"Mampus."
"Siapa yang mampus?" tanya Byan kaget sambil mengambil tisu untuk melap luka di bagian ujung bibirnya.
"Oh ... shit, shit, shit, shit ...." Fajar memijat keningnya, jemarinya menyisir rambut hitam miliknya ke depan dan ke belakangnya seolah sadar akan kebodohan dan kesalahannya.
"Kenapa?" tanya Byan bingung melihat tingkah Fajar yang awalnya penuh amarah dan angkara murka sekarang berubah menjadi kebingungan dan dipenuhi rasa cemas.
"Mampus, Byan."
"Hah? Aku mampus, kamu tuh kalau doa in orang benar-benar, yah!" seru Byan yang mulai kembali menggunakan kata aku kamu bukan lagi lo gue, karena emosinya sudah kembali normal.
"Mampus, mampus, mampus, mampus aku, By
Maaf yah, karena banyak kesibukan updatenya belum bisa setiap hari, doakan besok aku bisa update bener lagi yah.... miss you, reader hehehhee
Hai, Jar, aku pamit, yah.Tapi, sebelumnya aku hanya ingin meluruskan masalah yang ada. Iya, benar aku memang di beli oleh Byan, namun, aku tau kamu yang ambil kegadisan aku. Pasti kamu bingung kenapa aku bisa tahu, aku tahu karena dulu tanpa sengaja aku liat luka di bagian bawah perut kamu dan aku sadar saat kamu minta aku buat “manjain” kamu di pulau kemarin. Kebiasaan kamu saat bercinta juga kerasa banget, aku inget kamu, Jar.Awalnya aku mau bertahan dan berharap kamu kasih aku kesempatan buat jelas in semuanya, tapi, aku sudah kamu anggap lonte dan hina. Sakit, Jar, sakit aku dengar kata itu keluar dari mulut kamu, padahal jujur aku nggak pernah bercinta sama orang lain selain sama kamu, semenjak kamu ambil kegadisan aku, aku nggak pernah lakuin sama siapa pun kecuali sama kamu.Maa
Joya menggeret kedua kopernya dengan perlahan, sedih rasanya meninggalkan penthouse Fajar dan meninggalkan semua kisah cintanya bersama Fajar di sana. Tapi, dia harus pergi hatinya terlalu sakit bila terus menerus di sana, dia belum kuat menerima hinaan dan cercaan Fajar. Sakit.Joya merasa seperti gadis hina dan berlumur dosa. Sehina itukah dia di mata Fajar? Joya bersumpah tidak akan mau lagi berhubungan dengan seorang Fajar Larsson, dia akan menolak semuanya hal yang berhubungan dengan Fajar dia akan menjauhi lelaki yang benar-benar membuat dirinya hancur berantakan itu.
Sudah seminggu Joya bekerja di perusahaan Gege, rasanya menyenangkan bekerja di sana. Team yang kompak dan rekan sejawat yang saling mendukung benar-benar membuat Joya dapat melupakan kesedihannya.Walaupun terkadang Joya tergoda untuk menyalakan ponsel yang nomornya diketahui oleh Fajar. Namun, urung Joya takut saat membukanya dia akan goyah dan mengingat kembali kenangan pahit bersama Fajar.Pernah terbersit di pikirannya kala
"Yuk."Joya mengalihkan pandangannya dari jadwal yang ia buat untuk rombongan tur bulan depan ke wajah Gege, "Apa? Mau ke mana?""Lah, lupa?" tanya Gege sembari mengenakan helm ke kepala Joya."Mau ke mana?" tanya Joya makin bingung."Mau ke Dokter lah, kamu lupa kalau kamu sakit?" tanya Gege."Eh ... iya, lupa," sahut Joya sembari mengunci ikatan helmnya dan membereskan semua barang pribadinya. Saking asiknya dia bekerja dia sampai lupa waktu.Mereka pun pergi ke salah satu klinik yang ada di daerah Denpasar, sepanjang perjalanan Joya tersenyum dan menikmati pemandangan yang ada. Dia suka tinggal di sana, ini adalah salah satu keputusan terbaik yang ia lakukan seumur hidupnya.Awalnya Joya merasa hidupnya hancur saat menyerahkan seragam miliknya dan meninggalkan Fajar. Berat? Wah ... jangan di tanya, tiga hari dia di Bali, Joya menangis setiap hari. Untungnya, Gege selalu menolongnya dan menemani dirinya setiap malam, mengajak Joya m
Joya terdiam dan mencoba melakukan panggilan telepon dengan seseorang, jantungnya berdetak di lebih cepat saat melakukan panggilan ini, perasaannya bercampur aduk menjadi satu saat mendengar suara pria di seberang telepon sana. “Iya.” “ ....” Joya memilin-milin bajunya, berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara. “Halo ... siapa?” tanya lelaki itu lagi. “Ja ... r, Fajar,” cicit Joya dengan gugup. “Joy?” tanya Fajar kaget karena di hubungi mantan kekasihnya itu. “Hai ... kabar kamu bagaimana?” tanya Joya berbasa basi, ia tidak mungkin langsung mengungkapkan berita bahwa dirinya hamil pada Fajar secepat itu. “Baik, kabar kamu bagaimana? Baik?” tanya Fajar dingin. Joya menghela napas saat mendengar betapa dinginnya Fajar menanyakan keadaannya, tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sakit dan pilu. Sepertinya, Fajar sudah benar-benar melupakan dan menjauhi dirinya. “Baik ....” “Oh, syukurlah, ad
"Sinting kamu, Joya," maki Gege saat mendengar perkataan Joya yang membuat dirinya kesal bukan main. Inilah yang Gege takutkan, dia takut Joya berkeinginan untuk menggugurkan kandungannya, perbuatan yang benar-benar bisa membahayakan jiwa Joya dan janin di dalam kandungan.Joya hanya tersenyum miris saat mendengar cacian dari Gege, ah ... sepertinya hidupnya saat ini penuh dengan cacian dan makian dari orang lain."Iya, aku emang sinting, Ge, maaf," isak Joya sembari mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya."Nggak ... maksud aku bukan gitu, aduh, aku nggak bermaksud ngomong gitu, Joya." Air muka Gege berubah menyesal."Nggak papa, memang aku pantas di hina gitu. Manusia macam apa yang punya pikiran akan menggugurkan kandungannya?" ungkap Joya sembari mengusap p
"Nikah sama kamu?" tanya Joya kaget saat mendengar perkataan Gege."Iya, nikah sama aku, mau?" tanya Gege.Joya terdiam mendengar perkataan Gege, "Ge, jangan ngaco kamu.""Aku nggak ngaco, aku nggak mau kamu ngelakuin apa yang Szasza lakuin. Aku nggak mau dan mungkin, mungkin kalau aku nikah sama kamu, itu bisa jadi cara aku buat nebus rasa bersalah aku dulu," terang Gege."Nikah? Nggak pake cinta?" Joya menggerakkan bahunya berusaha untuk menolak sentuhan Gege.Gege yang sadar dengan penolakan Joya langsung menurunkan tangannya menjauh dari bahu Joya. "Nggak ... cuman buat status, nggak papa."Joya mengalihkan pandangannya dan menatap cermin ekstra besar yang ada di hadapannya. Pantulan dirinya dan Gege tampak menyedihkan. Sepasang insan yang sama-sama terjerat masa lalu yang kelam dan berlumur penyesalan. Bedanya Joya terjerat makin dalam dengan dosanya bila ia menggugurkan kandungannya.Tanpa sadar Joya mengusap perutnya pelan, ada
"Joy ... Sayang, Joy," panggil Fajar yang yakin kalau suara di ujung telepon sana ada suara Joya."....""Joy, kamu di mana? Aku ke sana, yah, kamu di mana?" tanya Fajar sembari beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil miliknya. Dia akan kejar Joya ke mana pun juga.
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F