"Mana si Fajar?" tanya Byan pada Szasza sambil merangkul bahu kekasihnya itu.
"Nggak tahu, tadi dia ngejar Joya," jawab Szasza.
"Wah ... beneran tebakkan aku, si Fajar suka Joya," ucap Byan sambil menegak vodka dengan santai.
"Tahu dari mana? Jangan ngaco By. Joya selalu cerita kalau Fajar itu hobinya berantem mulu sama dia kalau lagi kerja. Mana Fajar itu sarkas banget sama Joya, saban Joya senyum di bilang jijiklah pura-pura lah—"
"Itu karena Fajar suka sama Joya, dia kalau liat Joya inget almarhum Mamihnya. Mamih Fajar itu mirip banget sama Joya, apalagi kalau senyum beh ... mirip banget itu." Byan berkata sambil mengambil gelas yang sudah diisi bartender dengan vodka.
Szasza hanya bisa terdiam sambil menghela napas melihat Byan yang sudah meminum vodka entah sudah gelas keberapa, alamat dia harus memapah Byan ke kamar hotel lagi hari ini. "By, sudah jangan minum aja. Ka
"Naomi hilang, Mamih," jerit Rendalina panik."Hah, ke mana?" tanya Liby bingung seingatnya tiga puluh menit yang lalu Naomi masih ada mengenakan baju kebaya putih yang sangat cantik di kamarnya."Nggak tau, Naomi hilang," jerit Rendalina sambil memutar-mutar badannya seperti orang sawan."Yang bener kamu!?" bentak Tresno sambil berjalan ke arah Rendalina sambil memelototkan matanya dan menarik lengan Rendalina geram."Bener Pih, Naomi ilang. Nggak ada di mana-mana," ucap Rendalina sambil menggigiti syal miliknya.Para tamu undangan langsung berbisik-bisik saat mendengar perkataan Rendalina, beberapa orang bahkan ada yang menatap sedih ke arah Fajar yang duduk dan menatap Tresno, Liby dan Rendalina."Yang bener kam
Fajar kaget saat merasakan pukulan di wajahnya, saat dirinya sadar Fajar sudah merasakan rasa sakit dan pedih di bagian bibirnya. Kupingnya langsung berdenging parah, sakitnya bukan main. Badan Fajar tersungkur ke belakang dan terduduk di tanah."Astaga Fajar," teriak Byan sambil berusaha menarik Tresno agar tidak mendekati Fajar lagi untuk memukul Fajar lagi."Kamu nggak bisa seenaknya Fajar, ingat permintaan terakhir Ayah kamu. Ayah kamu itu sahabat saya, saya yang tolong dia biar jadi orang. Kamu harus balas budi!?" Tresno mencoba mengingatkan Fajar, Tresno merasakan badannya di tarik oleh Liby agar tidak memukuli Fajar."Mas sabar, kalau kamu pukul-pukulan masalah makin ribet. Makin susah surat perjanjian pemindahan perusahaan bisa kita dapetin," ucap Liby sambil berdiri menghalangi Tresno untuk memukuli Fajar lagi."Tapi, anak itu kurang ajar Mah,
Fajar diam menatap handphonennya yang menggila. Dari kemarin sampai detik ini handphonennya sama sekali tidak berhenti berdering. Hampir semuanya notifikasi menanyakan keadaannya atau merasa kasihan pada dirinya karena tidak jadi menikah.Mereka tidak tau saja, Fajar sesungguhnya ingin menari dan membuat pesta merayakan itu semua. Fajar benar-benar berbahagia mengetahui dirinya tidak jadi menikah dengan Naomi. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Joya sama sekali tidak bisa dia hubungi."Astaga Joy, kenapa kamu nggak angkat telepon aku sih?" tanya Fajar geram sambil menatap layar handphonennya yang bertuliskan nama joya."Angkat Joy!?" seru Fajar geram, saking kesalnya dia lempar handphonennya ke kasur. Sudah semenjak kemarin malam Fajar berusaha menghubungi Joya tapi, Joya s
Joya yang baru bangun dari tidurnya hanya bisa berjalan kelur kamar. Di tatapnya ranjang Szasza yang sudah bersih dan rapi, Joya tersenyum dan mengerti Szasza pasti sudah pergi menunaikan tugasnya untuk memberikan kenikmatan pada Byan.Iya ... semenjak Szasza berpacaran dengan Byan, Szasza sudah tidak pernah lagi menjual dirinya pada para sugar daddy. Szasza pun hidup lebih baik, perekonomiannya benar-benar membaik semenjak bersama Byan. Dan yang terpenting Szasza hanya melakukan hubungan transfusi darah putih dengan Byan saja tidak dengan orang lain. Itu yang Joya syukuri.Mata Joya perih bukan main, semalaman dia menangis dan meraung seperti orang gila karena perkataan dan kelakuan Fajar yang tidak punya hati nurani. Menyentuhnya dan menciumnya gila-gilaan tapi menikah dengan Naomi. Astaga ... itu cowo titisan siluman buaya buntung ka
Joya dengan semangat empat lima berjalan di Bandara Soekarno Hatta. Tanpa seragam dan sepatu hak tinggi sialannya itu. Joya berjalan dengan menggunakan summer dress berwarna putih yang menunjukkan dadanya yang penuh. Joya tidak peduli dia ingin bebas dengan sepatu dan cardigan berwarna senada dengan dressnya.Saat berjalan di pemeriksaan Joya disapa oleh petugas bandara."Loh Mbak Joya nggak pake seragam?" tanya Petugas Bandara yang bernama Mulyana."Nggak Pak, saya mau jalan-jalan sama sahabat saya. Libur Pak, jangan kerja aja," ucap Joya sambil mengambil kopernya dan menyeret kopernya menjauhi bagian pemeriksaan.Setelah mengurus segala-galanya, Joya berjalan ke ruang tunggu. Szasza sudah mengirim tiket ke Batam lewat emailnya dan S
Byan yang sudah sampai di Bandara kaget saat mendapati handphonennya bergetar di saku celananya. Dengan cepat diangkatnya telepon dari sepupu kesayangannya itu. "Yup, kenapa Bro?" tanya Byan santai. "Lo di mana?" tanya Fajar. "Parkiran Bandara, belom telat lah. Pesawat jam sebelas kan. Ini masih jam sepuluh bisalah gue masuk," ucap Byan santai sambil melirik Szasza yang mengenakan dress selutut berwarna biru dongker. "Nggak usah masuk, lo pergi jauh-jauh," ucap Fajar. "Lah ... gimana cara? Kan gue mau ke pulau yanga bakal gue jadiin resort. Pulau punya gue napa gue nggak boleh kunjungin?" tanya Byan bingung, sepertinya Fajar kebanyakan minum vodka sampai melarang dirinya untuk d
Joya mengerucutkan bibirnya sambil menatap pemandangan jendela pesawat terbang. Dia kesal bukan main karena Szasza malah asik kuda-kudaan bersama Byan sedangkan, dirinya disini bersama Fajar yang dari tadi membuat dirinya kesal."Joy, kopinya nggak enak. Enak kamu yang bikinin," ucap Fajar saat meminum kopi kemasan."Bikin sendiri sono!?" ucap Joya geram sambil menyilangkan kedua tangannya di dada membuat payudaranya mengembul."Wow ... punya kamu gede juga yah," ucap Fajar sambil menatap payudara Joya."Ya tuhan ... tolong itu otak sama matanya dicuci dulu deh. Pake detergen biar bersih," ucap Joya sambil menutup dadanya dengan kardigan miliknya. Joya menyesal mengenakan dress ini, seandainya dia tau kalau akan bertemu Fajar mungkin dia akan menggunakan baju tertutup atas
Setelah perjalanan pesawat mereka langsung menaikispeed boatuntuk sampai ke pulau tujuan. Pulau milik Byan yang akan Byan jadikan resort khusus kalangan atas dengan harga yang fantastis. Di sana mereka sudah disambut oleh pegawai Byan, ada satu orang ketuanya namanya Danang."Pak Byannya nggak ada?"tanya Danang pada Joya dan Fajar."Nggak ada dia dateng mungkin beberapa hari l
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F