Nafas Enes Tikta terengah-engah, dirinya sudah mencapai batasnya karena secara terus menerus memblokir serangan yang mengarah pada putri dan cucunya. Tapi selama dirinya hidup, ia tak akan membiarkan siapapun melukai putrinya lagi. Zaiden yang merasa tak tega melihat kondisi Ayah mertuanya, berusaha mencoba membujuk pria itu dan menyuruhnya untuk tenang, karena mereka berada di kubu yang sama Dan ia memastikan bahwa Alona bebas dari hukuman manapun.Teresa yang tak suka pun melayangkan protesnya, tak terima jika kakaknya tidak mendapat hukuman apapun, setidaknya dia harus di beri pelajaran agar dia merenungi kesalahannya dengan mengambil semua darah vampir di dalam tubuh Alona.Mendengar hal tersebut, Enes Tikta pun semakin marah, ia kemudian mengayunkan pedangnya ke arah Teresa dan lagi-lagi di blokir oleh Regas.Apa dia sudah gila? Menyuruh Alona untuk mengeluarkan semua darah vampir di dalam tubuhnya maka itu sama saja dengan membunuhnya. Dengan susah payah, Enes Tikta berdir
Teresa mendengus kesal lalu meminta Viona untuk membuktikan bahwa Elios memang bukan anak Johan, " hanya mengingatkan bahwa sebagian dari kami percaya dan yakin bahwa Elios jelas-jelas anak Johan. Hanya saja kami tidak bisa membuktikannya karena Alona sudah menghancurkannya, " ujarnya dengan raut wajah yang terlihat begitu puas.Namun, sayangnya Kesenangannya itu tak berlangsung lama setelah Viona mengeluarkan beberapa kertas bukti bahwa Elios adalah anak Johan dari telapak tangannya, " Maksud mu ini? " Viona pun langsung melemparkan kertas itu pada semua orang, ia kemudian terkekeh keli, pada dasarnya semua surat itu bisa di palsukan dengan berbagai cara. Jika Alona sudah berkata bukan, maka dia bukan pria itu." Kenapa kamu begitu yakin bahwa semua itu palsu? Jelas-jelas dalam kertas ini bahwa Elios dan johan adalah anak dan ayah kandung, " ungkap Teresa akan kekesalannya.Viona terdiam sejenak sambil mengelus dagunya sembari berpikir, hingga tak lama kemudian ia pun menemukan
Semua orang yang mendengar pengakuan Edward sangat terkejut termasuk Alona, Teresa dan juga Zaiden yang tak pernah menduga bahwa Ayah kandung Elios adalah sang Noblesse yang merupakan penjaga kedamaian di negeri Vampir selama beribu tahun lamanya. Selama ini banyak yang tidak mengetahui keberadaanya kecuali pemimpin pendahulu seperti ibu suri agung.Tapi kenapa tiba-tiba dia menampakan diri dan mengakui bahwa dia telah memiliki seorang anak, apakah ini lelucon?" Hahaha, " tiba-tiba seorang pria berbadan gempal yang merupakan seorang bangsawan yang cukup berteman baik dengan Enes Tikta dan pria itu bernama Gustaw.Gustaw berjalan maju menghampiri Edward dan menatapnya sejenak sambil mendengus jijik, ia kemudian berbalik dan berbicara dengan suara lantangnya, mengatakan bahwa Edward dan dokter itu adalah komplotan penipu, meski kemampuan Edward sangatlah mirip dengan kekuatan sang Noblesse seperti yang ada di dalam buku, tapi kekuatannya sangatlah berbeda dengan apa yang tertulis di
" Ibu apa yang kamu lakukan di sini? " Raja Roland bertanya dengan ekspresi bingung serta terkejut ketika melihat kedatangan ibunya yang tidak terduga itu, karena sebelumnya dia mengatakan bahwa tubuhnya sedang tidak enak badan.Plak! Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di wajah Raja Orland hingga meninggalkan jejak merah di sana. Sang ibu suri marah akan sikap bodoh dari anak dan cucunya itu, sungguh membuatnya malu. Bagaimana bisa seorang raja dan pangeran hanya berdiam diri ketika rakyatnya di intimidasi hanya karena sebuah omong kosong belaka dan celakanya orang itu adalah Sang Noblesse beserta anak dan istrinya." Ibu maafkan aku, aku sungguh tak tahu kalau dia benar-benar sang noblesse, karena akhir-akhir ini ada banyak orang yang mengaku sebagai dia, jadi aku melupakan wajah aslinya, " jelas Raja Orland, meski dia sudah pernah bertemu tapi dirinya sangat lemah ketika mengingat wajah seseorang. Namun sang bu suri Agung tentunya tak mempercayai kata-kata tersebut, ia kemudian
Sementara itu di dalam ruang pengadilan.Meski Edward adalah sang penguasa kegelapan sesungguhnya, tapi dia menolak hal tersebut dan memilih menyendiri dengan alasan bahwa dirinya tidak tertarik akan kekuasaan. Kendati begitu ada banyak kekhawatiran pada raja terdahulu yang takut jika suatu saat tahtanya di ambil dan keturunan tidak dapat melanjutkan tahtanya membuat aturan dengan membatasi kekuatan sang noblesse kecuali untuk urusan mendesak.Namun, suatu hari segelnya rusak dan kekuatan sang noblesse tiba-tiba melemah tanpa sebab. Hingga beberapa tahun kemudian salah satu anggota penjaga keseimbangan menemukan alasan atas melemahnya sang Noblesse.Sang tetua, Marko, langsung memerintahkan salah satu bawahannya untuk membunuh penyebab atas melemahnya sang noblesse tapi siapa sangka, pria itu mati di tangan salah satu bawahan Edward.Di dampingi oleh ibu suri agung, Edward berdiri mendengar keputusan para anggota penjaga keseimbangan dunia vampir atas pelanggarannya yang telah me
Sementara itu. . . Meski rencananya beberapa kali terus mengalami kegagalan, tapi Teresa yakin, bahwa kali ini Alona dan putranya yang menyebalkan itu tidak akan selamat dari kematian yang sudah menunggu mereka di depan mati dan dirinya bisa menghirup kembali udara kebebasan yang telah di rindukannya, meski sangat di sayangkan ayah tirinya pasti akan mati karena kebodohannya, tapi ia tak peduli. Lagi pula dengan identitas nya sekarang, ia mampu menghidupi ibunya dengan kehidupan mewah dan untuk putrinya, ia yakin akan ada pria yang lebih baik dan pantas dari Elios.Sayangnya, saat ini dirinya masih belum bisa merayakannya karena dirinya harus merawat ibunya yang terluka karena serangan ayah tirinya, serta suaminya yang di tahan di dalam istana untuk suatu alasan. Semoga saja suaminya bisa bebas dari segala jenis tuduhan. Kendati begitu, suasana hatinya sedang dalam keadaan paling baik. Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu ruangan di ketuk." Yang Mulia. Ini saya, Regas. "Tanpa menoleh
Setelah dinyatakan bebas, Alona, Elios beserta Enes Tikta berjalan keluar bersama-sama dari gedung penjara. Enes Tikta sekarang tersadar bahwa kala itu yang kesepian itu bukanlah putrinya tapi dirinya sendiri, karena egonya ini membuat putri kesayangannya menderita. Untuk memperbaiki kesalahannya, ia berjanji akan memulai kembali kehidupan baru bersama dengan putrinya, tentunya ia akan menceraikan Melina terlebih dahulu sekaligus berjanji akan mengembalikan martabat putrinya seperti dulu. Tapi tiba-tiba langkah kaki mereka terhenti, saat sosok Edward yang menarik perhatian, tengah berdiri di depan penjara bersama dengan Viona yang tampak tengah menunggu kedatangan mereka.Elios yang melihat sosok Edward, langsung berlari menghampiri sang Ayah kemudian memeluknya erat dengan senyuman manis di wajahnya, kepalanya menoleh menatap Alona, " Mama benarkan apa yang aku katakan? Ayah pasti akan membebaskan kita, " ujarnya dengan perasaan bahagia.Alona pun hanya tersenyum yang terlihat di pak
Alona hanya terdiam bak sebuah boneka patung, memikirkan nasib putranya yang kini tengah berlatih keras untuk meningkatkan kekuatannya untuk menggantikan posisi ayahnya, padahal dia seharusnya tengah menikmati masa kanak-kanaknya dan bukan berlatih mati-matian, sebenarnya apa yang sedang ia lakukan? Mengapa dirinya hanya berdiam diri membiarkan putranya berjuang sendiri? Sungguh Alona merasa bahwa apa yang menimpa Elios sekarang adalah salahnya, tak sepatutnya putranya menanggung kembali hukuman atas kesalahannya.Jika tahu seperti ini, bukankah mereka lebih baik menerima hukuman mati pada waktu itu? Setidaknya ia tak perlu merasa cemas dengan kondisi atau masa depan Elios.Apa kehadiran mereka sungguh sebuah kesalahan? Jika benar begitu, lantas mengapa mereka terlahir ke dunia ini? Andai saja bisa memilih, pasti mereka tak akan pernah meminta terlahir ke dunia ini dengan keadaan seperti ini." Alona! "Tubuh Alona tersentak lalu tersadar dari lamunannya, kedua matanya menatap sa
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera