak bergerak.“Joy, ayo dong jangan gini terus,” pinta Fajar saat mereka baru duduk di kursi pesawat terbang.Bungkam, Joya malas berbicara dengan Fajar. Dia muak. Joya tahu bila dia berbicara sepatah kata saja pasti akan keluar semua kata kebun binatang dan makian paling kasar yang ada di muka bumi ini.“Joy, jawab dong.”“Maaf menggangu mau minum apa?” tanya Pramugari yang menawarkan minum.“Air putih aja,” ucap Joya sambil tersenyum tulus pada pramugari itu dan mengambil botol minuman.Fajar langsung kesal saat melihat betapa ramah dan manisnya Joya menjawab pert
“Joy kenapa?” tanya Szasza sambil membantu Joya memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil.“Nggak papa, Sza.” Joya berkata sambil memberikan senyuman palsu terbaiknya, walaupun Joya tahu kalau Szasza tidak akan mempan diberikan senyuman palsunya itu.“Please Joy, jangan nipu aku. Aku tahu kamu lagi sedih, kita temenan bukan baru sebulan dua bulan.” Szasza menahan Joya untuk menutup pintu mobil. “Joy.”“Nggak papa sudah kamu anterin dulu Byan makan. Kasian dia kalau nggak ada kamu,” ucap Joya yang tahu kalau Byan adalah tipe pria yang membutuhkan perhatian dari kekasihnya. Amarahnya bisa meledak bila Szasza tidak mematuhi semua keinginannya.“Joy aku ikut ya, aku temenin kamu,” ucap Szasza khawatir dengan keadaan Joya yang benar-benar semberaut.“Nggak usah, aku nggak mau kamu berantem sama Byan cuman gara-gara aku. Aku nggak mau ya.” Joya mengingatkan Szasza betapa
Brak ... Brak ... Brak .... Rendalina dan Naomi saling tatap saat mendengar suara gedoran keras di pintu kamarnya. “Siapa?” bisik Naomi yang langsung dijawab Rendalina dengan mengangkat kedua bahunya. Brak ... Brak ... Brak .... “Buka,” pinta Naomi pada Rendalina. “Ih ... nggak mau, takut,” jawab Rendalina dengan suara lekongnya. “Buka cepet ih ... cepet buka atau gue potong burung lo?!” ancam Naomi. “Ih ... mau deh di potong biar ilang.” “Pakai gunting rumput,” tambah Naomi sambil menahan tawanya karena melihat Rendalina menyerngit. Dengan pasrah Rendalina berjalan ke arah pintu dan membukanya. Saat terbuka dia melihat sosok Fajar yang sedang melihat dirinya dengan tatapan siap membunuh. “Fajar?” “Mana Naomi?” tanya Fajar geram. “Mana dia?” Rendalina mundur beberapa langkah ke belakang, Fajar adalah lelaki yang sangat Rendalina takuti, ganteng sih. Cuman kasar. “Jar,” panggil Nao
“Kamu hamil?” teriak Tresno saat mengetahui anak gadisnya itu hamil.“Iya Pih,” jawab Naomi takut-takut. Setelah kepergian Fajar, akhirnya Naomi memutuskan untuk mengungkapkan kehamilannya itu pada Tresno. Naomi yakin Tresno bisa memaksa Fajar untuk menikahinya.“Iya Pih, aku hamil.” Naomi langsung mengeluarkan semua bakat aktingnya, dia harus membuat Tresno mencari Fajar dan memaksanya untuk menikahi dirinya dengan cara apa pun juga.“Siapa, siapa bapaknya?” tanya Tresno.“Fajar Pih, ini anak Fajar tapi, Fajar nggak mau tanggung jawab Pih.”“Lah kenapa?”“Dia bilang ini bukan anaknya, aku nggak terima padahal Fajar sering lakuin sama aku, ini anak Fajar Pih,” isak Naomi sambil memeluk Liby.Liby hanya bisa mengelus putri semata wayangnya itu, harinya yang tenang hancur seketika saat melihat anaknya tadi berlari dan menangis meraung mengatakan dirinya
Kring ... Kring ....Fajar yang sedang tertidur terbangun dan dengan cepat mengangkat ponselnya, “Halo?”“Fajar kamu di mana?”Fajar mengucek matanya dan menatap layar ponselnya, napasnya terhenti saat melihat nama Tresno di sana. “Apa?”“Kamu di mana?”“Urusannya apa sama hidup kamu?” tanya Fajar ketus, peduli setan dengan hidup keluarga Naomi.“Fajar, saya serius. Di mana kamu?” tanya Tresno geram dengan perkataan dan intonasi suara Fajar yang sangat menyebalkan.“Penthouse, kenapa? Mau apa? Ngantuk saya mau tidur,” ucap Fajar sambil mematikan sambungan ponselnya dan menyimpannya di samping nakas.Kepala Fajar sakit bukan main, tidur jam enam subuh dan bangun jam sepuluh pagi benar-benar membuat Fajar gila. Semalaman Ia menelepon Joya tapi, hasilnya nihil Joya sama sekali tidak mengangkat teleponnya.Kring ... Kring ... Kring .
“Joy ... Joya ...,” panggil Szasza sambil mengguncang-guncang tubuh Joya pelan. “Iya,” jawab Joya sambil menggeliat di kasurnya, “jam berapa ini?” Szasza sedih melihat Joya yang dari hari ke hari hanya diam di kasur dan tidak beranjak ke mana-mana. Semenjak pulang dari pulau, Joya benar-benar seperti tubuh tak berjiwa. Seharian Joya hanya diam melamun dan menggunakan kemeja yang entah milik siapa. Sesekali Szasza mendengar Joya menangis di kamar mandi atau dalam tidurnya. “Jam dua belas, Joy. Kamu tidur subuh lagi?” tanya Szasza. Tangan Joya berusaha menggapai ponsel di nakas, dia ingin mencek siapa yang mencarinya hari ini. Ah ... tidak dia hanya ingin lihat ada berapa chat dan berapa telepon yang masuk ke ponselnya. Dia ingin tahu apakah Fajar masih mencarinya? Egonya benar-benar merasa dipuaskan melihat Fajar berusaha sekuat tenaga untuk menghubunginya. Ada lima puluh misscall dan seratus chat di ponselnya dan semuanya dari F
Joya menatap TV dengan tatapan kosong, sudah seminggu ini semua acara yang ada hanya kisah tentang Fajar dan Naomi. Rasanya Joya ingin mencekik semua pembawa acara di seluruh program TV tersebut. Tidak adakah berita yang lebih berfaedah? Joya muak, ah ... tidak lebih tepatnya Joya sakit hati. “Joy ...,” panggil Szasza. “Apa?” tanya Joya pelan. “Mau ikut? Aku mau ke Mall, ikut yuk jangan di rumah saja. Ayo ....” Szasza menarik tangan Joya agar bergerak dari sofa. Sudah seminggu ini Joya hanya berdiam diri di Sofa. Yang dilakukannya hanya pergi ke kantornya dan pulang, belum ada jadwal terbang sama sekali. “Males, aku mau di sini saja,” tolak Joya sambil merapatkan selimut ditubuhnya. Ah ... andai dia tidak harus bekerja dan mencari uang mungkin dia hanya akan bergelung di sofa seumur hidupnya. “Joy ... ayo, aku pusing liat kamu diam terus di apartemen, yuk ... ayo jalan,” pinta Szasza. “Kita jalan yuk, aku beliin baju deh.” “Ogah.
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F